Ada kabar mengejutkan dari Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Badaruddin Andi Picunang. Katanya, partai besutan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto bernama Partai Berkarya telah lolos verifikasi tingkat kabupaten/kota yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum sejak Desember 2017 lalu.
Partai Berkarya mengklaim telah dinyatakan memenuhi syarat oleh KPU untuk menjadi peserta Pemilu 2019 yang akan datang. Verifikasi tingkat kabupaten/kota yang dilalui tempo hari merupakan tahapan akhir seleksi partai politik peserta Pemilu 2019.
Sebelumnya, Partai Berkarya telah dinyatakan memenuhi syarat verifikasi di tingkat pusat dan provinsi.
"Alhamdulilah dari laporan DPD Kabupaten/kota se-Indonesia, kami sudah melampaui syarat 75 persen," kata Andi sebagaimana diberitakan CNNIndonesia.com, Selasa 6 Februari 2018 kemarin. "Itu artinya sudah memenuhi syarat yang disyaratkan undang-undang dan PKPU," imbuhnya.
Andi mengaku mengetahui Partai Berkarya telah ditetapkan memenuhi syarat oleh KPU dari berita acara hasil verifikasi yang dikeluarkan KPUD setiap kabupaten/kota. Berita acara itu kemudian diberikan kepada setiap partai politik. Ia kemudian mengakumulasi berita acara hasil verifikasi di seluruh kabupaten/kota dan ketemulah hasilnya melampaui 75 persen seperti yang ditetapkan KPU.
[irp posts="7776" name="Partai Berkarya Besutan Tommy Soeharto Gagal Ikut Pemilu 2019"]
Meski Andi mengklaim telah melampaui syarat minimal itu, Partai Berkarya tinggal menunggu putusan resmi dari KPU, yaitu pada 17 Februari 2018 mendatang.
Jika putusan KPU membenarkan lolosnya Partai Berkarya untuk mengikuti Pemilu 2019 untuk memilih anggota legislatif, maka ini menandai bangkitnya klan Cendana di pentas politik nasional.
Bagi pendirinya, Tommy Soeharto, dunia politik bukanlah hal baru. Sejak masih bapaknya berkuasa, ia sudah menjadi pengurus teras Golkar, partai yang berkuasa saat itu.
Semua anak-anak Soeharto, mulai Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Triharmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Tommy dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek) menjadi pengurus teras Golkar, rata-rata duduk di bendahara. Mbak Tutut bahkan digadang-gadang bakal memegang Golkar saat kekuasaan Harmoko "diplorotin" oleh Soeharto. Saat Harmoko dipecat sebagai menteri penerangan, ia masih memegang jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
[caption id="attachment_9950" align="alignleft" width="611"] Ilustrasi Partai Berkarya[/caption]
Namun ketika Soeharto jatuh dan Harmoko selamat tidak tersentuh hukum apapun, kemudian diikuti bergulirnya reformasi, Golkar yang diprediksi bakal jatuh aat itu, masih tetap bertahan. Bahkan ketika Abdurrahman Wahid berkuasa, salah satu dekrit "tumpul" yang dikeluarkannya adalah membubarkan Partai Golkar.
Namun di bawah Akbar Tandjung, Partai Golkar yang diplesetkan menjadi "Golkar Bau" (ini karena lidah Akbar Tandjung tidak bisa mengucapkan huruf "R" saat mengucapkan slogan Golkar Baru), tetap regar dan bahkan membayangi PDI Perjuangan, partai politik yang oleh Soeharto dibubarkan dengan cara membentuk partai sempalan PDI yang disebut "PDI Kebo" pimpinan Soerjadi. PDI Megawati Soekarnoputri pun diubah menjadi PDI Perjuangan.
Adapun Tutut masih menunjukkan minatnya terhadap partai politik dengan mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa dan sempat ikut pemilu namun tidak laku. Adiknya, Tommy, kemudian mendirikan partai baru yang disebut Partai Berkarya.
Jika dicermati, kedua partai yang didirikan oleh kakak-adik ini selain mengambil simbol beringin pada lambang partainya, juga terang-terangan memakai kata "Karya", sama seperti Golongan Karya" yang didirikan oleh bapak mereka.
[irp posts="7320" name="Memoles Tommy Soeharto"]
Menarik pula untuk dicermati, lahirnya partai-partai baru yang kemungkinan ikut Pemilu 2019 ini seperti Partai Persatuan Indonesia alias Perindo besutan Harry Tanoesoedibjo dan Partai Solidaritas Indonesia milik Grace Natalie sama-sama menyatakan diri ikut mendukung pemerintah Jokowi alias menjadi "kecebong". Nah, Partai Berkarya akan sangat dinanti-nanti sikapnya apakah ia akan menjadi "kecebong" juga.
Jika mendukung pemerintah Jokowi, itu sama saja kena pepatah kekinian "Akan jadi kecebong pada akhirnya", tetapi jika Tommy Soeharto mendukung Prabowo Subianto, misalnya, Partai Berkaya akan tetap menjadi "Kampret" selamanya.
Namun untuk bergandeng tangan dengan Prabowo, memang agak sulit masuk hitungan, kecuali Tommy dan anggota keluarga lainnya melupakan masa lalu yang kelam untuk menyongsong kehidupan politik baru ke depan.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews