Sedikit flashback masalah perampasan tanah Al-Quds bagi yang belum paham sejarah.
Tanah waqaf Al-Quds saat perampasan lewat perjanjian Balfour waktu itu, penduduk Yahudi di sana hanya 8%.
Tahun 1947, PBB arogan dan angkuh langsung memberikan 55% lahan Palestina buat Yahudi.
Padahal saat itu jumlah Yahudi hanya 31%, dan tanah yang dikuasai Yahudi waktu itu hanya 6% dari seluruh wilyah Palestina.
Pada 15 Mei 1948, Israel resmi didirikan di atas tanah rampokan tersebut, Palestina.
[irp posts="6013" name="Tentang Perkembangan Terkini Al-Quds"]
Dunia semua terlibat lewat tangan PBB, dunia arab langsung mengumumkan perang, dan dunia Arab kalah telak, 78% tanah Palestina dikuasai Israrel.
Inggris lalu merestui Yahudi buat eksodus besar-besaran ke Palestina, Inggris juga langsung membantu Israel mendirikan angkatan perangnya yang pada akhirnya dipakai untuk memusnahkan Arab.
Tahun 1967 terjadi perang 6 hari yang juga dikenal di dunia Arab dengan al Harb al ayyam as sittah, tepatnya perang itu berlangsung selama 132 jam 30 menit, bangsa Arab yang dikomandoi mesir kalah telak.
Dataran tinggi Golan, Gurun Sinai, Jerusalem Timur juga Tepi Barat dan syaram al syeikh diakuisisi dan direbut Yahudi dalam perang ini.
Tahun 1973, terjadi lagi perang Yom Kippur, bangsa Arab kembali kalah dari Israel, masalah kenapa bangsa Arab kalah, nanti ada waktu saya twit khusus tema ini.
[irp posts="5388" name="Setelah Amerika Serikat Akui Jerusalem Sebagai Ibukota Israel"]
Perang Yom Kippur berakhir dengan gencatan senjata, dalam hukum internasional, semua tanah Palestina atau Suriah atau Mesir yang direbut Yahudi melalui perang dan pembunuhan tidak dapat diakui oleh dunia
Jadi, perampokan tanah Palestina itu disponsori dunia lewat tangan PBB secara dholim dan sepihak.
Sekian dulu, mau siap siap dhuha dan mau "piknik".
Cc:
1. Yang masih kurang piknik dari kalangan liberalis
2. Ustad-ustad yang masih gagal paham blok Rodja & Yufid tv
3. Buat semua muslim yang belum peduli dengan isu alQuds
4. Buat arsip
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews