Alkisah ada segerombolan manusia, diajarkan sesuatu seperti seekor monyet. Mereka dilarang berfikir. Cukup mengikuti saja instruksi pelatihnya. Sambil menunggu pisang disesepkan ke mulutnya.
Sayangnya tidak semua manusia proses evolusinya sampai tuntas. Ada juga yang belum selesai.
Nah, manusia yang proses evolusinya belum selesai inilah yang menangapi seruan para pelatih topeng monyet itu. Apapun perkataan si pelatih langsung diaminkan. Vaksin haram. Mereka ramai-ramai mengharamkan vaksinasi. Imuniasi tidak semua syariah, mereka ramai-ramai menolak imunisasi.
[irp posts="6520" name="Agama Tidak Penting"]
Repotnya, mereka juga akhirnya berkampanye anti vaksin. Anti imunisasi. Dan berkoar, generasi muslim jangan dicemari oleh vaksin dan imuniasi. Kalau mau generasi yang sehat, jaukan vaksin dan imunisasi.
Mereka menuduh vaksin mengandung sesuatu yang haram. Depkes sudah menjelaskan, bahwa semua zat yang digunakan untuk membuat vaksin itu halal. MUI sudah mejamin kehalalannya. Pemerintah tidak henti-hentinya memberi informasi. Tapi mereka memang sudah ada dalam kondisi seperti yang dikatakan Al Quran, 'summum bukmum umyum fahum, layarjiun...'
Apa hasilnya? Alih-alih sehat rohani kini ratusan anak-anak tergeletak di bangsal-bangsal rumah sakit. Bakteri difteri mewabah lagi mengancam kehidupan kita. Semestinya bakteri itu sudah jauh berkurang beberapa tahun lalu.
Masalahnya, sebagai penyakit menular, keengganan sebagian orang melakukan vaksisasi justru akan menggagalkan seluruh program vaksinasi di masyarakat. Bakteri itu akan terus hidup dan berkembangbiak, disebabkan ada tubuh manusia yang bisa ditumpanginya. Tubuh siapa? Ya, mereka yang belum divaksinlah.
Kini Indonesia masuk dalam situasi bencana atau kondisi luar biasa akibat difteri yang menggila. Bakteri mematikan ini menjangkiti seluruh wilayah. Yang terbesar berada di wilayah-wilayah yang daya menolakkan imunisasinya tinggi. Bayi dan anak-anak lunglai. Korban mati bergelimpangan.
Menghadapi kematian, mereka tetap beralasan. Biarlah anak mati, yang penting masuk surga. Biarlah bayi-bayi tergeletak lemah yang penting iman bertambah kuat. Padahal surga tidak seperti nonton bioskop yang tiketnya bisa dipesan sekarang.
Dan kita tahu, Tuhan memang menurunkan agama hanya untuk manusia. Bukan untuk selain manusia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews