Ada Suka dan Duka, Ada Tangis serta Tawa dalam Pilkada

Selasa, 9 Januari 2018 | 20:00 WIB
0
477
Ada Suka dan Duka, Ada Tangis serta Tawa dalam Pilkada

Minggu-minggu ini semua calon-calon dalam pilkada mulai mendaftarkan diri ke KPU. Dengan membawa massa mereka berduyun-duyun untuk ikut mendaftarkan jagoan masing-masing. Ada yang meramaikan dengan baju adat dan tradisi di tiap daerah.

Penetapan pasangan calon-calon kepala daerah, baik itu pasangan untuk Walikota, Bupati maupun Gubernur membawa kegembiraan tersendiri bagi yang mendapatkan mandat dari partai pengusungnya; ada calon yang dari kader partai sendiri, ada juga dari luar partai.

Lobi sana-sini antarpartai dilakukan calon-calon yang akan diusung dalam pilkada, dan bongkar pasang calon juga tidak kalah dramatisnya.

Kalau dalam kehidupan rumah tangga ada perpisahan atau perceraian, ternyata dalam pilkada juga seperti itu hampir 80 persen petahana yang maju dalam pilkada adalah berpisah atau berganti pasangan dalam periode ke dua. Yang dulunya wakil ingin posisi yang lebih tinggi, dalam hal ini \yang dulunya wakil Walikota ingin jadi Walikota, yang dulunya wakil Gubernur ingin jadi Gubernur.

Kemudian terjadilah konflik dalam masa-masa memerintah karena yang wakil merasa tidak dikasih atau pembagian tugas yang tidak jelas atau tidak diberi wewenang lebih luas.

Banyak kader-kader partai yang hari ini ada yang senang atau bahagia karena ditunjuk atau dikasih mandat untuk maju dalam pilkada, tapi tak sedikit yang kecewa karena tidak mendapat mandat partai, padahal ia merasa kader partai dan sudah berjuang demi kebesaran partainya.

Salah satunya ini terjadi di Partai Demokrat Kota Bogor, yaitu ketua DPC Demokrat Usmar Hariman yang saat ini menjabat Wakil Walikota Bogor atau wakilnya Bima Arya. Usmar Hariman mengundurkan diri dari Ketua DPC Demokrat dan keluar sebagai kader partai. Ia sudah mengirimkan surat pengunduran diri ke Ketua Partai Demokrat, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono

[irp posts="6974" name="Pegawai KPK Ini Terima 'Pinangan' Wali Kota Bogor Berlaga di Pilkada"]

Alasannya pengunduran diri tentu normatif yaitu ingin fokus menjadi Wakil Walikota dan menggantikan posisi Walikota yang akan cuti pilkada.

Bima Arya saat ini maju dalam bursa Walikota dengan berpasangan dengan Dedie A. Rachim, yaitu mantan pegawai KPK, yang ingin mengundi nasib dalam pilkada.

Dan partai Demokrat malah memberi mandat kepada Bima Arya - Dedie A. Rachim untuk maju sebagai calon Walikota dan wakil, bukan menunjuk Usmar Hariman yang juga sebagai kader partai dan wakil walikota saat ini.

Inilah suka duka pilkada, ada yang berpisah, ada yang lanjut,ada ngambek.

Contoh di atas sekelumit peristiwa saja.

***