Jika diibaratkan ikan, penampilan Menteri Susi Pudjiastuti ini sangar bak ikan barracuda, menjurus mengerikan. Tentu saja bagi sapa saja yang mendekat dan ingin berbuat jahat. Dibanding ikan lainnya, ikan barracuda memang tidak "nyekolah", penampilannya "okem" banget. Sekali menyengat, habislah lawan yang kadang tidak sepadan, apalagi cuma ikan buntal.
Sejak awal menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, banyak orang meragukan kemampuan Susi Pudjiastuti dalam mengelola kementrian yang dipimpinnya. Kalangan akademisi bahkan ada yang nyinyir karena Susi "hanya" seorang jebolan SMP. Inget, SMP loh ya, bukan SMA, apalagi S3.
Tetapi menteri Susi langsung bekerja dan tancap gas berbekal pengalamannya menjadi pengusaha ikan. Ia membenahi jajaran di Kementerianya, dari cara penganggaran supaya tidak ada kata bersayap yang tidak jelas atau fokus. Menteri Susi pengin anggaran yang real atau nyata untuk nelayan, bukan anggaran odong-odong bin bodong.
Presiden pun mengapresiasi model anggaran yang diterapkan di Kementerian Kelautan dan menjadi rule model, supaya Kementerian lainya meniru seperti yang menteri Susi lakukan, yaitu fokus dan jelas untuk apa anggaran itu dibelanjakan.
Dan gebrakan menteri Susi yang fenomenal yaitu penenggelaman kapal-kapal asing yang melakukan pencurian di laut Indonesia. Tidak ada ampun untuk kapal yang mencuri, pasti akan dihancurkan setelah ada keputusan hukum tetap.
Dan pelarangan menggunakan Cantrang bagi nelayan, karena akan merusak biota laut dan lingkungan atau tidak ramah lingkungan.
Akibat kebijakan-kebijakan ini banyak yang melakukan protes kepada menteri Susi, terutama pengusaha-pengusaha besar yang biasa menangkap ikan dengan Cantrang dan kapal-kapal asing yang melakukan pencurian.
[irp posts="3334" name="Sambal Mantaraman Pak Dwikoen dan Menteri Susi Pudjiastuti"]
Juga protes disampaikan oleh para nelayan karena nelayan merasa hasil tangkapannya berkurang. Mereka minta menteri Susi mencabut peraturan itu, tetapi menteri Susi tetap bergeming.
Hingga para nelayan berdemo di depan istana dan dipertemukan antara wakil dari nelayan dan menteri Susi di istana, disaksikan oleh Presiden Jokowi. Hasil dari kesepakatan itu adalah diperpanjang masa penggunaan Cantrang tetapi tidak mencabut peraturannya sampai batas waktu tertentu.
Rupanya menteri Susi juga diprotes atau di kritik oleh ikan buntal dari dalam laut yang dangkal, ikan buntal mengkritik kebijakan-kebijakan menteri Susi, jangan hanya menenggelamkan kapal saja.
Perlu diketahui ikan buntal ini bentuknya bulat dan kalau disentuh akan mengembungkan badannya terutama bagian perut yang nampak kembung dan bundar, dan duri-duri di badannya akan keluar.
Dan ikan buntal mempunyai gigi yang tajam. Ikan buntal memang lucu dan unyu-unyu karena gaya berenangnya yang tenang dan kalem, enak dilihat. Tetapi ikan buntal ini juga memiliki racun yang mematikan, dagingnya beracun, makanya untuk mengolah ikan buntal menjadi enak di makan perlu kiat-kiat khusus.
Dan kritikan ikan buntal dari dalam laut tadi di dengar oleh menteri Susi dengan membalas kritikan ikan buntal itu dari atas laut, "Haii... ikan Buntal, apa yang kamu telah lakukan dan kerjakan di dalam laut, kok kamu mengkritik kebijakan yang aku lakukan di atas laut."
Ikan buntal tidak berani membalas lagi, diam saja, tetap samar-samar bergumam. "Baca saja buku saya!"
Lha, ikan buntal kok bisa nulis buku, promosi pula...!?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews