Sesama hamba yang nista dan penuh dosa jangan saling menistakan.
Baru-baru ini di media sosial viral soal dugaan penistaan agama yang dilakukan Komika Ge Pamungkas dan Joshua. Mereka dinilai telah mengolok-olok agama dengan menjadikan agama bahan tertawaan. Sebagian ummat Islam yang kecewa menggulirkan ancaman boikot seperti biasanya.
"Orang yang ingin tahu tentang orang lain, harus memahami lelucon. Jangan gampang tersinggung dengan lelucon,” kata Gus Dur 28 tahun silam
Dari sekian kategorisasi disiplin ilmu Islam mungkin hanya kaum sufi yang mempunyai sensitifitas humor tinggi. Khazanah humor Islam banyak diisi para sufi, yang paling dikenal Abu Nawas, Nasrudin Hoja. Budaya Jawa punya punakawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong yang diadopsi sebagai hiburan rakyat pada masa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
[irp posts="7582" name="Humor Itu Seni Menertawai Diri Sendiri"]Indonesia, punya Gus Dur yang bergelar Doktor Humoris Causa. Putra Menteri Agama pertama ini memiliki segudang kelakar tentang bangsanya dan juga agamanya. Islam. Gus Dur berpandangan, humor adalah bentuk kearifan jiwa di tengah kepahitan dan kesengsaraan, juga kekacauan hati manusia.
Lewat tulisannya, Melawan Melalui Lelucon pada tahun 2000, Gus Dur menyebutkan beberapa fungsi humor. Bentuk protes terselubung, ekspresi politis, sarana menggalang persatuan, dan kritik terhadap keadaan yang tidak menyenangkan di tempat sendiri.
Humor sebagai seni ekspresi semestinya jauh dari prasangka. Karena ia adalah hasil pergumulan batin manusia dengan keadaannya. Humor adalah hasil kontemplasi karunia Tuhan yang diakali sedemikian rupa-amanah yang dititipkan Tuhan kepada khalifahnya-guna menggembirakan sesama. Malaikat dan Jin tak dianugerahi kemampuan ini.
Dalam praktik beragama, humor menjadi semacam kritik atas tingkah tingkah laku ummat yang mulai tak sehat. Humor hadir sebagai penyambung ukhuwah ummat. Tak sekadar memproduksi tawa, tetapi juga sarana watawa saubil haq, watawa saubis sobr. Saling mengingatkan dalam kebaikan, kesabaran, dan kegembiraan.
[irp posts="2277" name="Saham Sari Roti, Humor, dan Religi yang Jatuh"]
Di sisi lain, ekspresi mengenai Tuhan dan agama masih bisa diperdebatkan, karena Islam memungkinkan tafsir sebagai salah satu jalan menuju kebenaran. Benar bagi A belum tentu benar bagi B. Salah bagi Front Pembela Islam (FPI), belum tentu salah di mata ummat Islam yang lain.
Setiap pemeluk memiliki cara pandang, jarak pandang, resolusi pandang, dan kejernihan pandang masing-masing. Jangan memaksakan cara pandang Alumni 212, misalnya, kepada ummat Islam sedunia. Nanti setan mau menggoda siapa? Bisa sepi neraka.
“Sebenarnya Tuhan itu Maha Rileks.”
“Ah, ngaco! Wah, penistaan ini.”
“Tunggu dong. Jangan apa-apa penistaan. Kita ini hamba yang nista jangan saling menistakan.”
“Jadi, maksudmu apa?”
“Kalau misalnya kamu mabuk-mabukan, malas sembhayang, kriminal, tidak beragama apa kamu langsung dimatikan?”
“Ya.. engga sih. Buktinya saya masih hidup.”
“Nah itu. Tuhan Maha Rileks. Kamu boleh berbuat semaumu. Asal kamu siap dengan pertanggungjawaban perbuatanmu. Tuhan enjoy-enjoy aja, asal kamu tahu regulasinya dan konsekuensinya. Barangkali Tuhan lagi menunggu istighfar-mu.”
Nampakya dunia komedi perlu terobosan untuk meminimalisir kegaduhan. Halal-haram komedi akan selalu memantik emosi jika tak ada yang menengahi. Apakah genre komedi syariah perlu diwujudkan demi terciptanya senyuman yang kaffah lagi berkah?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews