Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Ini bukan masalah jadi "hater" atau hati yang kotor, sehingga hanya bisa melihat hal-hal negatif dan menafikan pencapaian positif seorang pemimpin.
Seringkali kita harus berjarak dan melepas subjektivitas dalam menilai sesuatu. Yang ditulis John McBeth ini memang bagaikan pil pahit yang tak mungkin ditelan oleh para pendukung Jokowi. Membaca rentetan angka dan data yang disajikan begitu detil dari segala bidang membuat para pembaca (bahkan yang netral sekalipun) menahan nafas saking tajamnya ulasan penulis. Tanpa ewuh-pakewuh. Tanpa tedeng aling-aling.
Beberapa waktu lalu, ketika media Bloomberg menurunkan tulisan yang membandingkan pencapaian para pemimpin Asia, sekilas tampak bahwa hanya Pak Jokowi yang nilai "raport"-nya hijau semua. Prestasi ini seketika langsung disebarluaskan oleh Kantor Berita Antara dan hampir semua media mainstream yang memang selama ini jadi garda terdepan mempertahankan citra positif Bapak Presiden.
Padahal setelah dibaca lebih saksama, artikel itu tidak menyimpulkan bahwa pemerintahan Jokowi tanpa cela. Masih banyak yang harus diperbaiki. Tapi, banyak masyarakat pembaca yang tak peduli dengan analisis lebih mendalam itu.
Dan sekarang, ada artikel ini. McBeth menilai bahwa dari semua sepak terjang Jokowi selama 4 tahun memerintah sebagian besar adalah pencitraan yang dibungkus dengan berbagai retorika, peresmian di sana-sini, "pameran" kesederhanaan beliau, serta kedekatan beliau dengan rakyat (dengan mendatangi seluruh pelosok Indonesia, sering memberi hadiah sepeda, dan tentu saja hobi beliau nge-vlog tentang hal keseharian).
Ditambah lagi dengan kekompakan media-media besar untuk menyebarluaskan pencitraan positif itu, dan menutupi kegagalan beliau sebagai seorang presiden.
Itulah mungkin alasannya, kenapa hingga 4 hari artikel berbahasa Inggris ini diturunkan, tak satupun media cetak dan penyiaran nasional yang dengan sukacita menerjemahkannya. Kita semua tahu tentang artikel di Asia Times dari media sosial yang relatif masih bebas distorsi.
Politik memang penuh pencitraan. Dan Pak Jokowi bukan perkecualian. Beliau adalah salah satu politisi yang mahir memoles citra dirinya. Beliau yang awalnya "bukan siapa-siapa", dengan cepat berubah menjadi media darling. Kenyataan bahwa beliau, sebelum jadi presiden, sudah dua kali tidak memenuhi amanat jabatan meski telah mengucapkan sumpah jabatan, seolah tak pernah diusik oleh para pendukungnya.
Jadi presiden memang tak mudah. Maka itu tak sembarang orang mau dan bisa mengemban tugas berat ini. Di balik segala citra positifnya selama ini, saya percaya 100% bahwa Jokowi tetaplah orang baik dan jujur.
Hanya saja, ia bukan seorang presiden yang mumpuni. Jabatan inu terlalu berat buat beliau. Kalau kita mau objektif sedikit saja, beliau sangat amat kedodoran menjalankan roda pemerintahannya.
He's not a strong leader who relies heavily on his inner circle. Kekurangan yang kemudian dengan sangat tajam diumpamakan oleh McBeth sebagai trik "smoke and mirror". Asap diciptakan untuk menutupi cermin yang retak. Ketika asap menghilang, akan tampaklah kenyataan bahwa cermin itu sudah retak. The harsh reality will reveal itself.
**
Saya sadar bahwa cukup banyak pendukung garis keras Jokowi di lingkaran pertemanan saya. Dan saya sudah siap kalau banyak di antara kalian yang tidak setuju dengan komentar yang saya buat berdasarkan artikel ini. Silakan saja. Kita hidup di alam demokrasi, kan. Siapa saja boleh mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut akan ancaman perundungan (bullying). Yang penting bagaimana adab dan etika dalam menyampaikan pendapat tetap harus dijaga.
Risiko yang ditanggung Jokowi sebagai pemimpin bangsa memang berat. Sejak awal beliau pasti sadar bahwa tak mungkin ia akan memuaskan semua pihak. Dan saya rasa, saya berhak jadi bagian masyarakat Indonesia yang tidak puas dengan kinerja beliau, meski selama ini saya lebih banyak mengamati jauh dari tanah air.
[irp posts="9347" name="Siapa John McBeth yang Menyerang Presiden Joko Widodo?"]
Menjadi pemimpin itu, bagaimanapun bagusnya, harus siap menerima kritikan sepedas apapun. Senada dengan Lupe Fiasco alias Wasalu Muhammad Jaco, rapper Amerika Serikat yang seorang muslim, dan beberapa kali memenangkan anugerah Grammy Awards. Ia terkenal dengan pandangannya yang vokal pada pemerintah. Bahkan pemerintahan Obama yang banyak menerima puja-puji di dalam negeri maupun dunia internasionalpun tak luput dari kritikannya.
"You should criticize power even if you agree with it".
Pemimpin harus siap menerima kritikan dari siapapun sebagai bahan evaluasi. Kritikan membangun dan objektif akan membuat pemimpin selalu ingat akan amanah yang diembannya. Supaya pemimpin tetap berada di jalur yang benar.
Semoga Tuhan selalu melindungi para pemimpin yang amanah dan seluruh rakyat Indonesia.
Aamiin ya Robbal alaamiin.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews