Kunjungan Bernyali Jokowi dan Kepahlawanan Hanafi

Rabu, 31 Januari 2018 | 18:59 WIB
0
435
Kunjungan Bernyali Jokowi dan Kepahlawanan Hanafi

Kata Hanafi Rais, Jokowi tetap ke Afganistan padahal negara itu sedang dilanda serangan teroris, tujuannya cuma mau menarik simpati. Simpati siapa? Hanafi tidak menjelaskannya.

Mungkin yang dimaksud Hanafi, Jokowi hendak menarik simpati warga Kabul dan Kandahar. Atau warga Afganistan lain. Entahlah. Mungkin saja dia menghitung pada Pilpres nanti warga Afganistan juga akan mencoblos Jokowi.

Jika seorang Presiden memutuskan untuk tetap melanjutkan kunjungan diplomatik ke sebuah negara sahabat, meski negara itu sedang dilanda serangan teroris, itu bukan cari simpati. Itu hanya sebuah keputusan yang berani.

Saat pesawat kepresidenan take off meninggakkan Afganistan. Menteri LN Retno Marsudi dan Komandan Paspampres langsung sujud syukur. Mereka degdegan dengan keberanian Presidennya. Mereka juga respek dengan nyali pemimpinnya.

Kedatangan Jokowi ke Afganistan di tengah serangan teroris menunjukan sikapnya untuk tidak gentar menghadapi kelompok radikal yang menjajakan ayat dan kitab suci mencari kekuasaan. Menunjukan keberaniannya sekaligus kepasrahannya, bahwa urusan nyawa, semata milik Allah.

AS, Denmark, Selandia Baru bisa saja mengeluarkan travel warning melarang warganya masuk Afganistan. Mereka meninggalkan pemerintahan Afganistan sendirian untuk berjuang menghadapi radikalisme. Sebenarnya berjuang menghapus jejak AS dan sekutunya yang dulunya membesarkan Taliban.

Negara itu jatuh bangun dengan bom bunuh diri dan jerit kematian. Serangan yang didahului dengan menyebut nama Tuhan, lalu dengan bengis membunuh siapa saja. Korbannya tidak pilih-pilih. Anak-anak, perempuan, orang tua, warga lokal, warga asing, muslim, kristen atau siapa saja.

[irp posts="9313" name="Amien-Hanafi, Politikus Bapak dan Anak Yang Sama Kritisnya"]

Tapi di tengah itu semua, sehari setelah bom mobil meledak di Kabul menewaskan 103 orang, Jokowi dan rombongan mendarat di sana. Di tengah salju, Presiden RI itu menuruni tangga pesawat kepresidenan disambut Presiden Afganistan dengan hangat.

Jokowi memahami betapa repotnya mengurus pemerintahan yang dirongrong kelompok radikal. Betapa susahnya menyejahterakan rakyat di tengah gempuran orang bengis berjubah agama. Kehadiran Jokowi ke Afganistan selain kunjungan dari negara sahabat, juga sejenis empati. Empati pada sebuah negara yang tak kunjung sembuh dari pekik kebencian dan kemarahan.

Pemerintah Afganistan layak berterimakasih atas keberanian Jokowi. Kedatangan tamu negara lain ke sebuah negara, adalah tanda bahwa dunia masih percaya pada kemampuan pemerintahan Afganistan mengurus keamanan negerinya. Betapapun ambudardulnya.

Rakyat dan pemerintahan Afganistan adalah korban. Tidak layak seorang sahabat meninggalkan negara tetangganya sendirian menghadapi itu semua. Jokowi hadir untuk menyatakan diri sebagai sahabat. Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia adalah sahabat rakyat Afhanistan.

Kedua negara berharap, agama tidak dijadikan alat merusak. Justru Islam harusbl ditransformasi sebagai pendorong kemajuan.

Tidak salah jika penghormatan pemerintah Afganistan pada Presiden Jokowi dengan mempersilakan Jokowi menjadi imam sholat. Sementara Presiden dan pejabat tinggi Afganistan sendiri menjadi makmum di belakangnya.

[irp posts="9393" name="Saat Presiden Gani Menjadi “Makmum” Presiden Jokowi"]

Kehadiran Presiden RI ke Afganistan sekaligus juga menunjukan sebuah sikap, jangan pernah takut dengan para bigot radikal yang haus kekuasaan dan haus darah. Jangan pernah gentar menghadapi penunggang kitab suci untuk tujuan politik. Jangan pernah menyerah kepada kelompok manusia yang memanipulasi nama Tuhan untuk melegitimasi kebiadabannya.

[caption id="attachment_9427" align="alignleft" width="496"] Hanafi Rais (Foto: Kompasiana.com)[/caption]

Lalu Hanafi Rais berteriak bahwa kehadiran Jokowi ke Afganistan cuma mau cari simpati?

Begini mas bro. Kalau ada duit dua karung yang ditemui polisi di Bantul, Jogja, bersama bendera partai dan foto serta brodur sampeyan sebagai peserta Pemilu, itu baru namanya usaha mencari simpati. Tepatnya membeli simpati rakyat.

Cara-cara seperti itu karena sampeyan gak yakin telah berbuat baik kepada rakyat. Makanya simpati rakyat kudu dibeli.

Kalau dari barang bukti orang yang ada dalam brosur kampanye itu sampeyan menolak saat ingin dimintai keterangan, ini yang disebut pengecut. Jadi jangan gunakan ukuranmu untuk menilai orang lain.

"Mas, gak mungkin Jokowi mau cari simpati," ujar Bambang Kusnadi.

"Kok gak mungkin?"

"Masa Presiden kartunya prabayar, sih. Lagipula paket datanya mahal..."

***

Editor: Pepih Nugraha