Menikmati Hasil Tiga Tahun Pengabdian Jokowi

Selasa, 2 Januari 2018 | 14:02 WIB
0
471
Menikmati Hasil Tiga Tahun Pengabdian Jokowi

20 Oktober 2017 ang lalu, kita genap 3 tahun dipimpin Presiden dari trah rakyat jelata yang kehadirannya dimarginalkan bak manusia hina, bersaing dengan mantan jendral yang didigdayakan dengan jalan setengah dipaksakan karena dasarnya memang kurang berkemampuan, prestasinya karena pernah jadi mantu orang yang merakusi kekuasaan sekaligus merampas kekayaan hak rakyat yang harusnya membuat rakyat sejahtera bukan sengsara, karena negara gagal dikelola.

Perjalanannya yang membuat kita setengah tidak percaya, hinaan menerpa, fitnahan merajalela, keinginan menjatuhkan dari mana-mana, yang pasti itu semua settingan dari orang-orang yang terus haus ingin menguasai kekayaan negeri dengan jalan mencuri dan mencurangi yang selama ini mereka tekuni.

Serangan amoral itu terus menggila sampai detik ini masih kita rasa, kelompok mulut sampah terus mengumbar sumpah serapah seolah semua proses dan progress pencapaian kerja 3 tahun Jokowi berkarya sia-sia tak berguna.

[irp posts="5797" name="Prabowo Subianto Semakin Meneguhkan Dirinya sebagai Kingmaker""]

Lucunya, mereka tidak jelas parameter pembandingnya, atau menggagungkan pujaannya dengan halusinasi yang luar biasa bodohnya, bagaimana mungkin bisa membandingkan hasil kerja dengan retorika, bagaimana mereka mengatakan hidup sekarang lebih susah daripada sebelumnya kalau bandara dan kereta api nyaris jualan tiket tak pernah tersisa.

Matahari outlets retail tutup 4 gerai katanya karena ekonomi lesu semua, mereka tak menghitung omzet online shop naik dari 70 triliun tahu> 2014 menjadi 170 triliun pada 2017, mereka buta jalan tol diresmikan terus, swasembada beras dan malah mengeksport, termasuk bawang merah dan jagung, yang sebelumnya menjadi lumbung tengkulak dan pemalak ketahanan pangan kita.

Kepentingan-kepentingan manusia siluman yang lama mencengkram Indonesia ini memang membutuhkan energi untuk melawannya, termasuk nyali dan akal budi pemimpin seperti Jokowi dengan integritas tinggi, kalau cuma kelas cuap-cuap, kita cuma akan dapat kecap berwarna gelap dengan satu rasa yg seragam "ASIN" karena digarami.

Saat ini kita mulai memasuki awal tahun yang disebut tahun politik, di mana biasanya kinerja menjadi menurun dan respon pasar ikut gusar, namun Pak Jokowi tidak menghendaki ini terjadi. Pilkada dan sejenisnya harus berjalan pararel dengan pertumbuhan pasar yang terus di-push.

Kinerja yang terukur bagi yang berfikir jujur akan begitu jelas terbaca, bursa saham, pemerataan harga BBM, gejolak harga saat lebaran yg tidak lagi ada, sweeping orang-orang genit agama atas perayaan natal dan tahun baru menjadi reda, hanya masih tersisa ulama dadakan dengan ceramah settingan yg membuat goncangan sosial kelas parsial.

Hasil ini adalah dari buah keberanian keputusan memporakporandakan HTI, mengkerdilkan FPI, sayang terlanjur meloloskan hasil propaganda kotor gubernur DKI yang akhirnya menjadi gubernur kelas lucu-lucuan dengan kualitas pas-pasan.

[irp posts="6639" name="Ketika Jokowi Diseret Sandiaga ke Keruwetan Pasar Tanah Abang"]

Output propaganda murah memakai isu agama dan etnis serta gap ekonomi kelompok telah memperlihatkan ketidakbaikan serta membuat garis permusuhan antar saudara, bahkan yang mengatakan alumni 212 seolah sudah memiliki ibu kota dan masjid sebagai gardu jaganya.

Dengan pengalaman itu, kita seharusnya waspada dan terjaga, karena pola yang sama akan dimainkan oleh mereka, tipu daya terus mereka gaungkan dengan iming-iming surga dan sekaligus melakukan pembodohan kepada pemabuk agama yang mikirnya dangkal tak bermoral.

Ulama-ulama settingan mencabik suasana kebersamaan dengan ceramah murah, marah-marah, sumpah serapah kepada pemerintah yang sah, semua diharamkan sampai hari ibu diharamkan dan hidung milik orang lain diurusi, dia lupa giginya masih perlu digerinda agar ukurannya sama.

Kini kita sedang menyantap hidangan kerja tim Jokowi yang sedang mengabdi, hasilnya berjalan sesuai harapan walau tidak 100% bisa terpenuhi, proses dan progress adalah sebuah ukuran yang bisa dilihat, bukan diumpat-umpat, semoga hal ini bisa menyadarkan mereka yang murtad sosial bisa kembali sadar bahwa ditengah udara Indonesia sedang ada pemimpin yang bekerja untuk rakyatnya, bukan beberapa orang yang menyerang dengan propaganda yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Kita telah memilih Jokowi dengan semua konsekwensi, sekarang beliau sedang dalam konsentrasi tinggi memegang amanah yang kita beri, 5 tahun kontrak politik ternyata tidak mencukupi, sehingga kita WAJIB memberi mandat untuk kedua kali agar sang pengabdi bisa menyelesaikan pondasi pijakan "Indonesia yang bermasa depan dan berperadaban".

Jokowi harus dua kali, kalau kita tidak ingin diakali.... dan nyeselnya sampai mati... contohnya DKI

***