Islam Radikal dan Pilkada Jabar dalam Pandangan PKS

Jumat, 12 Januari 2018 | 06:51 WIB
0
466
Islam Radikal dan Pilkada Jabar dalam Pandangan PKS

Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba kemenangan Anies-Sandi di Jakarta dituduh rasis, Mereka melemparkan wacana Islam radikal, wacana lama yang sudah usang ironisnya didukung oleh media nasional dan dunia.

Sebenarnya ini adalah kepanikan yang dicoba disembunyikan, namun sayang, yang asli rasis memang akan kelihatan, kekalahan demi kekalahan yang diterima oleh kalangan kiri, tidak disikapi dengan bijak, tapi justru dihadapi dengan ke kanak-kanakan.

Kekalahan di Banten, dan yang paling fenomenal adalah kekalahan di Jakarta, membuat peta politik Indonesia berubah drastis, mereka sekarang sedang sangat khawatir kemenangan Jakarta akan segera di ekspor ke Jawa barat.

Panik dan kehabisan cara, maka jurus lama dipakai lagi, Islam radikal di belakang Anies-Sandi, padahal Anies-Sandi sebelum jadi Cagub-Cawagub DKI jakarta, mereka murni profesional.

Anies-Sandi gak pernah ikut pengajian, gak pernah terlibat dalam satu kegiatan keagamaan khusus, tidak pernah punya hubungan akrab dengan salah satu partai Islam, namun tetap dituduh radikal.

Bahkan Anies Baswedan adalah representasi tokoh kiri tengah 10 tahun yang lalu, menjadi tokoh moderat 5 tahun terakhir, dan menjadi tokoh yang dekat dengan Islam 3 tahun terakhir.

Ini murni pilihan jalan hijrah nya Pak Anies, karena semakin banyak jam terbang beliau di dunia politik, akan semakin membuat beliau paham wajah politik Indonesia, jadi saat beliau menerima Gerindra PKS sebagai kendaraan, mereka menuduh radikal? Maksa bukan?

[irp posts="5929" name="Retorika Anies-Sandiaga Bikin Jakarta Kian Terisolir"]

Pak Anies lulusan Amerika, western educated, pernah jadi rektor Universitas Paramadina yang paling sekuler saat itu, yang didirikan oleh tokoh utama sekuler Nurcholis Madjid, masuk akal Pak Anies Islam radikal?

Pak Sandi lulusan Amerika, profesional di bidang bisnis, rekanan bisnis para taipan, dekat dengan taipan William Soeryajaya, Erwin Seoryajaya, dll, pernah jadi ketua umum HIPMI, dekat dengan jaringan luar negeri yang mayoritas bukan muslim, masuk akal Pak Sandi Islam radikal?

Islam radikal yang mereka tuduh sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena Anies-Sandi didukung oleh partai Islam moderat PKS sebagai driver dan Gerindra yang berhaluan nasionalis sebagai mesin penggerak, karena Anies-Sandi didukung banyak ulama dan para habib, didukung mayoritas tokoh islam dan bahkan tokoh lintas agama, tapi kenapa PKS mereka sebut Islam radikal?

Islam radikal dilarang dalam konstitusi kita, makanya mereka segera melabeli sebagai teroris agar mudah di perangi, lalu PKS yang sah secara hukum terdaftar di Kemenkumham adalah Islam radikal?

[caption id="attachment_2077" align="alignleft" width="300"] Rizieq Shihab (Ilustrasi: Merahputih.com)[/caption]

Siapa itu FPI, hanya organisasi kecil, organisasi utama negeri ini masih tetap NU dan Muhammadiyah, lalu kenapa FPI dan Habib Rizieq disebut Islam radikal? Bukankah FPI juga berbadan hukum dan terdaftar secara sah di pemerintah? Islam radikal apalagi?

Ini adalah bentuk kepanikan yang luar biasa, karena tujuan utama mereka adalah tetap berkuasa, mereka tidak siap saat mata angin berubah, gak siap kalah, karena tanda tanda kekalahan semakin hari semakin mengganggu tidur malam, karena jika di Jabar mereka kalah, maka Jateng dan Jatim selanjutnya juga berpeluang imbang, lalu apa?

Lebih dari 100 juta penduduk Indonesia ada di pulau Jawa (Jabar-Jateng-Jatim) dan Jabar adalah ketua nya, Jabar punya penduduk 45 juta lebih, bahkan pada Pilpres 2014, Prabowo kalahkan Jokowi hingga selisih suara 5 juta, apa gak panik?

Mereka semula berharap langgeng di Banten, lalu bisa merebut DKI, tapi apadaya, kesombongan manusia yang dijawab oleh yang maha kuasa, mereka tumbang telak, kalah jauh, ketiban tangga, sakit luar biasa, lalu mereka sekarang sedang fokus ke Jabar.

Mereka menduduh PKS adalah Islam radikal di institusi politik dan para ulama adalah Islam radikal di level masyarakat, mereka tidak henti hentinya membenturkan isu SARA, tapi kalangan Islam yang dituduh pelakunya.

[irp posts="6629" name="Gerindra-PAN-PKS Hanya Berkoalisi di 5 Provinsi, Sulsel Tidak Termasuk"]

Mereka berharap Ridwan Kamil bisa menang di Jabar, menurut saya, strategi mereka di Jabar sama dengan strategi mereka di Jakarta, saya juga yakin, kalau mereka ngotot dengan koalisi pendukung Ahok di Jakarta, maka itu kemudahan bagi umat Islam.

Cara mereka menampilkan Ridwan Kamil hampir sama dengan cara mereka menampilkan Ahok, pertama isu independen non partai, lalu didukung Nasdem di awal, akan lajut ke deklarasi besar besaran kubu penista Tuhan.

Sekarang mereka masih malu-malu, karena tren Ridwan Kamil sedang menurun, elektabilitas gak naik naik, jalan di tempat, ditambah dengan dominasi PKS 10 tahun terakhir di Jabar, secara jujur mereka mengaku kepusingan, sedangkan Gerindra-PKS-PAN semakin intim dan semakin solid, Gerindra PKS PAN santai mereka yang kebakaran halaman.

Begitu juga dengan calon lain seperti Demiz-Demul dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan, sama sama dari blok yang suka menuduh umat Islam intoleran, radikal dan ekstrem.

Mereka mengira isu Islam radikal bisa mempengaruhi masyarakat, kalau merujuk ke survei ilmiah hasil riset, isu Islam radikal tidak punya pengaruh besar di masyarakat, bahkan tidak sampai 5% rakyat Indonesia percaya bahwa Islam radikal itu benar-benar ada di Indonesia.

Ibarat jualan es dimusim hujan, InshaAllah hanya akan ditertawakan orang awam sekalipun, saya melihat tren kemenangan kalangan Islam semakin besar, peluangnya semakin hari semakin menggembirakan, silahkan mereka main isu apa saja dimasa depan, saya yakin gak akan ngefek sama sekali.

Di akhir tulisan ini, saya hanya kembali mengingatkan, bahwa siapa saja di negeri ini yang anti Islam, anti ulama, dan anti mayoritas.

Maka mereka otomatis adalah geng anti kebhinekaan, anti perbedaan, anti demokrasi, anti keragaman, dan anti toleransi dalam kehidupan sosial.

Saya ingin ingatkan lagi, bahwa kalangan anti Islam akan dikalahkan di negeri ini, cepat atau lambat, bahkan lebih cepat dari yang mereka perkirakan, kepada koalisi sekuler anti Islam termasuk Jokowi, belajarlah pada 4 hal ini:

1. Kekalahan dunia dan Eropa dalam membendung kebangkitan Islam di Turki dalam upaya kudeta militer dan menggagalkan referendum konstitusi.

2. Kekalahan kalangan extrem kiri liberal di Belanda antara Mark Rutte dan Tokoh Rasis Geert Wilders.

3. Kekalahan yang menimpa Capres Prancis haluan ultanasionalis anti muslim dengan tokoh Marine Le Pen kemarin melawan tokoh yang tidak anti muslim Emmanuel Macron.

4. Kemenangan telak Anies-Sandi di Jakarta yang begitu fenomenal mengalahkan petahana Ahok dengan selisih hampir 1 juta suara.

***