Dalam kunjungan dinasnya ke Tegal, waktu memasuki magrib, Presiden Jokowi mampir ke sebuah mushollah kecil lalu sholat bersama jamaah di sana. Imamnya, ya imam rutin mushollah tersebut.
Begitupun saat kunjungan ke daerah lain. Memasuki waktu sholat, Presiden biasanya mampir ke mushollah atau masjid mana saja. Ikut menjalankan ibadah bersama kebanyakan rakyat. Berjajar dalam beberapa shaf sebagaimana layaknya jamaah di lingkungan itu.
Barangkali Jokowi adalah Presiden Indonesia yang paling sering mampir ke mushollah-mushollah kecil atau masjid kampung dan berjemaah bersama rakyat. Tanpa seremoni. Tanpa protokoler. Mampir untuk sholat, lalu meneruskan perjalanan.
Tapi kenapa sebagian mereka menuding Jokowi anti Islam?
Selama masa jabatannya sebagai Presiden, Jokowi adalah Presiden yang paling sering mengunjungi pondok Pesantren. Berdialog dengan para santri. Ketika berjumpa para Kyai, Jokowi mencium tangannya dengan takjim. Seperti layaknya santri bertemu kyainya.
Tapi mereka menuding Jokowi anti Islam.
[irp posts="7062" name="Menikmati Hasil Tiga Tahun Pengabdian Jokowi"]
Di jaman SBY, Rizieq dua kali ditangkap polisi karena ceramah hasutannya. Dua kali mampir di tahanan. Jaman Jokowi, Rizieq baru mau diperiksa polisi karena diduga mesum. Gambar dan chat cabulnya beredar. Rizieq kabur.
Tapi mereka tidak menuding SBY mengkriminalkan ulama. Tuduhan itu justru dialamatkan pada Jokowi.
Di jaman SBY, presiden pernah bicara ke publik sedang jadi incaran teroris Islam garis keras. Di jaman Jokowi, banyak orang terang-terangan melemparkan ancaman via medsos kepada Presiden. Tapi tidak pernah ada satupun kata yang keluar dari Jokowi soal ancaman pada dirinya. Dia malah cuek saja berjumlah dengan ribuan bahkan jutaan orang rakyatnya.
Tidak ada ketakutan apalagi kecurigaan pada rakyat. Tapi mereka tetap saja menuding Jokowi anti Islam.
Lalu siapakah mereka yang menuding-nuding itu?
Pertama, yang rajin menuding Jokowi adalah tokoh-tokoh agama dari HTI. Organisasi yang di banyak negara ini dilarang karena sering bersentuhan dengan kegiatan teroris, memang selalu memusuhi pemerintah yang sah. Tujuan mereka melakukan itu agar sebuah pemerintahan ambruk. Lalu berharap digantikan oleh sistem khilafah. Jadi kalau di Saudi atau Turki, Hizbut Tahrir dilarang, ya wajar saja.
Kedua, biasanya tudingan kepada Jokowi dilakukan oleh para simpatisan Islam garis keras seperti ISIS, Al Qaedah dan turunannya. Kaum seperti ini memang di mana-mana kerjanya merusak saja.
Ketiga, tudingan itu dilakukan para politisi partikelir yang suka menjual isu agama. Kita punya banyak partai berbasis masa Islam. Tapi yang paling rajin menuding Jokowi anti Islam adalah kaum sapi bongkrek. Mereka inilah yang setiap hari kerjanya melempar fitnah dan isu pada presiden.
Keempat, kelompok-kelompok kepentingan yang menjadikan agama sebagai basis pengumpulan masa. Mereka berada di organisasi-organisasi front-front-an, organisasi kedaerahan, organisasi jihad abal-abal. Suka mengumpul-ngumpulkan sumbangan untuk jihad, padahal cuma memperkaya kantongnya saja.
Kelima, para penganut Wahabi, yang cara mikirnya puritan dan kolotnya minta ampun. Mereka ini biasanya akan menyerang siapa saja yang berbeda.
Mereka menuding kyai-kyai NU, mengkafirkan orang Islam yang berbeda pandangan, memusuhi non-muslim, menyuruh minum kencing Onta, dan sebagainya. Orang-orang jenis ini selalu memusuhi Jokowi yang menganut Islam mengikuti mazhab Imam Syafei seperti sebagian besar penganut Islam di Indonesia.
Keenam, adalah para politisi yang sebetulnya gak ada bau-bau Islamnya, tapi ngebet banget mau berkuasa. Makanya mereka sering memainkan isu agama ini untuk memuluskan niatnya. Padahal mah, tokoh yang diusung, boro-boro Islami. Baca juz amma saja babak belur.
Artinya jika orang-orang itu menyerang Presiden Jokowi sebagai anti Islam, sesungguhnya yang mereka serang adalah Islam cara kita. Sebab Islamnya Pak Jokowi sama persis seperti Islamnya kebanyakan orang Indonesia.
Pak Jokowi bisa sholat di masjid atau mushollah mana saja. Kita juga.
Pak Jokowi mencium tangan pada kyai atau guru yang mengajarkan kebaikan akhlak. Kita juga.
Pak Jokowi menghormati pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang penting di Indonesia. Kita juga.
Pak Jokowi mempraktekkan Islam yang toleran dan penuh kasih sayang. Tidak mudah mengkafirkan dan mensesatkan orang lain. Kita juga.
Pak Jokowi meyakini Islam yang rahmatan Lil alamin. Yang memberikan manfaat pada kemajuan peradaban dan kehiduoan. Kita juga.
Mereka yang menyerang cara Pak Jokowi beragama. Sesungguhnya mereka juga sedang menyerang cara kita beragama. Tujuannya cuma mau merusak bangsa ini.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews