HRS itu aswaja, setelah tidak bisa lagi di gunakan kini terlunta-lunta di negri sebrang, dzuriat nabi yang telah habis di explotasi. Cak Somad juga aswaja - kini sedang di branding untuk kebutuhan penggalangan emosi demi voter, jika sudah tidak berguna lagi ya kelak dilepeh juga.
Sedangkan BN dan ZR tokoh dibalik demo berjilid-jilid tenang tenang saja, bahkan kini sedang bermetamorfosis menjadi NKRI harga mati - Setelah situasi politik tidak menguntungkan kelompok dan dirinya.
Aswaja itu memegang prisip Tawassuth, Tawazun, i'tidal dan Tasamuh ( tengah tengah, seimbang, lurus dan toleran ) - jika keluar dari prinsip itu ia akan kehilangan arah dan hanya akan digunakan oleh kepentingan pragmatis semata - New Masyumi siap menampung dan akan di gadang-gadang, setelah tercapai tujuanya, sampean akan di tinggalkan di tikungan juga.
NU itu di tengah, sesuai idiologi dasarnya, tidak ekstrem kanan juga tidak ekstrem kiri. Risiko di tengah-tengah adalah kena hantam kanan juga kiri, tetapi juga diperebutkan dengan di seret-seret ke kanan juga ke kiri.
Namun demikian NU lebih nyaman dengan kaum marhaenis, ploretar atau mustadafin entah apa lagi sebutanya, yang jelas mereka kaum yang termarjinalkan, dengan akses politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan, sangat terbatas.
Mereka adalah orang orang lemah, rakyat jelata, yang perlu diperjuangkan, mereka bukan diciptakan sebagai buih yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan suara, alat penekan dengan demo-demo, tapi mereka kaum yang perlu di bela dengan sepenuh CINTA - di situlah NU berada.
Tau 'kan kenapa mbah Yai Wahab Chasbullah lebih memilih bergabung dengan Nasakom dan keluar dari Masyumi....? Alasan dihianati Masyumi tentu salah satunya. Begitu juga NU meninggalkan gelanggang politik praktis dan keluar dari PPP tahun 1983 dan kembali menjelma menjadi jami’iyah diniyyah ijtima’iyah".
[irp posts="1305" name="Antara Kiprah Nahdlatul Ulama dan Magnet Pilkada DKI"]
"NU ada di mana mana, tapi tidak kemana mana" menjadi tagline, tetapi yang harus di cermati " NU ada di mana mana, bukan berarti ada di HTI - idiologi dasar dari HTI tidak sesuai bahkan bertentangan dengan NU.
NU mengakui asas tunggal Pancasila dan bagian dari penjaga NKRI, sedangkan HTI tidak memgakui negara bangsa, ia ingin mengubah negri ini menjadi caranya - Dengan demikian NU tidak ada di sana (HTI).
Lalu ada ustad HTI yang merasa NU, ah bercanda kau.....!?
NU garis lurus kali....?
Saya mah NU garis lucu...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews