Restu Prabowo untuk Moreno, Mantan Jenderal Minggir Dulu!

Senin, 25 Desember 2017 | 12:22 WIB
0
470
Restu Prabowo untuk Moreno, Mantan Jenderal Minggir Dulu!

Sebelumnya kemunculan nama mantan pembalap Moreno Soeprapto oleh Gerindra hanya dianggap sebagai wacana. Akan tetapi, ketika nama anggota DPR itu kemudian direstui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, perhitungan politiknya tidak main-main, secara sebagai Kingmaker gerak-langkah Prabowo menggetarkan siapa pun.

Di Jawa Timur, misalnya, analis lokal politik di provinsi ujung timur Pulau Jawa mulai membanding-bandingkan apa kekuatan sekaligus kelemahan Moreno jika dibanding dengan nama Saifullah Yusuf alas Gus Ipul yang berpasangan dengan Abdullah Azwar Anas serta pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.

Kuat dugaan, sisi "Millennial" yang menjadi pertimbangan Prabowo dengan Gerindra sehingga tidak ragu memajukan Moreno. Alih-alih "dilawan" dengan jenderal atau purnawirawan jenderal seperti Letjen Edy Rahmayadi untuk Sumatera Utara dan Mayjen (purn) Sudrajat di Jawa Barat, Prabowo mendorong "politikus millennial" (lebih tepat "Gen Y") ke gelanggang Pilkada Jatim 2018. Kesannya biar "head to head" atau "apple to apple".

Sebagaimana sudah diketahui bersama, Gus Ipul berpasangan dengan Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang tergolong Millennial berprestasi. Sedangkan pendamping Khofifah ada Emil Dardak, Bupati Trenggalek yang juga tergolong Millenial. Dengan dimajukannya Morena, maka Jawa Timur akan menjadi ajang pertarungan para "gladiator" Millennial.

Berbeda dengan pasangan Gus Ipul dan Azwar Anas, pasangan Khofifah dengan Emil Dardak-nya masih "bermasalah" sebab hingga saat ini "SIM" untuk Khofifah alias "Surat Izin Maju" ke Pilkada Jatim belum dikeluarkan Presiden Joko Widodo. Demikian juga Emil Dardak yang bermasalah dengan PDI Perjuangan yang merasa didahului (fait accompli) karena secara organisasi partai banteng nyeruduk itu sudah mendorong Gus Ipul-Azwar Anas.

Bisa saja Prabowo mendorong para mantan Jenderal kolega dekatnya untuk maju di Jawa Timur, sebagaimana dengan mudah menyorongkan Sudrajat di Jawa Barat atau mendorong Edy Rahmayadi yang masih aktif di Sumatera Utara. Tetapi sebagai Kingmaker, Prabowo punya kalkulasi sendiri.

"Karakteristik" Pilkada DKI Jakarta yang boleh jadi akan dia usung di mana popularitas Ahok yang biasa bekerja dengan hasil nyata dilawan dengan calon tang justru sangat mahir berwacana. Keduanya, Ahok dan Anies, sama-sama tokoh muda dan berprestasi. Tetapi khusus terhadap Ahok, Prabowo punya "dendam" tersendiri karena Ahok pernah berhianat kepada Gerindra.

Di Jawa Tengah, Prabowo mendorong Sudirman Said karena juga ingin mengulang sukses yang sama, di mana para mantan menteri yang dipecat Presiden Joko Widodo, bisa menjadi Gubernur sebagaimana Anies Baswedan di DKI Jakarta. Di sini, jika Sudirman Said berhasil, secara tidak langsung Prabowo bisa membalas "dendam" atas kekalahan menyakitkan dari Jokowi pada Pilpres 2014.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Keputusan Partai Gerindra mengusung anggotanya sendiri, yaoti Moreno Soeprapto sebagai calon Gubernur Jatim sudah bulat lat. Keputusan itu konon sudah mendapat persetujuan dari Prabowo selaku Ketua Umum Partai Gerindra.

[irp posts="6606" name="Moreno? Seriuslah Hadapi Pilkada Jatim 2018 Ini, Jenderal!"]

Selanjutnya, karena kursi yang diperoleh Gerindra belum mencukupi untuk mendukung bakal calonnya, maka Gerindra masih melakukan komunikasi intensif dengan Partai Amanat Nasional untuk sama-sama mengusung Moreno di Pilgub Jatim 2018. Partai Gerindra saat ini memiliki 13 kursi DPRD Jatim. Sementara PAN memiliki 7 kursi.

Dengan berkoalisi, kedua partai ini otomatis mengantongi 20 kursi, yang bermakna memenuhi syarat minimum untuk mengusung pasangan calon dalam Pilgub. Menurut Dasco pula, Moreno adalah sosok ideal generasi millennial Indonesia yang memiliki akar yang kuat di Jawa Timur karena keluarga besar ayahnya yang asli Jawa Timur.

Sebagai acuan, pada Pemilu 2014 Moreno yang baru pertama kali ikut kontestasi langsung terpilih karena memperoleh suara yang sangat signifikan, yaitu lebih dari 52.000 suara di Daerah Pemilihan Jawa Timur V. Sebelum menjatuhkan pilihan ke Moreno, Gerindra pernah memberi kesempatan kepada La Nyalla Mattalitti untuk diusung di Pilgub Jatim. Namun, hingga batas waktu yang ditentukan La Nyalla gagal menggaet partai koalisi lain.

Dengan pertimbangan itulah, khusus untuk Jawa Timur, Prabowo tidak mengusung mantan jenderal para kolega dekatnya. Bukan tidak ada sosok yang tepat atau bukan karena tidak ada sosok mantan jenderal yang bisa dijual, tetapi pertimbangan mengkopi keberhasilan Pilkada DKI Jakarta menjadi pertimbangan tersendiri.

***