Mereka bilang tidak takut sama pasangan Sudrajat-Syaikhu di Jawa Barat.
Tapi nyatanya, belum resmi mendaftar ke KPU, pasangan ini ingin digembosi lawan-lawannya dengan cara-cara yang tidak elegan.
Mulai dari ingin membenturkan Gerindra dengan PKS di awal-awal, sampai membenturkan PKS-Deddy Mizwar baru baru ini.
Operasi politik mereka berawal dari usaha memisahkan Gerindra dengan PKS, mereka mengembuskan asumsi bahwa PKS bisa menang tanpa Gerindra, dan terbukti banyak yang kena sihir isu ini bahkan sampai gagal move on dari nama Demiz.
Sekilas terdengar gagah, tapi ini bagian dari operasi politik mereka agar dengan mudah menghabisi PKS dan Gerindra sekaligus di Pilkada Jabar.
Gayung tak bersambut, keputusan PKS dan PAN merapat ke kubu Gerindra dengan mengusung Sudrajat-Syaikhu memupuskan harapan musuh untuk mengacaukan keadaan.
Tidak sampai di situ, kemudian hal ini berlanjut kepada usaha membenturkan PKS dengan Deddy Mizwar, padahal dalam politik, urusan kandidasi Pilkada adalah hak mutlak sebuah partai, apapun alasannya, sebuah partai sah saja mengajukan atau membatalkan calon yang akan diusung selama belum ada SK politik resmi.
[irp posts="5593" name="Pilgub Jabar 2018: Mayjen Sudrajat - Ahmad Syaikhu?"]
Tapi persoalan ini dibesar-besarkan untuk melemahkan barisan Sudrjat-Syaikhu, ada yang ingin terus memancing di air keruh, sampai sampai HNW dari PKS harus dengan tegas membocorkan "Pakta Integritas" Demiz-Demokrat soal dukungan Capres 2019.
Tidak berhenti di situ, mereka kembali melakukan manuver, PAN dikipas-kipas dan dikompori agar keluar dari barisan Sudrajat-Syaikhu, ada upaya keras yang menginginkan ketum PAN Zulkifli Hasan agar menarik dukungan buat Sudrajat-Syaikhu dan kembali ke Demiz.
Di sisi lain, pasangan Sudrajat-Syaikhu yang notabene adalah seorang jenderal, terus diserang oleh media maintream yang anti Gerindra dengan isu diktator, Prabowo ingin mengembalikan kepemimpinan diktator baik di daerah sampai tingkat nasional. Begitulah asumsinya, sebuah asumsi murahan lawan politik yang memiliki sikap kerdil dan kotor.
Isu ini mudah dijual, karena bukan hanya Sudrajat, tapi karena ada jendral lain yang diusung oleh Gerindra PAN dan PKS di Pilkada lain seperti Sumut, jadi mereka mengambil kesempatan ini.
Semua usaha usuaha ini tidak lain dan tidak bukan karena pasangan Sudrajat-Syaikhu adalah kuat, mereka tidak bisa ignore terhadap kenyataan ini.
Saat ini pasangan Sudrajat-Syaikhu elektabilitasnya terus naik, bahkan selalu menang kalau di polling di media media online dan media sosial, padahal belum mendaftar ke KPU.
Semua usaha ini sekali lagi membuktikan bahwa pasangan ini adalah pasangan yang cukup tangguh untuk menghabisi jumawa nya blok Ridwan Kamil yang menurut hitungan kami akan didukung oleh PDIP pada akhir nanti.
Semua usaha ini bertujuan agar pasangan Sudrajat-Syaikhu kalah telak dalam pilkada Jabar tahun ini, mereka benar benar gerah dengan pasangan pilihan ulama dan umat ini.
[irp posts="7060" name="Tak Elok Deddy Mizwar Adu Mulut dengan Hidayat Nur Wahid di Twitter"]
Mereka gerah karena peluang pasangan ini mengalahkan lawan lawannya yang sudah punya nama besar begitu terbuka, nama-nama besar seperti Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar tentu sangat terganggu dengan Sudrajat-Syaikhu.
Mereka gerah, karena Jabar adalah lumbung suara PKS dan Prabowo, karena kehilangan Jabar adalah ancaman nyata terhadap kursi mereka di 2019 besok, baik Pileg maupun Pilpres.
Semua usaha ini bisa dipatahkan oleh Sudrajat-Syaikhu asal semua elemen pendukung pasangan ini bekerja keras baik secara terbuka atau secara rahasia, mengokohkan konsolidasi, tidak termakan isu dan rumor,dan tidak pecah fokus nya sampai hari pencoblosan kelak.
Enam jam setelah pasangan SUDRAJAT-SYAIKHU resmi dicalonkan oleh PKS, Gerindra dan PAN, saya sudah menganalisa, bahwa insyaAllah pasangan inilah yang akan menang dalam pilkada Jabar 2018 ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews