Tiga hari ini kita dibuat jantungan atas manuver Prabowo Subianto (PS) yang meminang Yenny Wahid (YW) untuk dicalonkan sebagai Gubernur Jatim, padahal kondisi NU Jatim juga sedang meriang karena dua kader unggulannya bukan kompak malah saling menolak dan tak mau jinak.
Penglihatan kita yang kadang tak bisa lebih dalam adalah bahwa posisi Gus Ipul yang wakil Gubernur Jatim dua priode kan gak mau lagi dijadikan wakil, masak jadi wakil abadi. Sementara Kofifah yang menteri juga sama, masaklah menteri dijadikan wakil, dari sana secara manusiawi yang lumrah terjadi, semua masalah ego, karena kecap selalu tidak ada nomor dua, seolah menjadi nomor dua itu hina, tapi kalau ngomongin dirinya selalu untuk negara, katanya.
[irp posts="7227" name="Ditolak Yenny Wahid, Prabowo Subianto Tak Perlu Patah Hati"]
Tapi positifnya dengan dua pasangan yang dimuati NU, maka pasangan yang akan bersaing lainnya bisa pusing, La Nyala ada di sana coba-coba dengan Kekuatan Pemuda Pancasila, ternyata malah tidak bisa NYALA, melempem.
Pinangan PS kepada YW itu gambling besar, bila YW menerima maka perpolitikan Indonesia, dan Jatim khususnya akan "geger", dan PS akan makin jumawa. Untung YW bukan kelas rata-rata, anak Gusdur ini begitu menauladani ayahandanya, dan orang-orang sepuh NU yang kerap bisa dijadikan tauladan, bukan cuma gaya-gaya'an.
PS salah jualan, kelas negarawan ditawari ngurus kecamatan, PS lupa mengganti kacamata kudanya dengan kacamata plus dua, dia selalu memakai kacamata minus 2, cukup baik untuk melihat yang jauh tapi tak bisa membaca yang dekat dengan mata, memang repot karena pawang spiritual politiknya sudah tua, ya AR boleh ngerjai Gusdur, tapi terlalu pede mau mengulangi untuk bisa menunggangi anaknya Gusdur.
Dari geliat itu kita harus makin menyatu. Bukan masalah NU atau Jatim 1, tapi negeri ini sedang berseteru dengan manusia-manusia kelas dua yang isi kepalanya cuma ingin berkuasa.
Manuver PS dengan modal nafsu merebut kekuasaan tidak bisa dibiarkan, koloni koalisinya sudah jelas adalah partai penghujat pemerintah, penolak PERPPU Ormas yang ganas penentang Pancasila, jadi tidak ada alasan kita membiarkannya, setiap gerakan mereka dalam manuver Pilkada yang sedang ada semua bermuara pada keinginan berkuasa saja.
Orang-orang buta hati dan rasa ini tidak bisa lagi melihat perbedaan antara kebenaran dan kebathilan, Capres abadi ini akan terus makin menjadi-jadi, halusinasinya makin tinggi karena setiap hari dibisiki oleh para kroni bahwa dia diinginkan rakyat Indonesia mengganti Jokowi, dia lupa membedakan antara Djoko Widodo dengan Bambang Yudhoyono, yang satu berprestasi yang satunya cuma bisa nyanyi, sehingga kalau mau mengambil posisi Jokowi bukan cuma butuh energi, tapi prilaku dan akal budi harus diisi, tidak cukup cuap-cuap sana sini manas-manasi rakyat agar membenci Jokowi, itu namanya cuma ngakali dan tak bernyali.
[irp posts="7360" name="Untunglah Yenny Wahid Tolak Pinangan Prabowo Subianto"]
Contoh Jakarta yang berhasil mereka kerjai, sekarang sedang berproses untuk dihancurkan, semua yang sudah ditata Jokowi-Ahok dihabisi, jalan saja dibuat jualan, pasar yang dibangun akan dibongkar, Sumber Waras tak akan diteruskan, bukan melanjutkan kebaikan, malah membentuk KPK-KPKan.
Proses ini akan terus dikerjakan agar semua berbenturan, sekarang mereka menuju ke Medan, dengan jendral pongah mulai menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan Indonesia, seru juga kita melihatnya, tapi tidak apa-apa, karena dengan kelakuannya kita makin bisa memetakan mereka ada di mana dan harus bagaimana kita menghadapinya.
Pilkada serentak adalah warming up untuk kepentingan yang lebih besar, merebut kekuasaan dengan caranya itu pasti dilakukannya, kita tidak bisa membiarkannya. Jangan sampai rumah kita mereka bakar dan barang kita mereka rampok semua!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews