Meminjam istilah yang lagi naik daun (kembali) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, judul artikel ini terkesan radikal kan ya. Namun, jika didalami secara integral komprehensif, memang demikianlah kenyataannya. Jika kita tidak berubah, kita akan mati.
Perubahan adalah hukum dasar alam semesta.
Hukum yang sangat mempengaruhi persepsi Charles Darwin tentang kehidupan, sosok naturalis yang sangat terkenal di ranah saintifik, hingga akhirnya beliau melahirkan satu karya buku Biologi yang sangat legendaris, "On The Origion of Species" (1859).
Di dalam buku tersebut, Darwin menguraikan bahwa bukan spesies yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan pula yang paling intelektual. Tetapi spesies yang paling cerdas beradaptasi, menyesuaikan atau mensinkronkan kebutuhan dan atau keperluan hidupnya dengan perubahan lingkungan hidup dimana ia berada. Terlepas dari bagaimana cara masing-masing spesies beradaptasi.
Konsep teoritis yang berdasarkan fakta di lapangan tersebut, jika diterapkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari, ke dalam peradaban manusia, kita mestilah berubah menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan fisik seperti perubahan iklim, perubahan lingkungan sosial, budaya, moral, spritual dan apalagi perubahan politik yang secara langsung tak langsung sangat mempengaruhi kehidupan kita sebagai warga suatu negara.
Lalu, bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan perubahan?
Hal mendasar yang mesti dipahami adalah mengenai perubahan itu sendiri. Apa, mengapa, dan bagaimana perubahan itu terjadi. Untuk itu kita mesti memiliki sifat "thalib", sifat pembelajar, sifat yang selalu dan selalu belajar. Tidak pernah berhenti belajar hingga jatah kehidupan yang dimiliki berakhir.
Untuk belajar, tentunya kita membutuhkan informasi (input) yang selanjutnya kita olah sedemikian rupa hingga menghasilkan output. Output yang kemudian diterapkan ke dalam kehidupan itu sendiri.
Dalam hal ini kita juga mesti memegang prinsip GIGO, "Garbage in, garbage out". Bila informasi yang kita masukkan untuk diproses adalah informasi yang salah, sifatnya sampah aka hoax, maka kita akan memperoleh outpun yang justru bisa membahayakan kehidupan kita sendiri, paling tidak jadi menyusahkan diri.
Sebaliknya, jika informasi tersebut berkualitas tinggi, diproses dengan baik maka hasilnya bisa kita terapkan ke dalam kehidupan yang membuat kita akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, dus bertahan hidup.
Jadi, teman-teman sepakatkah dengan prinsip berubah atau mati?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews