Jangan Sampai Kemajuan Zaman Gerus Budaya Hormat kepada Orangtua

Rabu, 7 Februari 2018 | 12:21 WIB
0
511
Jangan Sampai Kemajuan Zaman Gerus Budaya Hormat kepada Orangtua

Kemajuan zaman  tidak dapat dipungkiri telah membuka pintu gerbang kehidupan yang dulunya diliputi misteri. Kala dulu orang berpergian dengan kapal harus menempuh perjalanan berhari hari, bahkan berminggu minggu, agar sampai ketempat tujuan. Mengirim surat via pos, setidaknya butuh waktu beberapa hari. Bahkan mengirim berita penting dengan menggunakan telegram, juga tidak bisa diharapkan sampai dalam waktu sekejap. Namun sejak internet merajai dunia, maka jarak jauh sudah bukan lagi masalah.

Mengirim berita dapat sampai pada waktu yang sama, baik via WA maupun via SMS, Bahkan orang bisa jual beli, tanpa bertemu muka, hanya via online saya. Bahkan ketika kami melakukan transaksi jual beli apartemen kami dengan nilai lebih dari 1 M, hanya dengan menggunakan Ponsel. Begitu Pembeli mengirimkan dana via online dan  di check oleh istri saya, bahwa memang dana tersebut sudah masuk kerekening, maka jual beli dilangsungkan.

Tidak dapat dibayangkan, bilamana  pembeli  membawa uang sekarung dan mulai dihitung satu persatu. Padahal tempo dulu, memang seperti itulah orang berjual  beli.

Sisi negatif kemajuan zaman

Setiap kemajuan pasti akan membawa dampak positif dan negatif. Sisi negatif dari kemajuan zaman adalah secara perlahan tapi pasti acara saling kunjung antara sesama kerabat dan sahabat mulai tergerus dan terkikis. Bahkan tidak jarang hal ini juga terjadi antara orang tua dan anak anaknya. Mereka merasa cukup dengan menelpon atau berkirim WA sudah selesai. Bahkan dianggap sebuah tindakan yang arif karena cepat dan singkat serta tidak membuang waktu. Tanpa terasa hubungan harmonis antara anggota keluarga dan sahabatpun mulai berjarak.

Cara memberi hormat juga sudah terkuras habis. Salah satunya adalah cara memberi hormat dalam kalangan orang Tionghoa. Setiap suku memiliki cara menghormati orangtua. Misalnya dengan mencium tangan sambil membungkukan tubuh yang dilakukan terhadap orangtua atau orang yang di hormati.

Dikalangan orang Tionghoa dikenal dengan istilah: "Soja"

Yakni mengepalkan telapak tangan kanan dan ditutup dengan tangan kiri. Yang dilakukan oleh anak anak terhadap orangtua dan orang muda terhadap orang yang lebih tua sambil membungkukkan badan.Tempo  dulu tidak seorangpun orang Tionghoa yang tidak tahu cara melakukan penghormatan dengan Soja. Tetapi seiring dengan kemanjuan zaman, budaya hormat inipun tergerus dan terkikis habis.

Posisi tangan menentukan

Tradisinya yang muda harus lebih dulu memberi Soja terhadap orang yang lebih tua. Bukan semata tua dalam usia, tapi bisa jadi dalam usia lebih muda, namun tingkatan dalam hirarki keluarga ia lebih tinggi. Misalnya kalau saudara ibu atau saudara ayah kita walaupun usianya jauh di bawah usia kita tapi dalam tingkatan hirarki keluarga mereka harus dihormati.

Membalas Soja

Kalau kita diberi hormat dengan soja, maka tentu harus dibalas dengan soja juga, Namun posisi tangan menentukan tingkatanya.

l.  tangan  di bawah dada, berarti kita berhadapan dengan orang yang lebih muda dari kita.

2. tangan  setinggi dada, orang di hadapan kita, sebaya/sederajat dengan kita.

3. tangan diangkat setinggi wajah kita, orang di hadapan kita lebih tinggi tingkatnya

4.tangan di angkat diatas  kepala, hanya untuk  penghormatan kepada Tuhan.

Namun generasi muda kini sudah hampir tidak lagi mengenal tata cara penghormatan terhadap orang tua. Bahkan anak anak kecil dengan entengnya menyalami orang tua bahkan kakeknya tanpa merasa perlu untuk membungkukkan tubuhnya apalagi memberikan soja. Kebebasan berkomunikaisi sudah mengerus rasa hormat dari  generasi muda, terhadap orang tua..

Menghormati orangtua, bukan peninggalan zaman feodal

Menghormati orangtua bukan bagian dari warisan zaman feodal, melainkan sesungguhnya merupakan budaya dari bangsa indonesia yang kaya dengan budaya dan cara memberi hormat kepada orangtua.

Apakah tradisi mencium tangan masih tetap dipertahankan ataukah juga sudah ikut terhanyut oleh kemajuan zaman?! Entahlah.

***

Editor: Pepih Nugraha