Burung Kedasih, Sasmita Alam tentang Hilangnya Welas Asih

Jumat, 5 Januari 2018 | 14:34 WIB
0
3613
Burung Kedasih, Sasmita Alam tentang Hilangnya Welas Asih

Burung kedasih, indah namamu, buruk perangaimu...

Burung Kedasih. Orang jawa menyebut burung ini “Emprit Gantil” dan masyarakat Sunda menyebut namanya “Uncuing”. Burung ini sekilas namanya indah, Kedasih, yang melambangkan feminim dan welas asih atau keibuan. Tetapi kalau kita perhatikan dan mengetahui sifat aslinya, kita akan terkaget-kaget dan tercengang. Ya, cukup dengan  melihat perilaku dan polahnya!

Burung kedasih ini sering bertengger diatas pucuk pepohonan atau kadang di kabel listrik dan suaranya yang khas yaitu suaranya yang monoton dan kadang bikin orang-orang takut, merinding buku kuduk, orang Betawi bilang, manakala mendengar suaranya.

Mengapa bikin bulu kuduk berdiri? Karena burung ini juga menjadi semacam sasmita di kalangan masyarakat Jawa, Sunda dan hampir seluruh masyarakat Indonesia. Ia pemberi tanda alam atau pemberi kabar tentang bakal datangnya kematian, datangnya malapetaka, atau  yang paling ringan mengabarkan bakal adanya orang yang sakit.

Bagi pecinta burung berkicau, burung ini sangat disyirik atau dipantang karena kalau suara burung berkicau sudah kemasukan suara burung kedasih, hampir pasti mempunyai dampak negatif. Misalnya apabila burung dijual harga jatuh dan cenderung orang tidak mau membeli.

Burung kedasih, burung yang bahagia dalam kesendiriannya dan selalu menyendiri, tidak seperti burung lainya yang berkelompok atau berpasangan. Apabila masa kawin tiba, burung ini akan sering berkicau dengan suara khas-nya dan kencang untuk memanggil sekaligus menemukan gebetan atau burung jantan yang juga suka. Setelah kedasih jantan mengewininya, kedasih betina akan terbang berkeliling ngalor-ngidul mencari sarang burung yang lebih kecil untuk menitipkan telornya.

Perlu diketahui, burung kedasih tidak membuat sarang dengan pasangannya tapi hanya menitipkan telornya kepada sarang burung lain untuk dierami. Itulah keunikannya, alam mengaturnya sedemikian rupa.

Setelah menemukan sarang burung lain dan dirasa sudah sreg atau pas, burung ini akan bertelor di sarang burung lain itu untuk menitipkan telornya. Ingin tahu berapa jumlah telornya? Tidak lebih dari dua. Kalau ada telor sebelumnya dari burung yang asli yang punya sarang, maka telornya akan dibuang oleh burung kedasih.

[caption id="attachment_7387" align="alignleft" width="500"] Kedasih dan prenjak[/caption]

Tujuannya supaya burung itu hanya mengerami telor dari burung kedasih saja. Kalau tidak mau mengerami, biasanya burung kedasih ini masih memantau dan akan mengacak-acak sarangnya, persis seperti kelakuan preman Tanah Abang kalau tidak segeri diberi upeti.

Setelah telornya dierami oleh burung lain, burung kedasih pergi atau ngider lagi cari gebetan atau gacoan baru untuk dikawin dan bertelor lagi lalu dititipkan lagi ke sarang burung lain. Begitulah burung kedasih beranak pinak, tapi bikin sengsara burung lainnya.

Burung yang mengerami ini tidak tahu kalau telor yang dierami adalah telor burung lain, yaitu kedasih, mana sempat ia ke USG memeriksa kandungan telor yang dieraminya.

Setelah burung menetas, sifat jahat anak burung kedasih  ini sudah kelihatan dan nurun dari simboknya. Anakan kedasih yang baru menetas dan matanya saja belum bisa melek tetapi sudah punya niat jahat yaitu sifat membunuh saudaranya, di mana telor yang belum menetas  akan dibuang dengan cara yang diluar perkiraan manusia, yaitu dengan cara telor di dorong oleh badannya sambil dipepetin ke dinding sarang  dan didorong terus sampai telor itu jatuh dari pohon. Kalaupun telor saudaranya menetas juga, ia akan dibuang dengan didorong atau dicakar-cakar sampai mati.

Begitulah kedasih, tak ada yang mengarinya berprilaku keji sejak lahir. Ia hanya dimbimbing nalurinya sendiri dan alam mengizinkan untuk perbuatan keji seperti ini.

Jadi anakan kedasih selalu semata wayang dan biasanya betina, tujuannya anakan kedasih membuang telor atau saudaranya itu tak lain dan tak bukan supaya mendapatkan kasih sayang dan makanan yang lebih dari "ibu tirinya", alias burung lain yang mengerami telurnya. Dan anakan ini cepet tumbuh besar karena sang Ibu Tiri mencari makanan hanya untuk ngeloloh anakan ini saja.

Yang bikin tidak masuk akal, anakan ini badan atau posturnya lebih besar dari ibu tirinya sendiri, ini aneh, jadi burung kecil nyuapin anak bandot.

Setelah burung ini besar dan bisa terbang atau mencari makan sendiri, ia akan pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih kepada ibu tiri yang mengerami dan merawatnya sampai besar.

Pelajaran yang bisa diambil atau dipetik dari prilaku burung kedasih ini ialah, jangan menjadi beban orang lain atau saudara, atau kalau sudah ditolong tidak tahu ucapan terima kasih. Juga, jangalah saling menjatuhkan hanya karena butuh perhatian yang lebih dari atasannya, saling sikut sana-sini demi kepentingan sendiri.

Apalagi banyak dalam lingkungan perusahaan besar atau dalam birokrasi pemerintahan saling menjatuhkan dan fitnah hanya demi naik jabatan dan hanya dia seorang yang ingin mendapat perhatian dari atasannya, yang lain tidak boleh.

Ooohh kedasih, indah namamu, namun demikian buruk perangaimu...