Tuhan Menurunkan Agama untuk Manusia

Sabtu, 30 Desember 2017 | 05:00 WIB
0
387
Tuhan Menurunkan Agama untuk Manusia

Alkisah ada segerombolan manusia, diajarkan sesuatu seperti seekor monyet. Mereka dilarang berfikir. Cukup mengikuti saja instruksi pelatihnya. Sambil menunggu pisang disesepkan ke mulutnya.

Sayangnya tidak semua manusia proses evolusinya sampai tuntas. Ada juga yang belum selesai.

Nah, manusia yang proses evolusinya belum selesai inilah yang menangapi seruan para pelatih topeng monyet itu. Apapun perkataan si pelatih langsung diaminkan. Vaksin haram. Mereka ramai-ramai mengharamkan vaksinasi. Imuniasi tidak semua syariah, mereka ramai-ramai menolak imunisasi.

[irp posts="6520" name="Agama Tidak Penting"]

Repotnya, mereka juga akhirnya berkampanye anti vaksin. Anti imunisasi. Dan berkoar, generasi muslim jangan dicemari oleh vaksin dan imuniasi. Kalau mau generasi yang sehat, jaukan vaksin dan imunisasi.

Mereka menuduh vaksin mengandung sesuatu yang haram. Depkes sudah menjelaskan, bahwa semua zat yang digunakan untuk membuat vaksin itu halal. MUI sudah mejamin kehalalannya. Pemerintah tidak henti-hentinya memberi informasi. Tapi mereka memang sudah ada dalam kondisi seperti yang dikatakan Al Quran, 'summum bukmum umyum fahum, layarjiun...'

Apa hasilnya? Alih-alih sehat rohani kini ratusan anak-anak tergeletak di bangsal-bangsal rumah sakit. Bakteri difteri mewabah lagi mengancam kehidupan kita. Semestinya bakteri itu sudah jauh berkurang beberapa tahun lalu.

Masalahnya, sebagai penyakit menular, keengganan sebagian orang melakukan vaksisasi justru akan menggagalkan seluruh program vaksinasi di masyarakat. Bakteri itu akan terus hidup dan berkembangbiak, disebabkan ada tubuh manusia yang bisa ditumpanginya. Tubuh siapa? Ya, mereka yang belum divaksinlah.

Kini Indonesia masuk dalam situasi bencana atau kondisi luar biasa akibat difteri yang menggila. Bakteri mematikan ini menjangkiti seluruh wilayah. Yang terbesar berada di wilayah-wilayah yang daya menolakkan imunisasinya tinggi. Bayi dan anak-anak lunglai. Korban mati bergelimpangan.

Menghadapi kematian, mereka tetap beralasan. Biarlah anak mati, yang penting masuk surga. Biarlah bayi-bayi tergeletak lemah yang penting iman bertambah kuat. Padahal surga tidak seperti nonton bioskop yang tiketnya bisa dipesan sekarang.

Dan kita tahu, Tuhan memang menurunkan agama hanya untuk manusia. Bukan untuk selain manusia.

***