Beberapa hari terakhir netizen Twitter dihebohkan dengan drama dua jurnalis, yang satu bak pahlawan yang mengungkap 'aib' sang aktivis feminis, eh sang feminis yang biasanya membela hak kaum perempuan itu malah diam dan tidak berkomentar sehingga membuat warga Twitter bertanya-tanya. Dua jurnalis itu adalah Hans David dan Arman Dhani. Kedua jurnalis ini memang dikenal sebagai jurnalistwit, meminjam istilah selebtwit untuk mereka yang terkenal, dan punya banyak pengikut.
Jadi drama online itu bermula dari akun Hans David (@hansdavidian) yang berceloteh di Twitter pada Kamis, 18 Januari 2018 lalu. Serangkaian cuitan itu memberikan informasi soal kelakuan bejat Arman Dhani.
"Gak ada yang mesen saya untuk ekspose kelakuan @arman_dhani dkk. Saya cuma ngerasa penting aja orang2 tahu supaya gak ada lagi ruang gerak buat mereka eksploitasi orang2 lemah buat menuhin hasrat hedon mereka," salah satu celoteh Hans.
Lalu muncul pertanyaan, emang Arman ini siapa sih?
Seperti dikutip dari Tirto.id, Arman Dhani ini sudah mulai terjun di dunia jurnalistik sejak di bangku kuliah dengan bergabung dengan pers kampus Mahasiswa Tegalboto di Universitas Jember 2006 lalu. Ia juga pernah menulis untuk lenteratimur.com, mojok.co, Jakartabeat.net, midjournal.com serta sempat pula mengurus jarakpandang.net. Arman juga pernah mendapat beasiswa Pantau tahun 2009.
Penulis esai 'Dari Twitwar ke Twitwar' ini juga pernah mengikuti kelas penulisan kritik senirupa dan budaya visual di Ruang Rupa. Sebelum bergabung dengan The Geo Times, Arman pernah bekerja untuk Radar Jember. Barulah sejak Januari 2016, aktivis feminis ini bergabung dengan Tirto dan menulis soalan kebudayaan populer, feminisme, gender serta satire sesuai dengan apa yang sering ia suarakan melalui akun Twitternya.
Arman yang sekarang sepertinya tengah terpojok memilih diam dan mencoba melakukan klarifikasi melalui akun Facebook miliknya. "There was a time when I did nasty thing for the shake of sex and fame. Instead of deny it, I embrace my mistakes and learn from it. If I had hurts you. I'm sorry. No point defending a monster and surely no point hide it either," tulisnya di hari yang sama. Secara gak langsung dia mengakui pernah melakukan kesalahan dan meminta maaf kepada yang tersakiti.
Tak hanya menulis di Facebook, Arman juga menulis sebentuk klarifikasi di blognya www.kandhani.net. Namun, klarifikasi ini lebih kepada Arman masih bingung ada masalah apa Hans dengan dirinya sehingga terus-terusan menyerang. Bukan malah memberikan klarifikasi soal apa yang tengah menjadi kehebohan di Twitterland.
"Saya juga ingin tahu ada masalah apa Hans sehingga ia bisa berhari-hari mengejek, menuduh, dan membahas kehidupan saya tanpa henti. Mulai dari mengambil cerita di instastory, tulisan di esai, sampai dengan yang mengarang cerita saya punya grup wasap penidur folower. Jika memang dia punya masalah yang ingin diselesaikan, saya bisa datangi dia, sebutkan tempat dan waktu. Saya tak pernah lari dari masalah dan selalu berupaya menghadapinya sendirian," tulis Arman pada 18 Januari 2018.
Pada tulisan dengan judul 'Mengapa Saya Diam' itu juga Arman lebih kepada berkelit. Apa yang dikatakannya tak lebih hanyalah 'klarifikasi diplomatis' belaka. "Saya tidak sempurna. Bahwa saya melakukan kesalahan di masa lalu itu benar. Saya belajar untuk memperbaiki diri dan berusaha untuk jadi orang yang lebih baik. Tentu saya pernah jadi pribadi yang genit menggoda orang di medsos, juga bahkan menjadi brengsek karena jalan dengan follower, tapi saya kira itu dalam batas consent dan wilayah yang jelas," begitu katanya lagi.
Ini juga masalah gak jelas framingnya mau dibawa kemana. Padahal keduanya sama-sama jurnalis loh. Kalo memang ada perkara yang merugikan orang lain dan memperjuangkan kebenaran, kenapa gak dilaporin saja? Bisa bikin tulisan investigasi atau in-depth news soal kasus ini agar gak ada lagi kejadian serupa kedepannya.
Apalagi yang membuka 'keran' masalah pertama juga terkenal sering menulis kasus investigasi untuk medianya. Jika memang benar seperti yang dituduhkan, korban dari Arman Dhani lebih baik melapor kepada pihak yang berwajib agar segera mendapatkan penanganan hukum.
Ada juga kok yang memberikan rekomendasi. Salah satunya akun @syaharbanu yang nge-tweet begini, "Sebagai mitra @LBHAPIK (bukan sebagai SJW ya!), aku sarankan agar korbannya Arman Dhani didampingi untuk bisa bikin laporan ke Apik kalau mau memperkarakan. Biasanya Apik akan arahkan ke @YayasanPulih untuk pemulihan mental sambil bersiap menghadapi rangkaian pemeriksaan."
Mari kita lihat kemana kasus ini akan bermuara!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews