“Teh, Joshua kenapa sih?” tanya suamiku pada saat kami sedang sibuk dengan gawai kami masing-masing.
“Emang kenapa?” tanyaku balik.
“Katanya dilaporin ke polisi,” jawabnya.
“Perkara apa?” tanyaku lagi.
“Katanya karena materi komedi tunggalnya. Dituduhnya Joshua menistakan agama. Tapi aku gak tau materinya kayak apa,” jawabnya.
Aku hanya mengangkat bahu. Biasanya, dengar gosip seperti itu aku akan mengajak suamiku mencari tau lewat Google. Namun malam itu, sepertinya aku terlalu lelah dan malas untuk membuang energi. Kami pun menggantung percakapan sampai disitu.
[irp posts="7584" name=" Watawa Saubil Haq, Watawa Saubis Sobr" Lewat Humor"]
Keesokan harinya, aku melihat di berita online apa yang dibicarakan suamiku semalam. Dari Kumparan.com 9 Januari 2018 aku membaca Joshua Suherman dan Ge Pamungkas tengah menjadi sorotan publik gara-gara dituding melakukan penistaan agama. Joshua bahkan sampai di laporkan ke polisi oleh Forum Umat Islam Bersatu (FUIB). Tudingan itu muncul ketika Joshua melakukan roasting terhadap Cherly ex Cherrybelle. Hal ini terlihat dari video yang diunggah akun Youtube Majelis Lucu.
"Dan yang gue bingung adalah Cherly walaupun leader dia gagal memanfaatkan kepemimpinannya untuk mendulang popularitas untuk dirinya sendiri," kata Joshua.
"Terbukti zaman dulu semua mata laki-laki tertujunya pada Anisa (Anisa Rahma), semua Anisa. Padahal, skill-nya Ani tipis-tipis ya kan? Skill nge-dance tipis-tipis, cantik relatif, ya kan? Gua mikir kenapa Anisa selalu unggul dari Cherly? Sekarang gua ketemu jawabannya, makanya Che, Islam. Karena di Indonesia ini tidak ada yang bisa dikalahkan oleh bakat sebesar apapun, mayoritas," lanjut dia.
Aku agak terperanjat membaca berita itu. Gitu doank? Bukan bermaksud mengecilkan tapi aku dan teman-temanku sering sekali bercanda model seperti itu.
Pernah aku dan teman-temanku datang ke kawasan pecinan di suatu daerah. Aku mencari rumah makan dengan label halal. Dan saat itu agak sulit menemukannya. Temanku lalu berkata, “Jadi orang Kristen makanya, Mei. Biar gak susah cari makan.”
Kata-kata itu tidak berarti apapun bagiku. Sampai saat ini aku masih tidak makan babi, masih solat, dan insya Allah masih muslim. Dan yang pasti kami tetap berteman baik.
Namun aku sadar sih, selera humor tiap-tiap orang berbeda. Ada saja orang-orang yang bercanda dengan kata-kata kasar yang membuar risih telinga. Namun orang-orang itu tetap tertawa. Tidak ada yang sakit hati. Ya, tiap orang menerima sebuah pernyataan dengan berbeda.
[irp posts="7582" name="Humor Itu Seni Menertawai Diri Sendiri"]
Mungkin ini refleksi bagiku juga untuk lebih berhati-hati berbicara ketika bertemu dengan orang. Karena bahan bercanda yang menurutku biasa bisa saja merupakan hal besar bagi orang lain. Sesuatu yang dinilai tidak tepat jarang bisa diterima.
Dan saranku untuk pelaku stand up comedy, mungkin sebaiknya jangan mengunggah pertunjukan kalian di sosial media. Kalian tidak tau siapa saja yang bisa menonton video kalian. Kalian tidak tau apa persepsi mereka tentang video kalian. Banyak orang yang tidak merasa nikmat dalam bercanda. Biarkan beberapa materi komedi kalian dikonsumsi oleh kelompok yang mengerti kalian saja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews