“Jangan ada [pemain] yang keluar dari Indonesia, yang keluar Indonesia saya coret dari PSSI. Siapapun, kalau negara memanggil, tak boleh menolak. Kalau menolak, berarti pengkhianat bangsa,” ucap Ketua PSSI Edy Rahmayadi seperti dikutip cnnindonesia.com, 23 Desember 2017 lalu.
Pernyataan ketua PSSI Edy Rahmayadi soal menyoret beberapa nama pemain sepakbola timnas itu benar-benar menimbulkan keributan. Edy bagai kebakaran jenggot melihat para pejuang timnas satu persatu bermain di liga negeri jiran.
Sebut saja sosok Evan Dimas dan Ilham Udin Armayn bermain di Malaysia bersama Selangor FA. Sementara Ryuji Utomo melenggang ke klub kasta kedua di negara Thailand.
Jika mencermati alasannya, Edi hanya takut jika dipanggil bermain untuk Timnas, para pemain itu tidak diberikan kelonggaran oleh klub yang sedang mereka bela. Terlebih, akan banyak laga uji coba menjelang Asian Games 2018, sebab Asian Games bukanlah bagian dari agenda FIFA.
Sehingga dikhawatirkan Evan Dimas dan pemain yang berada di luar negeri tidak diberikan izin. Apalagi, katanya, Selangor FA itu terbilang susah memberikan izin bagi pemainnya jika bukan dari FIFA.
Ditambah lagi, Edy juga menilai kualitas liga di negara tersebut tidak jauh lebih baik dari liga di Tanah Air. Jadi mendingan mereka bermain di negeri sendiri, gitu pendapatnya.
Ini baru ada yang salah! Jika alasannya takut pemain akan susah berlatih dengan timnas Indonesia itu oke, bisa diterima. Masih masuk akal. Lah, jika alasannya yang satu lagi, ini perlu diperbaiki.
Harusnya yah, semua lini baik pemerintah maupun federasi sepakbola Indonesia memberikan dukungan kepada pemain yang ingin mengembangkan karirnya. Tidak ada orang yang akan berkembang jika hanya berada di negeri sendiri.
Presiden BJ Habibie saja perlu menutut ilmu jauh hingga ke Benua Biru hingga bisa menjadi professor yang mengharumkan nama bangsa Indonesia. Masa pemain muda berbakat sepakbola Indonesia dilarang begini. Kan gak lucu ya.
Sama seperti sistem pendidikan Indonesia yang masih jauh dari kata sempurna, liga di Indonesia juga begitu. Banyak permasalahan ditemui, seperti ada klub yang masih menunggak gaji pemain, stadion yang masih buruk, hingga operator kompetisi yang sudah menjanjikan uang subsidi sejak awal musim tidak kunjung lunas hingga liga selesai. Pada kompetisi seperti inikah pemain muda Indonesia disuruh berharap banyak?
Masih gak habis pikir, alasan lainnya yaitu karena pemain sepakbola di Indonesia sedikit jika dibanding negara lain. Seharusnya pria berusia 56 tersebut berkaca dengan Brasil yang menjadi eksportir pesepakbola terbesar, karena banyak pemain Brasil yang merumput di dunia.
Toh juga pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga mempersilakan pemain yang ingin berkarir di luar. Sebab pemain bebas memilih mau bermain di klub mana saja.
"Awal-awal menjadi Menpora, saya mendorong semua atlet untuk melihat dan menatap dunia. Kapasitas dan kualitas kita sebisa mungkin dimanfaatkan untuk negeri ini, tetapi jika ada kesempatan dipercaya berkarier di luar negeri, kenapa tidak," ucapnya dikutip dari Kompas.com.
Lagipula, kan para pemain ini belum kedapatan absen ketika dipanggil timnas. Tapi kenapa ketua PSSI nya malah udah marah-marah duluan dan bakal nyoret nama. Kecuali mereka ketika sudah dipanggil persiapan bersama timnas lalu tidak hadir. Ya, itu wajar bikin heboh seperti ini.
Imam Nahrawi juga sepertinya tidak sepaham dengan sikap Edy. Sebab menurunya PSSI harusnya mendorong agar pemain Indonesia bisa berkiprah di luar. Itu juga akan membuat dunia melihat Indonesia sebagai gudangnya pemain berbakat.
Layaknya Ronaldo dan pemain dunia ternama lainnya, mereka diizinkan bermain di negara yang punya liga paling baik di dunia. Terbukti, kemudia mereka bisa membawa harus nama negara asalnya. Selain berprestasi di kompetisi liga, mereka juga membawa timnas negaranya lebih bersinar di kompetisi tingkat dunia.
Bahkan pepatah menyuruh manusia menuntut ilmu hingga ke negeri Cina. Ini malah dilarang. Masa menuntut ilmu keluar negeri disebut penghianat bangsa. Kan kurang tepat! Gimana pemain sepakbola Indonesia bisa selevel Ronaldo atau Messi?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews