Para ustadz, ulama dan tokoh Islam pembela kelompok, madzhab dan organisasinya, itu untuk diketahui saja, bukan untuk diikuti.
Yang mereka bela tak akan jauh, madzhab dan kelompoknya. Ideologinya kelompok. Tanpa sadar itulah penganut ashabiyah (etnis, kesukuan, kelompok).
Yang begitu, sudah pasti, pengaruhnya tak akan ke mana-mana, hanya di kelompoknya saja. Ia membangun semangat militansi dan fundamentalisme kelompoknya.
Ketika ada tren Islam yang berkembang tidak bicara kelompok tapi umat, akan dicurigai bahkan dimusuhi. Dianggapnya akan merebut dan mengalahkan kelompoknya.
Mengapa? Karena di pikirannya hanya kelompok. Pikirannya sempit di situ, tak bisa melebarkan sayap, tak bisa keluar. Tak bisa "out of the box." Ketika pengikutnya pun sama, membenarkan pembelaannya. Jadilah kelompokisme. Ini berlaku buat semua pengusung kelompok atau yang group-minded.
Ulama dan tokoh Islam pembela Islam itulah yang untuk diikuti.
Yang ia bela bukan kelompok, tapi Islam sebagai ajaran dan umat sebagai komunitas trans-kelompok, trans-organisasi, trans madzhab dan trans-nasional.
Bagi ulama dan tokoh Islam begini, kelompok bukan dasar dan tujuan tapi hanya latar belakang saja. Tapi wawasan dan konsern-nya keumatan. Ia melepaskan kepentingan kelompok dan ingin merangkul semua kelompok. Ia pun masuk ke semua kelompok dan akan disambut oleh mereka dalam kelompok yang berpikirnya keumatan bukan kekelompokan.
[irp posts="8077" name="Gagalnya Islam Politik Dan Kekecewaan Gerakan 212"]
Inilah jenis ulama dan tokoh Islam yang sedang dicari dan dibutuhkan umat dewasa ini. Umat sedang haus mencari tokoh antar madzhab, lintas organisasi dan pemimpin pemersatu. Sekali muncul tokoh begini akan disambut meriah, di cintai luas dan didukung gegap gempita.
Inilah tren Islam sekarang. Siapa yang melawan arus ini, ia seperti sedang melawan kekuatan Islam bahkan seperti menentang ajaran dan semangat Islam sendiri. Maka, bila tak disukai umat bahkan di-bully, itu adalah resiko yang harus ditanggungnya.
Maka, membaca zaman adalah penting, membaca tren adalah signifikan dan membaca sejarah modern bahkan sejarah masa depan adalah mutlak dan kebutuhan.
Barang siapa melawan arus, ia akan digilas oleh arus itu sendiri, menjadi korban sejarah yang tertinggal di belakang, terkubur oleh zeitgeist alias semangat zaman.
Wallahu a'lam.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews