Musim Pilkada tempat untuk berburu atau mendapatkan peruntungan dalam mendapatkan jabatan atau kekuasan. Karena peruntungan, kadang dianggap sebagai perjudian, tepatnya berjudi nasib. Wajar, sebab untuk "berjudi" diperlukan modal uang yang tidak sedikit.
Musim duren jarang lewat, musim anggur tak pernah datang, sekarang yang ada musim mengejar jabatan seperi bupati, walikota, gubernur bahkan sampai presiden. Saat ini para politikus sedang sibuk-sibuknya. Perkaranya sederhana, Rabu 10 Januari 2018 besok adalah batas akhir pendaftaran bakal calon kepala daerah. Jadi, kasak-kusuk itu biasa, saling-sikut apalagi.
Rupanya tidak melulu di negeri yang indah ini orang berebut jabatan publik sampai tega-teganya membohongi publik, di negara tetangga Malaysia pun tahun 2018 ini juga merupakan "tahun politik". tetapi, di negara jiran itu akan fokus pada pemilu untuk memilih Perdana Menteri yang baru.
Usia tidak menghambat atau mengendorkan semangat untuk berburu kekuasan atau jabatan. Mahathir Mohamad mantan Perdana Menteri Malaysia, di usia 92 tahun, dicalonkan sebagai Perdana Menteri oleh partai Oposisi Malaysia. Sekadar informasi, Pemilu di Malaysia akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun ini juga.
[irp posts="5301" name="Perampasan Tanah Adat Dayak oleh Perusahaan Sawit Malaysia"]
Mahathir Mohamad akan berpasangan dengan Wan Azizah Wan Ismail yang tak lain adalah istri mantan wakil Perdana Menteri yaitu Anwar Ibrahim. Mudah-mudahan mereka tidak saling tertarik secara "seksual", ya, sebab bisa gawat urusannya. Yang menarik adalah, padahal Anwar Ibrahim ini musuh politik Mahathir Mohamad dan dituduh melakukan tindakan asusila yaitu Sodomi.
Dan sekarang Anwar Ibrahim masih dalam tahanan, ia bisa bebas kalau ada pengampunan dari Raja. Ya begitulah politik. Tidak dilaporkan apakah Mahathir meminta izin Anwar Ibrahim di tahanan sebelum "meminang" Wan Azizah, meski ia "sekadar" mantan.
Tidak ada musuh abadi, yang ada kepentingan abadi, itulah kata-kata sakti dalam politik. Pameo ini juga berlaku bagi Mahathir Mohamad yang berpasangan dengan Wan Azizah Wan Ismail. Politik itu seni berkompromi sekaligus berakrobat, yang penting tujuan merebut jabatan atau kekuasaan tercapai.
Mahathir Mohamad adalah penantang yang potensial bisa menandingi ke populeran Perdana Menteri Najib Razak. Hampir mirip di negeri kita Jokowi dan Prabowo, Prabowo penantang yang potensial bisa mengimbangi kepopuleran Presiden Jokowi.
Mahathir Mohamad akhir-akhir ini sering menyerang Perdana Menteri najib Razak dengan tuduhan korupsi. Bahkan pidatonya sempat dihentikan dan diamankan oleh polisi Malaysia. Di negara Malaysia tidak ada aturan yang melarang karena faktor usia atau pernah menjadi Perdana Menteri untuk maju kembali dalam pemilihan Perdana Menteri.
Bahkan Mahathir Mohamad mengeluarkan pernyataan yang bikin panas atau heboh yaitu Najib Razak keturunan bajak laut dari Bugis. Kontan pernyataan itu bikin panas wakil Presiden Jusuf Kalla dan meminta Mahathir untuk meralat ucapannya.
[irp posts="6218" name="Mencari Politisi Damai Yang Tak Gunakan Agama Demi Raih Kekuasaan"]
Usia tidak menyurutkan Mahathir Mohamad untuk berburu kekuasaan atau jabatan,padahal baru-baru ini Presiden Robert Mugabe di Zimbabwe harus lengser oleh kekuatan tentara, dan ia adalah Presiden tertua yang pernah ada. Jadinya kena pepatah, "tua-tua keladi makin tua makin jadi".... maksudnya makin jadi gila kekuasaan.
Mahathir Mohamad terkenal dengan sebutan Soekarno Kecil, karena berani mengkritik kebijakan-kebijakan Barat. Di Indonesia sekarang juga ada Soekarno-Soekarnoan tapi masih sebatas dalam gaya berbusana atau cara berpakain saja yang tidak terlalu mengganggu hajat hidup orang banyak. Konon, ia juga sedang mempersiapkan Pilpres 2019 jika ada "mestakung" alias semesta mendukung.
Kekuasan dan jabatan sangat menarik bagi sebagian atau kebanyakan orang, ga tua ga muda, bila perlu menghalalkan segala cara.
Iya begitu kan, Bro?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews