Berubah atau Mati

Jumat, 22 Desember 2017 | 18:21 WIB
0
484
Berubah atau Mati

Meminjam istilah yang lagi naik daun (kembali) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, judul artikel ini terkesan radikal kan ya. Namun, jika didalami secara integral komprehensif, memang demikianlah kenyataannya. Jika kita tidak berubah, kita akan mati.

Perubahan adalah hukum dasar alam semesta.

Hukum yang sangat mempengaruhi persepsi Charles Darwin tentang kehidupan, sosok naturalis yang sangat terkenal di ranah saintifik, hingga akhirnya beliau melahirkan satu karya buku Biologi yang sangat legendaris, "On The Origion of Species" (1859).

Di dalam buku tersebut, Darwin menguraikan bahwa bukan spesies yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan pula yang paling intelektual. Tetapi spesies yang paling cerdas beradaptasi, menyesuaikan atau mensinkronkan kebutuhan dan atau keperluan hidupnya dengan perubahan lingkungan hidup dimana ia berada. Terlepas dari bagaimana cara masing-masing spesies beradaptasi.

Konsep teoritis yang berdasarkan fakta di lapangan tersebut, jika diterapkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari, ke dalam peradaban manusia, kita mestilah berubah menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan fisik seperti perubahan iklim, perubahan lingkungan sosial, budaya, moral, spritual dan apalagi perubahan politik yang secara langsung tak langsung sangat mempengaruhi kehidupan kita sebagai warga suatu negara.

Lalu, bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan perubahan?

Hal mendasar yang mesti dipahami adalah mengenai perubahan itu sendiri. Apa, mengapa, dan bagaimana perubahan itu terjadi. Untuk itu kita mesti memiliki sifat "thalib", sifat pembelajar, sifat yang selalu dan selalu belajar. Tidak pernah berhenti belajar hingga jatah kehidupan yang dimiliki berakhir.

Untuk belajar, tentunya kita membutuhkan informasi (input) yang selanjutnya kita olah sedemikian rupa hingga menghasilkan output. Output yang kemudian diterapkan ke dalam kehidupan itu sendiri.

Dalam hal ini kita juga mesti memegang prinsip GIGO, "Garbage in, garbage out". Bila informasi yang kita masukkan untuk diproses adalah informasi yang salah, sifatnya sampah aka hoax, maka kita akan memperoleh outpun yang justru bisa membahayakan kehidupan kita sendiri, paling tidak jadi menyusahkan diri.

Sebaliknya, jika informasi tersebut berkualitas tinggi, diproses dengan baik maka hasilnya bisa kita terapkan ke dalam kehidupan yang membuat kita akan lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, dus bertahan hidup.

Jadi, teman-teman sepakatkah dengan prinsip berubah atau mati?

***