Azwar Anas Mundur dari Pencalonan, Koalisi PDIP-PKB Pecah?

Sabtu, 6 Januari 2018 | 15:59 WIB
0
479
Azwar Anas Mundur dari Pencalonan, Koalisi PDIP-PKB Pecah?

Pemberitaan terkait foto syuuur Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang viral dalam media cetak maupun elektronik hari-hari ini setidaknya sudah mendongkrak nama bacawagub yang diusung PDIP dan PKB itu semakin populer dan menasional.

Kalau menengok ke belakang, sebenarnya isu semacam itu pernah pula dialami Azwar Anas semasa Pilkada Banyuwangi 2015 lalu. Namun, ternyata toh berita negatif “perselingkuhan” Azwar Anas dengan Ayu Azhari itu tak berpengaruh sama sekali.

Azwar Anas yang saat itu juga diusung PDIP “bersama” PKB akhirnya terpilih dalam Pilkada Banyuwangi 2015 tersebut. Prestasi yang berjibun dalam periode pertama kepemimpinannya di Banguwangi (2010-2015) membuat namanya semakin populer.

Direktur SSC Mochtar W. Oetomo mengatakan, elektabilitas Anas mencapai 12,90 persen, unggul di atas sejumlah tokoh lain seperti Kusnadi (Ketua PDI-P Jatim) 7,5 persen, La Nyalla Matalitti (Ketua Kadin Jatim) 7,4 persen, dan Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim) 6 persen.

Anas lebih unggul daripada Imam Nahrawi (Menpora) yang hanya mencapai 5,8 persen dan Nurhayati Assegaf (Waketum Demokrat) 5,5 persen. Adapun nama lainnya berada di level 4 persen ke bawah. “Bupati Anas dikenal banyak melakukan terobosan,” ujar Mochtar.

Nama Anas muncul menjadi kandidat bacawagub paling diinginkan publik, karena dikenal sebagai bupati yang berprestasi dan inovatif. Selama masa pemerintahannya bersama Yusuf Widyatmoko (PDIP) yang pertama ini meluncurkan berbagai program daerah.

Basis kinerja itu menjadi modal penting untuk memimpin Jatim ke depan. Program ekonomi kerakyatan juga telah meningkatkan pendapatan per kapita warga Banyuwangi dari Rp20,8 juta/orang/tahun menjadi Rp41,46 juta/orang/tahun pada 2016.

Ada kenaikan 99 persen. Angka kemiskinan juga menurun cukup pesat dari level 20 persen menjadi 8,79 persen pada 2016. Dari data BPS, inflasi Banyuwangi terhitung terendah se-Jatim. Artinya, meski ekonomi dan pendapatan tumbuh, warga tetap terlindungi daya belinya.

Program kerakyatan lainnya selama ini telah membantu masyarakat Banyuwangi, khususnya kelompok ekonomi lemah, diantaranya beasiswa Banyuwangi Cerdas yang membiayai 700 anak muda kuliah di berbagai kampus di Indonesia. Dan, banyak program lainnya.

Jadi, wajar jika PDIP Banyuwangi mengajukan Anas untuk maju Pilkada Jatim 2018 sebagai bacagub. Anas memang layak karena berhasil mengubah wajah Banyuwangi dari daerah yang jauh dari pusat pertumbuhan utama dan tak dihitung dalam peta kemajuan daerah.

Apalagi, hasil survei independen menempatkan Anas dalam posisi popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas cukup memadai. Itu jadi modal awal untuk maju dalam proses penjaringan partai, tapi tentu semua keputusan itu dipasrahkan kepada DPP PDIP.

Dalam hasil survei yang digelar bulan Juni di 38 kabupaten dan kota se-Jatim kepada 800 responden calon pemilih itu, Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) memimpin perolehan survei figur paling disuka atau akseptabilitas dengan perolehan 75,8 persen dukungan.

Sebelum menjadi Bupati Banyuwangi, Azwar Anas pernah menjadi anggota MPR termuda yang dilantik saat usianya masih 24 tahun dari Utusan Golongan. Dalam Pemilu 2004, ia menjadi anggota DPR untuk periode 2004 hingga 2009 dari PKB.

Karena termasuk tokoh muda NU di Banyuwangi, ia mendapatkan basis kekuatan dari para ulama dan simpatisan NU di Banyuwangi. Bersama pasangannya (saat itu) Ketua DPC PDIP Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, ia terpilih jadi Bupati sejak 21 Oktober 2010.

Nah, itulah modal politik yang dimiliki Azwar Anas. Tapi, Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP PDIP, lebih memilih Saifullah Yusuf yang kini menjabat Wakil Gubernur Jatim yang diusung sebagai bacagub Jatim ketimbang Azwar Anas, kader PDIP sendiri.

Sehingga, kini muncul kabar bahwa kasus foto syuurr Azwar Anas itu sebenarnya tidak lebih dari upaya mencari “alasan” untuk menyingkirkan Azwar Anas dari kontestasi Pilkada Jatim 2018 nanti. Peristiwa ini pula yang bakal membuat deadlock koalisi PDIP-PKB.

Apalagi, jika menyimak pernyataan Sekjend DPP PDIP Hasto Kristiyanto terkait kabar tidak sedap atas Azwar Anas soal foto syuurr, merupakan tanda ada pihak yang takut berkompetisi secara sehat dengan calon yang diusung PDIP pada Pilgub Jatim 2018.

“Foto itu harus diuji dan dicek terlebih dulu. Ya itu ada pihak-pihak yang mau mencoba karena takut berkompetisi secara sehat kemudian menggunakan cara-cara yang tidak baik yang tidak beretika,” ujarnya seperti dikutip Republika.co.id Jumat (5/1/2018).

Meski diisukan bakal mundur dari posisi bacawagub yang diusung PDIP-PKB, toh ternyata Hasto sendiri menyatakan bahwa Azwar Anas tetap dalam posisi sebagai bacawagub PDIP yang diusung bersama Saifullah Yusuf alias Gus Ipul pada Pilkada Jatim 2018.

Bahkan, Hasto Kristiyanto sendiri menyatakan tak terpikir untuk menggantikan Azwar Anas. Menurutnya, PDIP masih konsisten dengan keputusannya itu.“PDIP tidak pernah memiliki pemikiran sedikit pun mengganti pasangan calon itu,” tutur Hasto, Jumat 5 Januari 2018 kemarin.

Azwar Anas sendiri sejauh ini belum pernah menyatakan mengundurkan diri dari kontestasi Pilkada Jatim 2018 nanti. Dalam keterangan persnya, ia hanya menyikapi beredarnya foto-foto itu, bukan terkait isu pengunduran dirinya dalam kontestasi Pilkada Jatim 2018.

Azwar Anas menyatakan, ada yang tengah melakukan pembunuhan karakter terhadap dirinya terkait dengan Pilkada Jatim 2018. “Terkait dengan apa yang jadi desus-desus itu, saya sudah biasa ditempa pembunuhan karakter,” ucap Anas dalam siaran pers yang diterima Tempo.co.

Namun, pada Sabtu, 6 Januari 2018, ternyata Azwar Anas menyatakan pengunduran dirinya dan mengembalikan mandat sebagai bacawagub kepada PDIP.

Yth. Para Kiai, tokoh masyarakat, kawan-kawan seperjuangan, rekan-rekan pers yang membanggakan, dan seluruh masyarakat Jawa Timur, teristimewa masyarakat Banyuwangi yang sangat saya cintai.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Melalui perenungan mendalam usai sholat Subuh hari ini, dengan memohon pencerahan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala dinamika yang terjadi, dengan ini saya menyampaikan beberapa hal.

Berbagai cobaan, godaan kekuasaan, penyuapan, bahkan cara-cara yang tidak manusiawi telah saya lalui dalam hampir dua periode memimpin Banyuwangi, dan alhamdulillah, saya bisa atasi dan masyarakat Banyuwangi memberi apresiasi atas kerja pelayanan saya dengan berbagai indikator perbaikan yang rigid dan terukur, seperti penurunan kemiskinan dan peningkatan pesat pendapatan per kapita rakyat.

Namun ketika saya berproses dalam pencalonan sebagai wakil gubernur, ada pihak-pihak yang menggunakan segala cara yang mengorbankan kehormatan keluarga saya, rakyat Banyuwangi dan Jawa Timur, serta para ulama dan sesepuh yang selama ini membimbing saya.

Untuk itu, demi tanggung jawab saya kepada masyarakat, bahwa menjadi pemimpin itu harus amanah, juga demi terwujudnya program-program kerakyatan partai dalam pembangunan untuk menyejahterakan rakyat Jatim, maka saya memberikan kembali mandat penugasan sebagai cawagub Jatim ke partai.

Saya sunguh mengucapkan terima kasih, kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, keluarga besar PDI Perjuangan dan Nahdliyin yang telah memberi kepercayaan kepada saya. Ibu Megawati telah mengajarkan kepada kami semua untuk memegang teguh komitmen terhadap aspek-aspek kepemimpinan.

Akhir kata, saya tetap percaya bahwa mereka yang menggunakan politik segala cara akan diberikan keadilan oleh Allah SWT. Saya percaya ada nur-keadilan yang akan menerangi hamba Allah yang tidak sempurna ini.

Untuk selanjutnya, saya akan berjuang dengan segenap daya dan upaya, bersama-sama rakyat Banyuwangi, untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua sebagaimana telah berhasil kita jalankan dalam hampir delapan tahun terakhir.

Wassalamualaikum Wr Wb

Abdullah Azwar Anas. (Beritajatim.com).

Melihat fakta politik tersebut, mungkinkah koalisi PDIP-PKB masih akan tetap berlangsung hingga gelaran Pilkada Jatim 2018 mendatang? Atau malah akan pecah kongsi yang nantinya bisa saja mengusung bacagub-bacawagub Jatim sendiri-sendiri?

Mengingat saat pileg 2014 PKB memperolah 19,10 persen (20 kursi), sedangkan PDIP 18,92 persen (19 kursi), maka PKB bisa mengusung sendiri tanpa PDIP. Artinya, Gus Ipul masih bisa maju tanpa bantuan PDIP atau PDIP tetap bersama PKB!

***