Mengalah dalam hal hal yang tidak prinsipil sesungguhnya sangat baik. Untuk apa kita mencari masalah karena soal sepele, hanya untuk menunjukan bahwa kita tidak takut. Biarkanlah orang merasa dirinya lebih hebat dari diri kita. Misalnya, membunyikan klakson berulang kali dan kemudian menyalip kendaraan kita, hanya karena ingin menunjukan bahwa ia lebih piawai mengemudi ketimbang diri kita.
Atau dalam sebuah percakapan, ada salah satu dari yang hadir berbicara penuh kebanggaan bahwa ia baru saja membangun rumah baru atau membeli kendaraan baru. Atau mungkin juga dengan penuh keceriaan bercerita bahwa ia memenangkan kompetisi menulis entah di blog mana.
Apa salahnya kita memberikan ucapan selamat secara tulus bahwa hasil kerja kerasnya sudah membuahkan hasil? Perlukah kita menjatuhkannya dengan mengatakan: "Maaf mas, sebelum anda mulai menulis buku saya sudah menjadi salah satu National Best Seller?" Apa untungnya buat kita?
Dengan satu kalimat tersebut, maka kita sudah memutus jaringan pertemanan dengan orang yang baru saja sedang gembira, menceritakan pencapaiannya dalam menulis.
Dan kelak kalaupun bertemu lagi dengan diri kita, dipastikan ia tidak pernah lagi akan bercerita apapun tentang dirinya. Karena secara tanpa sadar kita sudah menciptakan semacam trauma dalam dirinya.
Satu contoh lagi
Sementara menunggu di bandara seperti biasa, kami isi dengan saling tegur sapa dengan para penumpang yang juga akan berangkat dengan penerbangan yang sama.
Seperti biasa, yang mengawali bercerita adalah ibu-ibu. Dari mulai mengomel tentang pesawat datang terlambat dan cuma minta maaf karena alasan operasional hingga kalau penumpang yang terlambat: "tiada maaf bagimu", karena tiket dinyatakan tidak berlaku lagi dan not refundable", kemudian cerita mengalir jauh hingga menyangkut masalah, bahwa ia sudah 3 kali diundang anaknya datang ke Australia.
Bahkan mengingatkan kami berdua agar kalau membawa barang makanan harus di declare dan seterusnya. Ibu ini,merasa bahwa ia lebih paham tentang Australia dibandingkan dengan kami. Nah, ketika orang lagi sibuk, memberikan kita wejangan demi kebaikan kita apakah perlu pembicaraannya diputuskan dengan mengatakan: "Wah, kalau itu saya sudah tahu, Bu, kami malahan sudah jadi penduduk Australia."
Andaikata hal ini terucapkan, maka secara langsung kami akan mempermalukannya di depan orang lain yang juga ikut mendengarkan. Maka jalan terbaik adalah menjawab dengan sopan, tanpa perlu mengedepankan, bahwa kami sudah tidak terhitung kalinya berkunjung ke Autralia.
Tidak ada ruginya dan tidak ada yang berkurang dari diri kita karena kita menerima nasihat dari orang lain. Walaupun sesungguhnya tidak diperlukan.
Dalam hal ini jurus terbaik dikedepankan adalah: "Silent is gold" .
Mengalah, bukan berarti bahwa kita kalah.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews