An-Niyaatu fil Fuulitik, "High Politics" Islam

Senin, 15 Januari 2018 | 20:04 WIB
0
322
An-Niyaatu fil Fuulitik, "High Politics" Islam

Politik adalah soal kekuasaan dan kekuasaan di dunia ini adalah uang. Maka, bila uang yang berbicara, politik dapat dikuasai. Itu politik pragmatisme. Ini yang disebut low-politics, politik rendahan. Politik uang untuk memenangkan kompetisi kekuasaan. Uang bisa merajalela dan menjadi penentu bila kekuasaan sebagai tujuan (politics for power). Tapi, tidak semua politik bersifat pragmatis, oportunis dan hanya soal perebutan kekuasaan. Ada yang lebih dari itu.

Agama membimbing manusia agar politik bukan soal praktis-pragmatis, soal uang atau hanya soal berkuasa dan kekuasaan, tapi sarana untuk menciptakan kepemimpinan yang benar atau alat untuk memperjuangkan hal-hal yang lebih tinggi: keadilan, supremasi hukum atau terimplementasinya ajaran kitab suci dalam ranah politik dan kekuasaan tentang kebenaran, kejujuran, amanat dll.

Ini yang disebut high-politics, politik tingkat tinggi. Politik tingkat tinggi tidak mesti berkuasa, yang lebih penting berpengaruh.

Oleh mereka yang kesadaran dan tradisi berpikirnya praktis pragmatis, bahkan oportunis, high-politics ini akan susah difahami dan diterima karena referensi di kepalanya yang disebut politik itu ya yang praktis pragmatis dan rebutan kekuasaan semata itu.

Politik Islam harus mengarah ke high politics siapapun yang berkuasanya. Bila yang berkuasa lebih mempertahankan kekuasaan kelompoknya ketimbang pesan-pesan agama dan nilai-nilai ilahiyah maka itu bukan politik Islam walaupun para ulama berjejer di situ berkuasa, seperti wilayat el-faqih di Iran misalnya.

Sama juga, bila rakyat, partai, kelompok, kaum oposan atau apa saja, orientasi politiknya kekuasaan semata atau ingin giliran berkuasa, itu pun bukan politik Islam. Maka, niat berpolitik di sini menentukan. Siapa yang tahu niat? Masing-masing diri, kelompok, partai dan sebagainya.

Niat akan menentukan nilai dan kualitas berpolitik. Oleh niat yang lurus, semua praktik politik busuk akan mudah kelihatan dan terbongkar.

[irp posts="6333" name="Konsep Islam Politik"]

Sekarang, tujuan NKRI, Pancasila, demokrasi dsb apa niatnya? Bila semua itu digunakan hanya untuk berkuasa sekompok orang, maka itulah politik kekuasaan yang rentan penyelewengan, pembusukan dan otoritarianisme atas nama Pancasila dan NKRI.

Atau, negara Islam, syariat Islam dan khilafah, apa niatnya? Bila tujuannya hanya untuk berkuasa kaum agamis, itu bukan politik Islam, itulah topeng agama untuk politik atau politisasi agama.

Politik Islam harus hanya berorientasi dan digunakan untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan, kejujuran, kesejahteraan rakyat dst. Tujuannya utamanya "baldatun thayyibatun warabbun ghafur."

Wallahu a'lam.

***

Editor: Pepih Nugraha