Terkadang ada yang lucu dalam politik ini. Tidak masalah dalam satu kontestasi Anda berlawanan. Tapi, setelah kompetisi, bisa saja kawan menjadi lawan. Atau malah sebaliknya, lawan menjadi kawan.
Pascapemilu 2014, lawan menjadi kawan itu terjadi. Partai Golkar, PPP, dan PAN masuk ke dalam Koalisi Indonesia Hebat. Secara tidak langsung, Koalisi Merah Putih mengecil dan turun.
Namun, di pihak Jokowi juga kehilangan teman. Beberapa contoh, Anies Bawesdan dan Sudirman Said, sang pembantu kena reshuflle. Kedua tokoh tersebut menggabungkan diri ke kelompok Prabowo.
Aneh bukan?
Prabowo sebagai jenderal KMP mengusung Anies Bawesdan maju di Pilgub DKI Jakarta. Padahal Anies mantan tim sukses Joko Widodo – Jusuf Kalla. Sedangkan Tim Sinkronisasi Anies-Sandi, terletak di pundak Sudirman Said.
[irp posts="5926" name="Sudirman Said, Suksesor Jakarta Uji Nyali di Jawa Tengah"]
Setelah sukses menumbangkan PDI Perjuangan di Pilgub DKI Jakarta, Prabowo berniat mengambilalih kandang PDIP, yaitu di Jawa Tengah. Untuk itu, Sudirman menjadi prajurit penakluk. Tinggal menunggu waktu, Partai Gerindra akan perang besar di Jawa Tengah.
Perlu diketahui, kekhawatiran banyak orang akan dualisme kekuatan politik bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak sedikit prediksi Jakarta dibawa ke Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembedanya adalah, Jakarta menyerang tokoh yang membawa isu SARA.
Sedangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, berkemungkinan membawa isu SARA dalam bingkai isu lain. Misalnya Jawa Tengah, Sudirman Said akan melawan Ganjar Pranowo. Partai Gerindra melawan PDIP. Lama-lama dua kekuatan akan saling hantam.
Jawa Timur sudah panas duluan. Jawa Barat menunggu kepastian saling serang. Jawa Tengah, menunggu waktu perang.
Perang antara Sudirman dan Ganjar akan berhubungan dengan isu ‘kepedulian rakyat’. PDIP secara lahiriah merupakan perwujudan partai rakyat kecil. Namun sejak berkuasa, PDIP terasa tidak pro rakyat.
Khususnya di Jawa Tengah. Ganjar dinilai pro perekonomian. Hal ini terkait permasalahan pabrik semen. Bahkan, para petani masih demo di depan Istana. Sampai ada ibu pendemo yang mengembuskan nafas terakhirnya akibat demo.
Apakah Ganjar tetap pro pribumi, bila kita menggunakan istilah Anies Bawesdan. Tentu saja ini menjadi masalah politik. Terlebih Sudirman merupakan mantan Menteri ESDM. Sudirman mampu membuat jagat politik heboh akibat keberaniannya melawan Setya Novanto dan kawan-kawan. Masih ingat kasus ‘Papa Minta Saham’, kan?
[irp posts="5929" name="Retorika Anies-Sandiaga Bikin Jakarta Kian Terisolir"]
Nah, bayangkan saja, Sudirman akan muncul sebagai wajah pro pribumi dan rakyat kecil. Melawan Ganjar yang diangap pro kekuasaan. Dampaknya? Sudah bisa diduga, isu penguatan ekonomi pribumi melawan ekonomi kapitalis. Atau kasarnya, pribumi melawan asing.
Sudirman merupakan lawan terkuat bagi Ganjar. Pemain Jakarta jangan dianggap remeh. Bayangkan saja. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap bisa memenangkan Pilgub DKI Jakarta satu putaran, ternyata bisa tumbang bahkan akhirnya ditahan.
Nah, bukan tidak mungkin cara yang sama menghantui Ganjar. Elektabilitas bisa saja tinggi. Populer sih biasa saja. Tapi ingat, Jakarta adalah bukti. Kepiawaian strategi politik Partai Gerindra dan koalisinya mampu membalikkan keadaan.
Jadi, Ganjar harus siap-siap. Menerima demontrasi besar-besaran dari kelompok atau komunitas tani. Penggiat lingkungan dan hak asasi. Bisa juga isu-isu hukum lainnya. Namanya saja politik. Selama bisa dimainkan, tentu semua peluru siap ditembakkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews