Koalisi Reuni atau "Trio Kwek Kwek" Pecah Kongsi di Jawa Timur

Kamis, 11 Januari 2018 | 06:55 WIB
0
485
Koalisi Reuni atau "Trio Kwek Kwek" Pecah Kongsi di Jawa Timur

Akhirnya poros tengah di Pilkada Jawa Timur 2018 pecah. Poros "koalisi reuni" (disebut "Trio Kwek Kwek" karena selalu kompak bersuara) Gerindra-PAN-PKS yang digadang-gadang akan mengusung satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di wilayah strategis itu nyatanya memilih pecah dan bergabung dengan koalisi lain yang sudah ada.

PKS dan Gerindra akhirnya mendukung Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno, sementara PAN menyeberang ke kubu Khofifah-Emil Dardak. Nama Moreno dan La Nyala Mattalitti yang semula digadang-gadang masuk bursa pencalonan langsung menguap, menyusul Abdullah Azwar Anas yang mundur diri akibat terpaan isu foto syur dengan perempuan.

Dengan begitu, hanya ada dua paslon di daerah pemilihan yang krusial ini, yakni paslon Saifullah Yusuf berpasangan dengan Puti Guntur Soekarno, serta paslon Khofifah Indar Parawansa dengan Emil Dardak. Paslon yang memang berpasangan! Iya, sama-sama ada keterwakilan perempuan pada masing-masing paslon.

[caption id="attachment_7787" align="alignleft" width="524"] Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak (Foto: Kompas.com)[/caption]

Prabowo Subianto semula memunculkan wacana memajukan mantan pembalap Moreno Soeprapto yang kini menjadi anggota DPR. Namun gayung tidak bersambut, Moreno dianggap terlalu "culun" di tengah para kandidat yang kental dengan ke-NU-annya itu. NU adalah Nahdlatul Ulama, organisasi kemasyaratan Islam terbesar. Jauh sebelumnya Gerindra juga memberi kesempatan kepada La Nyala Mattalitti, namun ia tak kunjung dapat pasangan dan akhirnya mengembalikan mandat kepada partai pengusungnya.

Ini adalah strategi dari poros PDIP. Sebab awalnya, Gus Ipul dipasangkan dengan Azwar Anas. Namun, Anas diterpa isu yang tidak mengenakkan sehingga mengundurkan diri dari pencalonan wakil gubernur Jatim mendampingi Gus Ipul. Lalu karena sudah hampir memasuki masa akhir pendaftaran paslon di KPU, maka tertanggal 10 Januari 2018, melalui surat keputusan DPP PDIP Nomor 3938/IN/DPP/1/PDIP berisikan keputusan tertulis pimpinan tingkat pusat PDIP berdasarkan usulan pimpinan tingkat Provinsi Jawa Timur telah memberikan persetujuan kepada Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno untuk maju sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Timur 2018.

[irp posts="7865" name="Pilkada Jatim di “Injury Time”, Titik Terang Terungkapnya Pendongkel Azwar"]

'Bongkar-pasang' calon gubernur di Jatim ini bisa jadi demi meraup suara. Jika sebelumnya, Khofifah menjadi satu-satunya wakil perempuan pada pilkada Jatim. Secara logika, keterwakilan gender ini akan menjadi salah satu pertimbangan masyarakat Jawa Timur untuk memberikan hak suaranya. Tentu jika diasumsikan begitu, maka akan banyak suara pemilih khususnya perempuan yang akan memilih paslon Khofifah-Emil.

Akan tetapi dengan hadirnya sosok perempuan baru, Puti Guntur, yang mendampingi Gus Ipul, maka suara pemilih perempuan akan terpecah. Apalagi Puti Guntur itu boleh jadi presentasi 'Ibu-ibu Pejabat' jaman now. Bisa dilihat dari kehidupannya di sosial media. Puti Guntur kerap mengunggah momennya bersama keluarga kecilnya. Tentu dengan style yang up-to-date banget.

Bisa jadi, sosok Puti yang memang lebih muda, gaul, santai, dan tampilan yang oke banget, memecah suara pemilih perempuan, bahkan generasi milenial. Bisa jadi. Sebab dijaman digital seperti sekarang, tak sedikit rakyat yang ingin punya pemimpin yang gaul dan dengan dengan anak muda.

Dengan hitung-hitungan itu juga, mungkin, yang buat Gerindra akhirnya memutuskan buat gabung dengan PKS yang udah lebih dulu merapat mendukung Gus Ipul-Puti Guntur.

Tapi kalo kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Andreas Hugo Parerira, keputusan memilih Puti Guntur mendampingi Gus Ipul karena udah dapat masukan dari para kiai, ulama, dan tokoh masyarakat Jawa Timur, bahkan Gus Ipul sendiri yang menginginkan itu. "Atas masukan dari Saifullah Yusuf juga," kata Andreas seperti dilansir dari Tempo.co, Rabu, 10 Januari 2018.

Terkait bergabungnya Gerindra dengan PKB-PDIP-PKS di Jawa Timur, itu soal biasa. Dalam politik memang begitu. Gak ada yang namanya kawan dan lawan sejati. Yang penting gimana kepentingan masing-masimg partai bisa tercapai. Jadi kalo berpolitik jangan baperan. Kalo kata Presiden PKS Sohibul Iman, karena Provinsi Jatim itu besar dan potensial suara di pilpres 2019, sehingga ini menjadi daerah 'seksi'. Makanya agak sedikit heboh saja.

[irp posts="7878" name="Perang Jawa, Bukan Sulap Bukan Sihir"]

Katanya ga mesti di semua wilayah harus bersama-sama atau bermusuhan. “Sebetulnya dari dulu juga kerja sama itu ada. Cuma masalahnya ini menyangkut provinsi besar, jadi seksi. Di Banjarmasin itu wali kotanya dari PKS dan wakilnya itu PDIP, enggak masalah. Itulah politik,” kata dia dikutip dari media daring yang sama.

Pecahnya poros koalisi Gerindra-PKS-PAN di Jatim bukan karena ada masalah atau sejenisnya sih kata Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono. Sebab, dalam kesepakatannya, Jatim tidak termasuk dalam wilayah kerjasama mereka. Dari awal juga katanya sudah ada kecenderungan mengusung calon yang sudah ada.

Namun, pendeklarasian dukungan terhadap paslon Gus Ipul-Puti tidak disampaikan oleh Ketua Umum Prabowo Subianto. Alasannya karena waktu untuk mendaftar ke KPU sudah hampir habis. Atau jangan-jangan karena akhirnya merapat dengan poros yang biasanya berseberangan?

***