Bumi itu bulat dan ini bisa dibuktikan oleh para ahli astronomi dengan kemampuan keilmuannya serta teknologi yang bisa membuktikannya.
Rupanya ada sebagian kecil masyarakat kita, bahkan masyarakat dunia yang tetap keukeuh-peuteukeuh alias ngotot berpendapat bahwa bumi itu datar -kalau tidak dikatakan ceper- dengan segala argumennya. Bagi mereka, Bumi tak ubahnya hamparan permadani berbentuk lingkaran.
Perdebatan antara bumi bulat dan bumi datar di dunia medsos bahkan semakin ramai dan saling sindir tak karu-karuan, ada kelompok kaum bumi datar dan kaum bumi bulat, tapi bukan tahu bulat lho yaa....
Kaum bumi datar menjadikan sumber kitab suci sebagai landasan atau pijakan, sedangkan kaum bumi bulat berdasarkan ilmu astronomi yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan memang bumi itu bulat, makanya bisa ada siang dan malam. Alkitab sebenarnya terbuka untuk tafsir, bisa saja yang dikatakan "datar" adalah perumpamaan, bukan arti letterlijk.
Kalau bumi itu datar berarti pergerakannya maju-mundur seperti print tinta model dulu, yang bunyinya bikin ramai/bising suasana kantor. Tapi bumi datar bukan seperti undur-undur juga yang tidak pernah bisa maju.
Bahkan kaum bumi datar pernah mendatangi LAPAN, sekedar ingin berdiskusi dan minta penjelasan atau disuruh membuktikan kalau benar bumi itu bulat. Waktu itu yang memberi penjelasan Thomas Djamaludin sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional alias LAPAN itu.
Sudah dijelaskan dengan keilmuan menurut astronomi dan didukung dengan bukti-bukti dan teknolgi, ternyata tidak bisa mengubah pendirian mereka tentang keyakinan bumi itu datar. Kitab suci adalah pegangan mereka, padahal terbuka untuk ditafsirkan. "Bumi terhampar" bukan berarti permadani datar yang tidak bergelombang, bukan?
Malam ini tanggal 31 Januari 2018, terjadi Gerhana Bulan Total (GBT). Mohon bedakan dengan LBGT.
Gerhana Bulan Total ini bisa menjadi bukti atau pembuktian kalau Bumi itu benar-benar bulat seperti tahu bulat dalam skala raksasa.
Thomas Djamaludin, sebagai kepala LAPAN, mengajak penganut kepercayaan kaum bumi datar untuk menyaksikan fenomena Gerhana Bulan Total. Penganut kepercayaan kaum bumi datar akan bisa menyaksikan fenomena bagaimana bentuk bumi yang terpantul melalui bayangannya di permukaan bulan.
"Gerhana bulan ini saat yang tepat untuk membuktikan bumi bulat karena ketika purnama tergelapi maka akan terlihat bayangan. Bayangan yang menggelapi itu adalah bayangan bumi. Jadi kelengkungan bayangan di permukaan bulan ketika proses gerhana itu menunjukkan bumi yang bulat," kata Thomas Djamaludin, Selasa 30 Januari 2018.
Thomas juga melanjutkan bahwa argumen penganut kepercayaan bumi datar terkait fenomena bulan diakibatkan oleh obyek tak dikenal, sangat tidak masuk akal.
"Jadi kalau penganut bumi datar mengatakan ada obyek tidak diketahui saat gerhana bulan itu adalah sesuatu yang benar-benar tidak logis," kata Thomas Djamaludin. "Saat menonton gerhana nanti, masyarakat bisa membuktikan bahwa sistem tata surya Matahari yang saat ini dipercaya sudah benar. Sebab peneliti bisa meramalkan waktu dan tempat terjadinya Gerhana Bulan Total," katanya lagi.
"Saya mengajak menonton Gerhana Bulan. Bandingkan waktunya karena waktu dimulai gerhana itu pukul 18.48 buktikan benar tidak. Kemudian gerhana totalnya mulai 19.25 betul atau tidak. Kalau memang betul maka sistem bumi, bulan dan Matahari itu sudah betul karena sudah bisa dihitung."kata Thomas dalam penjelasannya.
Marilah kaum bumi datar untuk melihat dan membuktikan fenomena ini. Ini bukan sulap juga bukan sihir, ini fenomena alam yang bisa dipelajari dan dibuktikan dengan teknologi, kapan waktunya dan di mana. Bokyo Ojo ngeyel-ngeyel, kita percayakan pada ahlinya yang sudah berkecimpung dalam dunia antariksa.
Bagi yang Muslim tentu ini juga sebagai kebesaran Tuhan dan memujanya penguasa alam semesta untuk melakukan sholat gerhana bulan.
Apakah dengan adanya Gerhana Bulan ini bisa menyadarkan atau mengubah keyakinan penganut kaum bumi datar, tidak tahu juga. Kalau pintu kebenaran sudah sangat jelas dan bisa dipertanggung jawabkan, berarti hanya kepandiran yang menutupi akan pikiran kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews