Pergerakan mahasiswa yang dinilai melempem setelah pilpres 2014 tentu banyak penyebabnya. Satu hal yang nampak dari luar, ada kelompok mahasiswa yang pro pemerintah, ada juga kelompok yang kritis terhadap pemerintah. Mulai nampak pada Aliansi Mahasiswa Jambore Nasional Independen (AMJI) bulan Pebruari 2017.
Pak SBY kebagian jatah didemo sejumlah mahasiswa peserta jambore yang datang menggeruduk rumah pribadinya.
12 Januari 2017. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia melakukan aksi Bela Rakyat 121 yang digelar di depan Istana. Tapi berakhir dengan anti klimaks. Berakhir dengan nota kesepahaman tulisan tangan yang diajukan mahasiswa dengan 4 tuntutan dan tanda terima Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Teten Masduki. Selanjutnya nggak jelas nasib 4 tuntutan itu.
[irp posts="9741" name="Balada Kartu Merah Fahri Hamzah"]
Setelah hening dari hingar bingar, tiba-tiba publik dikagetkan oleh aksi solo Zaadit Taqwa, Ketua BEM UI. Aksi yang dikenal dengan aksi kartu kuning cukup bikin heboh. Aksi Zaadit tergolong nekad. Mengacungkan kartu kuning pada Presiden Jokowi.
Aksi Zaadit menuai pujian dan kritikan. Kritikan juga datang dari kelompok mahasiswa yang pro pemerintah. Pujian tentu saja datang dari kelompok yang bersebarangan dengan Pemerintah.
Aksi Zaadit adalah kekuatan demo menggunakan simbol. Hasilnya lebih dahsyat dari aksi kerumunan dengan membakar ban.
Pada waktu marak demo pada masa pemerintahan SBY, aksi menulis kerbau dengan tulisan "Sibuya" yang bikin SBY bikin pernyataan kekesalannya. Aksi orasi sampai tengorokan serak sebelumnya seakan tidak sampai ke telinga SBY. Itulah kekuatan simbol.
Di medsos yang tidak pernah sepi dari hingar bingar, mulai diramaikan pro dan kontra Zaadit Taqwa. Sekilas nampak yang pro dan kontra berimbang, bahkan cenderung yang kontra lebih banyak sedikit. Mungkin ada yang bertanya, emangnya MCA pada ke mana? Secara sekilas, sebagian rekan-rekan MCA nampak kurang bergairah memposisikan diri di barisan pro kartu kuning.
Atau barangkali ada salah pehamaman dalam memahami makna kartu kuning ala Zaadit. Ada yang menafsirkan, kalau kartu kuning sama dengan masih meragukan komitmen menolak 2 priode. Seolah masih ragu-ragu. Mendukung kartu kuning dianggap seolah mundur dari komitmen menolak 2 priode.
[irp posts="9708" name=" Tritukarning" Minus Dua, Tritura Jaman Now Gaya Anak UI"]
Padahal saat dua kubu yang terang-terangan berseberangan, sudah pasti satu kubu berpegang teguh pada 2 priode harga mati, satu kubu berpegang teguh pada 1 priode harga mati. Itu sudah tidak bisa ditawar.
Dalam mengolah isu kartu kuning Zaadit mesti dilihat dari sisi simbol. Simbol perlawanan. Bukan dengan tafsir aksi itu. Kalau ditafsirkan dengan aksi itu, hanya ada tiga tuntutan dari Zaadit.
Aksi bela kartu kuning adalah aksi bela simbol perlawanan. Membiarkan kartu kuning di-bully habis di medsos akan melemahkan perlawanan, juga akan melemahkan sikap kritis mahasiswa pada pemerintah.
Silakan direnungkan!
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews