Hari Sabtu 20 Januari 2018 Gubernur Anies Baswedan beserta istrinya naik KRL ke Depok untuk menghadiri pernikahan anak Bambang Widjoyanto, sahabat karibnya yang juga menjadi tim sukses Anies-Sandi di Pilgub DKI Jakarta lalu.
Dalam akun Istagramnya dia menulis "Jelang siang tadi menghadiri resepsi pernikahan putri Mas Bambang Widjoyanto di Depok, Jawa Barat. Sengaja memilih naik KRL bersama @fery.farhati agar lebih cepat sampai."
Alasan Anies naik KRL adalah "agar tak terjebak macet". Tentu saja alasan yang logis. Maklum saja, walau hari Sabtu kesibukan lalu lintas Jakarta-Depok relatif lenggang dibanding hari kerja biasa, siapa berani memprediksi kemacetan? Untuk mengantisipasi itulah, Anies memutuskan naik KRL saja agar tidak terlambat sampai di acara kondangan. Siapapun tentu saja tak mau terlambat dan malu bila terlambat sampai tujuan, bukan?
[irp posts="8587" name="Anies Baswedan, Capres Negarawan dan Negarawan Yang Moderat"]
Banyak apresiasi diberikan para netizen di dunia maya, khususnya para pendukung Anies. Mereka mengatakan Anies merakyat. Ada pula yang "iri" dengan keserasian Anies dan istri saat ke kondangan itu.
Saat naik KRL itu, suasana gerbong yang dinaiki relatif lenggang. Demikian juga Stasiun saat Anies menunggu kereta. Sejumlah calon penumpang di stasiun dan gerbong yang dekat dengan Anies saat itu relatif sibuk sendiri, mereka hanya memandang Anies dan tidak berbondong-bondong mendekatinnya. Mereka lebih memilih "bengong" sendiri atau sibuk memainkan ponsel masing-masing.
Demikian juga Anies, dengan santainya dia bisa bersibuk ria memainkan ponselnya, mungkin membalas pesan yang masuk, berceloteh di akun medsonya, atau justru main game -hanya Anies dan Tujanlah yang tahu karena ponsel adalah barang privat.
Sebagai orang nomor 1 di Pemprov DKI dan sosok terkenal, kondisi lengang dan tidak dikerubuti masyarakat tentu saja merupakan kemewahan saat berada di ruang publik seperti stasiun dan KRL.
Bandingkan bila sosok terkenal seperti Raisa yang naik KRL, mungkin saja akan dikerubuti penggemar sehingga mengurangi kenyamanan dan kemewahan bepergian.
Bandingkan saja bila presiden Jokowi, menteri Susi Pujiastuti atau Ahok -Gubernur DKI yang Anies gantikan- bila berada di ruang publik seperti itu kemungkinan ketiga orang terkenal itu akan dikerubuti masyarakat.
Raisa, Jokowi, Susi Pudjiastuti atau Ahok dipastikan tidak akan mendapatkan kenyamanan, sementara Anies terbukti bisa nyaman.
[irp posts="8677" name="Ketidakadilan Stadion GBK dan Semangat Jakarta untuk Semua"]
Sungguh enak jadi seorang Anies Baswedan. Ruang publik seperti stasiun dan KRL mampu memberikan dia kemewahan. Dia bisa sangat nyaman bersibuk ria dengan ponsel pribadi tanpa direcoki banyak orang yang ingin berfoto bersama atau ngajak ngobrol ini-itu yang menyita waktu pribadi, bikin badan kringet, dan melelahkan.
Menjadi pejabat publik dan terkenal bisa mendapatkan kemewahan dari hal sederhana, yakni bisa santai bepergian menggunakan angkutan masal tanpa gangguan masyarakat sekitar.
Mewah itu sederhana bukan? Dan Anies telah mendapatkannya.
Sungguh enak jadi Anies.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews