"Apa Salah dan Dosaku, Ibu...!!?" Mungkin Begitu Jerit Maruarar Sirait

Sabtu, 6 Januari 2018 | 09:04 WIB
0
987
"Apa Salah dan Dosaku, Ibu...!!?" Mungkin Begitu Jerit Maruarar Sirait

Maruarar Sirait adalah anak politikus Senior Sabam Sirait yang juga tokoh PNI di era Presiden Soekarno berjaya. Maruarar yang terkenal dengan panggilan "Ara" adalah politikus dari Partai PDIP. Sekalipun berasal dari etnis Batak tulen, tapi gaya bicaranya tidak meledak-ledak, justeru lebih sopan dan tertata.

Ia menjadi anggota DPR dengan reputasi termasuk baik, bahkan di awal-awal pecalonan Jokowi sebagai calon Presiden, Ara sempat mendampingi Jokowi sebagai tim sukses. Ia bukan seperti politikus-politikus lain yang suka berdebat kusir sampai marah-marah, tapi Ara termasuk politikus yang selalu konsisten. Aralah yang dari awal mendorong supaya PDIP mencalonkan Jokowi sebagai Presiden.

Niat tulus dan ikhlas membantu Jokowi dalam maju sebagai calon Presiden, Ara mendapat ganjaran dari Jokowi untuk posisi menteri komunikasi dan informasi.

Pada awalnya, Ara sudah mendapat kepastian dari Presiden Jokowi untuk masuk kabinet Gotong Royong. Bahkan sudah di Istana Negara untuk ikut pelantikan dan sudah pakai mengenakan kemeja Putih. Tentu hatinya senang dan gembira karena akan dilantik menjadi menteri.

Tapi rupanya, Ara tidak mendapat restu. Konon tidak mendapat restu dari sang "Ibunda" Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Bahkan kader-kader PDIP yang lain yang dimotori oleh Trimedya mendesak Presiden untuk mencopot posisi Ara dari posisi menteri. Kalau tidak, seluruh kader PDIP yang jadi menteri mau mengundurkan diri. Ancaman yang bukan main sombongnya saat itu.

Presiden Jokowi pun tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk berikir barang sejenak saja. Pokoknya kalau sampai nekat melantik Ara akan berakibat fatal baginya. Akhirnya Presiden Jokowi minta waktu menemui Ara beberapa menit untuk menyampaikan maksudnya. Ternyata Ara pun demi menjaga keutuhan dan tidak menjadi beban sang Presiden, Ara mempersilakan dirinya untuk dicopot, jiwa ksatria ia tunjukkan!

Nah, sekarang lagi ramai-ramainya Pilkada, nama Muarar Sirait yang cukup terkenal di Sumatera Utara tidak masuk radar partai PDIP. Dosa apa yang Ara lakukan sampai  tidak masuk perhitungan PDIP, bukankah ia kader yang setia dan masih muda dan potensial di tanah leluhurnya Sumatera Utara?

Bahkan partai ini tidak mau mencalonkan Ara sebagai calon Gubernur atau sebagai wakil Gubernur. Eh, malah Djarot Saiful Hidayat yang kalah dalam Pilkada Jakarta dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang justru dimajukan sebagai calon Gubernur Sumatera Utara.

[irp posts="3213" name="PDIP Galau, Pilih Gus Ipul atau Djarot, Khofifah Tinggal Cari Wakil"]

Djarot kini belum punya wakilnya. Rumor kuat calon wakilnya itu justru Sihar Sitorus, yang tak lain dan tak bukan anak seorang tokoh Sumatera Utara yang belum lama ini meninggal di pesawat, yaitu DL Sitorus.

Nama Ara malah tidak masuk dalam posisi wakil Gubernur sekalipun. Ini benar-benar uji kesabaranbuat Ara!

Sebagai "mantan gubernur", beratlah bagi Djarot untuk memenangkan Pilkada Sumatera Utara. Bukan karena dirinya yang bukan putra daerah Sumatera Utara atau karena faktor lain. Di sana  yang paling berpeluang besar memenangkan Pilkada adalah mantan Pangkostrad Letjen (purn) Edy Rahmayadi yang didukung partai-partai militan dan punya banyak jaringan. Apalagi yang bersangkutan adalah orang militer yang tahu lapangan keras Sumatera Utara.

Jadi, sapa salah dan dosaku, Ibu...???

***

Editor: Pepih Nugraha