Mengalah, Bukan Berarti Kita Kalah

Senin, 22 Januari 2018 | 17:01 WIB
0
346
Mengalah, Bukan Berarti Kita Kalah

Mengalah dalam hal hal yang tidak prinsipil sesungguhnya sangat baik. Untuk apa kita mencari masalah karena soal sepele, hanya untuk menunjukan bahwa kita tidak takut. Biarkanlah orang merasa dirinya lebih hebat dari diri kita. Misalnya, membunyikan klakson berulang kali dan kemudian menyalip kendaraan kita, hanya karena ingin menunjukan bahwa ia lebih piawai mengemudi ketimbang diri kita.

Atau dalam sebuah percakapan, ada salah satu dari yang hadir berbicara penuh kebanggaan bahwa ia baru saja membangun rumah baru atau membeli kendaraan baru. Atau  mungkin juga dengan penuh keceriaan bercerita bahwa ia memenangkan kompetisi menulis entah di blog mana.

Apa salahnya kita memberikan ucapan selamat secara tulus bahwa hasil kerja kerasnya sudah membuahkan hasil? Perlukah kita menjatuhkannya dengan mengatakan: "Maaf mas, sebelum anda mulai menulis buku saya sudah menjadi salah satu National Best Seller?" Apa untungnya buat kita?

Dengan satu kalimat tersebut, maka kita sudah memutus jaringan pertemanan dengan orang yang baru saja sedang gembira, menceritakan pencapaiannya dalam menulis.

Dan  kelak kalaupun bertemu lagi dengan diri kita, dipastikan ia tidak pernah lagi akan bercerita apapun tentang dirinya. Karena secara tanpa sadar kita sudah menciptakan semacam trauma dalam dirinya.

Satu contoh lagi

Sementara menunggu di bandara seperti biasa, kami isi dengan saling tegur sapa dengan  para penumpang yang juga akan berangkat dengan penerbangan yang sama.

Seperti biasa, yang mengawali bercerita adalah ibu-ibu. Dari mulai mengomel tentang pesawat datang terlambat dan cuma minta maaf karena alasan operasional hingga kalau penumpang yang terlambat: "tiada maaf bagimu", karena tiket dinyatakan tidak berlaku lagi dan not refundable", kemudian cerita mengalir jauh hingga  menyangkut masalah, bahwa ia sudah 3 kali diundang anaknya datang ke Australia.

Bahkan mengingatkan  kami berdua agar kalau  membawa barang makanan harus di declare dan seterusnya. Ibu ini,merasa bahwa ia lebih paham tentang Australia dibandingkan dengan kami. Nah, ketika orang lagi sibuk, memberikan kita wejangan demi kebaikan kita apakah perlu pembicaraannya diputuskan dengan mengatakan: "Wah, kalau itu saya sudah tahu, Bu, kami malahan sudah jadi penduduk Australia."

Andaikata hal ini terucapkan, maka secara langsung kami akan mempermalukannya di depan orang lain yang juga ikut mendengarkan. Maka jalan terbaik adalah menjawab dengan sopan, tanpa perlu mengedepankan, bahwa kami sudah tidak terhitung kalinya berkunjung ke Autralia.

Tidak ada ruginya dan tidak ada yang berkurang dari diri kita karena kita menerima nasihat dari orang lain. Walaupun sesungguhnya tidak  diperlukan.

Dalam hal ini jurus terbaik dikedepankan adalah: "Silent is gold" .

Mengalah, bukan berarti bahwa kita kalah.

***

Editor: Pepih Nugraha