Masakakan apapun tanpa garam pastilah hambar, tidak enak dimakan. Artinya sekalipun sedikit, ternyata fungsi garam sangat banyak dan penting untuk masakan.
Ribut-ribut lagi soal impor garam, banyak petani garam menolak impor garam karena akan membikin harga garam semakin jatuh. Masyarakat pun juga menolak impor garam sebagai solidaritas kepada petani garam.
Bahkan banyak masyarakat yang sampai heran kenapa negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia sampai impor garam, tentu anggapan masyarakat model seperti ini tidak tahu proses pembuatan garam.
Dikiranya setiap bibir pantai itu bisa untuk membuat garam, padahal untuk membuat garam bibir pantai harus sejajar dengan air laut,supaya air laut bisa dialirkan ke bibir pantai untuk diproses menjadi garam. Sedangkan rata-rata bibir pantai kita lebih tinggi.
Lalu, proses membuat garam tidak mudah, tidak seperti bikin cireng, harus membersihkan dulu lahan seperti sawah diratakan, setelah itu baru air laut disiramkan ke lahan sedikit demi sedikit dan harus dengan cuaca panas untuk membantu supaya menguap dan mengkristal. Setelah itu di isi air laut kembali dan prosesnya berhari-hari tidak sehari atau tiga hari menjadi garam. Kalau terkena hujan akan gagal proses pembuatan garamnya, apalagi musim hujan tentu lebih susah lagi.
Jadi membuat garam itu tidak mudah seperti membuat es batu, yaitu air dibungkusin ke dalam plastik terus dimasukan kedalam freezer, beberapa jam kemudian jadi deh. Garam bukan es batu.
Ada dua macam garam sebenarnya, yaitu garam alami atau garam tambang dan garam laut.
[irp posts="2637" name="Asam dan Garam Pisah Ranjang"]
Garam tambang itu mirip bunga es yang ada di kulkas freezer, jadi lebih putih dan bersih dan di Indonesia tidak ada garam tambang. Yang ada garam tambang seperti di Australia.
Baru-baru ini pemerintah ingin melakukan impor garam untuk memenuhi kalangan dunia industri, tetapi direspon petani garam atau masyarakat secara negatif karena dianggap merugikan petani garam yang akan menyebabkan harga jatuh.
Ada salah kaprah soal impor garam yang dipahami oleh petani garam atau masyarakat, padahal impor garam itu diperuntukan untuk industri sebagai bahan baku.
Garam industri yang dengan kadar NaCl tinggi menjadi unsur penting bagi perusahaan farmasi, perminyakan, penggaraman ikan asin, tanpa itu bisa-bisa industri bisa terhenti.
Seperti kata Sekretaris Maritime Society Agust Shalahuddin, garam industri adalah garam dengan kandungan NaCl (Natriun Klorida) yang tinggi,antara 95 sampai 97 persen.
Dalam dunia industri kimia, garam adalah bahan baku dan bahan penolong. Bagi manusia, garam adalah penyedap atau bumbu makanan.
“Sederhananya, untuk industri yang dicari mineralnya (Natrium Klorida), sementara untuk bumbu,yang dicari adalah rasa asinnya,” kata Agust dalam keterangan resminya.
Pengguna garam industri yaitu industri farmasi, perminyakan, tekstil, sabun dan lain-lain.Dan penggunaan garam industri itu lebih besar dibanding untuk penggunaan garam konsumsi rumah tangga.
[irp posts="9234" name="Beras dan Garam Politik, Siasat Menikam Pemerintah dari Dalam"]
Sedangkan industri garam rakyat itu belum mampu untuk memenuhi kadar atau kwalitas seperti garam industri, yaitu derngan kandungan NaCl yang tinggi antara 95 sampai 97. Dan industri garam petani belum bisa mengolah garam dengan kadar seperti di atas. Dan untuk bisa memenuhi kwalitas seperti garam industri memerlukan proses yang panjang dan alat atau pabrik yang modern. Dan biayanya tidak murah.
Apakah garam industri bisa digunakan untuk konsumsi? Menurut Agust, bisa saja, tetapi tidak semudah itu karena garam konsumsi harus mengandung yodium sesuai yang ditetapkan Kemenkes. Dan pengusaha juga tidak akan melepas garam industri ke pasar karena tidak menguntungkan secara bisnis.
Jadi impor garam industri ini bisa menjadi solusi jangka pendek, akan tetapi jangka panjang pemerintah harus mulai membangun industri garam yang lebih modern.
Hanya kadang garam impor untuk industri ini sering rembes atau bocor ke pasaran dan dikhawatirkan akan merusak harga garam di kalangan petani garam. Dan pemerintah harus benar-benar mengontrol ini supaya garam industri tidak masuk kepasaran dan memberi sanksi tegas kepada importir apabila garam sampai beredar di pasaran.
Pemerintah juga harus mulai membenahi sektor garam ini supaya petani garam bisa meningkatkan kwalitas kadar garam yang ditentukan oleh kalangan industri, tentu ini investasi yang mahal karena pabrik pengolahannya harus modern.
Memang sering kali kalau impor yang awalnya untuk industri, ternyata bocor atau rembes kepasaran seperti gula rafinasi dan merusak harga tebu di kalangan petani. Gula rafinasi lebih murah dan bersih dibanding gula dari petani.
Untuk itu pemerintah harus benar-benar terbuka dalam proses impor garam ini, supaya tidak ada kecurigaan dari para petani garam atau masyarakat, apalagi politikus yang bisa menggoreng garam sampai garing.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews