Cendekiawan atau intelektual walaupun bisa dibedakan secara konseptual tapi mirip, dekat dan sama dalam fungsi-fungsi sosial dan politik kulturalnya. Karenanya banyak orang menyamakan cendekiawan dengan intelektual, intelektual dengan cendekiawan.
Cendekiawan artinya kaum cendikia, kaum terpelajar, kaum cerdik pandai di masyarakatnya. Jumlah mereka sedikit karena mereka adalah kaum elit intelektual. Sebutan lain adalah ilmuwan dan akademisi. Semua sebutan itu memiliki kemiiripan fungsi dalam perannya yang berbeda-beda.
Terhadap kehidupan politik dan kekuasaan, fungsi dan tugas kaum cendekiawan adalah mengontrol, mengarahkan, memberikan guide, mengkitik, memberi masukan dan memberi pencerahan.
Karena orientasinya adalah pembelaannya pada kebenaran, cendekiawan/intelektual menurut Julien Benda adalah yang “whose activity not the pursuit of practical aims” (aktivitasnya tidak mengejar tujuan-tujuan praktis dan pragmatis). Atau, seperti kata Lewis Coser ”tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya … mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas” (1997: xvi).
Jadi, intelektual/cendekiawan itu menjaga jarak dengan kekuasaan, mengontrol, mengritik dan memberi masukan serta pencerahan dalam posisinya yang independen sebagai cendekiawan.
Dukungan ICMI pada Presiden Jokowi untuk dua periode melalui mulutnya Jimly Ash-Shiddiqy, terlepas dari tidak mewakili suara ICMI, menuai kritik internal dan eksternal, bahkan hoax, perlu diingatkan itu bertentangan bahkan merusak hakikat, citra dan fungsi kecendekiawanan. Tidak pantas cendekiawan terjebak pada praktik-praktik politik praktis dan dukung-mendukung kekuasaan.
Organisasi ICMI sebagai jenjang karir politik untuk naik ke yang lebih tinggi, itu juga menyalahi. Bila cendekiawan seperti itu maka dia bukan cendekiawan tapi politisi atau praktisi yang memanfaatkan organisasi cendekiawan untuk kepentingan karir pribadinya.
[irp posts="5463" name="Independen, Tapi Dukung Jokowi 2 Periode, Ada Apa dengan ICMI?"]
Bila sudah mentradisi, aktivis ICMI seperti itu, sebagai jenjang karir atau digunakan kendaraan politik dari tingkat daerah sampai pusat, lebih baik ICMI segera membubarkan diri saja karena itu mereduksi fungsi-fungsi kecendekiawanan dan wibawa intelektual. Itu disebabkan karena banyak aktivis ICMI adalah para politisi bukan benar-benar cendekiawan dan intelektual independen dalam kemampuan, sikap mental dan kesadarannya.
Sebagai organisasi, bahwa ICMI bernuansa politik, itu tak akan terhidarkan tetapi menggunakan ICMI untuk jenjang karir politik dan dukung-mendukung kekuasaan, sekali lagi, lebih baik membubarkan diri saja karena sudah keluar dari ruh dan nubuwwah kecendekiaan. Jangan sampai sindirian Gus Dur, "cendikiawan kok berorganisasi" terbukti dengan menjadikannya sebagai jenjang karir dan alat politik praktis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews