Bu Susi, Pak Luhut, dan Polemik Kapal Pencuri

Sabtu, 13 Januari 2018 | 19:21 WIB
0
579
Bu Susi, Pak Luhut, dan Polemik Kapal Pencuri

Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti disoal lagi soal penenggelaman kapal pencuri ikan, secara akumulasi sudah lebih 350 kapal yang dijadikan terumbu karang oleh Bu Susi.

Fakta lain adalah bahwa ada kenaikan signifikan populasi ikan untuk bisa ditangkap nelayan dan ini adalah kerja yang terukur sejak 72 tahun RI merdeka, sekian lama pula para pencuri ikan dari luar yang bekerja sama dengan pencuri lokal sekaligus pencuri solar subsidi yang merampok uang negara dengan jumlah triliunan rupiah.

Kerja Bu Susi adalah pekerjaan nyata yang blm ada sebelumnya, beliau juga tidak asal kerja dibelakangnya ada presiden yang mendukungnya serta amanat undang-undang yang menjadi landasannya.

Dua hari ini, dua pemegang amanah rakyat menyampaikan maklumat kepada Bu Susi agar tidak lagi menenggelamkan kapal tangkapan. Pak JK menyampaikan karena ada negara yang protes, Pak Luhut mengatakan sebaiknya kapal tangkapan dibagikan kepada nelayan saja.

Menjadi menarik dua statement di atas, menyimak apa kata Pak JK, seolah penangkapanpun tidak perlu dilakukan karena penenggelaman adalah buah dari penangkapan, sementara ide Pak Luhut masih masul diakal, karena hasil sitaan kapal sebaiknya dibagikan saja kepada nelayan.

Pertanyaannya kenapa waktu bersamaan kedua pemegang amanah rakyat itu membuat statement kepada publik, kenapa tidak dibicarakan di internal kabinet, saat rapat kabinet dan atau dibicarakan dulu kepada presiden sebagai atasan Bu Susi, yang mendukung kinerja menterinya.

[irp posts="7920" name="Apa Yang Dipertengkarkan Menteri Susi dengan Menteri Luhut?"]

Sulit memahaminya, tapi memasuki tahun politik 2018 apa saja bisa terjadi.

Manuver-manuver yang di luar nalar kadang bisa keluar dengan liar. Kita harus sabar sembari berdebar-debar apakah mereka bisa bersabar kalau tidak lagi mau bersama Jokowi, tunggulah sampai tugas usai digelar sehingga rakyat bisa menilai bahwa amanah yang diemban diselesaikan dengan baik, tidak menjadi perbincangan panjang bahwa pernah ada orang yang tak setia karena besar nafsu berkuasanya.

Indonesia dalam suasana perpolitikan yang menggeletik.

***

Editor: Pepih Nugraha