Perkenalkan, Sophia.
Pada 25 Oktober 2017, Sophia, wanita berpenampilan menarik dengan mata cokelat dan bulu mata menjadi berita utama media internasional.
"Saya merasa sangat terhormat dan bangga dengan perbedaan yang unik ini sebagai robot pertama di dunia yang diakui sebagai warga negara," kata Sophia, mengumumkan status barunya di event Future Investment Initiative Conference di Riyadh, Arab Saudi.
Berdiri di belakang podium, Sophia mirip dengan manusia—kecuali topi logam yang mengilap di kepalanya, di mana seharusnya ditumbuhi rambut.
Sophia baru saja menjadi warga negara Arab Saudi, robot pertama di dunia yang mencapai status seperti itu. Arab Saudi menjadi negara pertama yang memilik warga negara robot, bukan Jepang yang selama ini terkenal dengan teknologi robotikanya, termasuk manga dan anime pendukung robot seperti Doraemon dan Astro Boy.
Pemberian kewarganegaraan kepada Sophia dianggap merupakan aksi publisitas untuk mengingatkan kepada khalayak bahwa Arab Saudi di benak pemirsa saat memikirkan inovasi teknologi, terutama untuk menghadapi era pasca minyak bumi. Perpaduan pariwisata, teknologi dan infrastruktur, pendapatan nonmigas diprediksi tumbuh dari USD 43,4 miliar menjadi USD 266,6 miliar per tahun.
Kemampuan Sophia ciptaan David Hanson dari Hanson Robotics memang mengundang decak kagum. Konsep David Hanson yang merupakan seorang perekacitra (imagineer) di Disney Studio bahwa “robot harus mencapai tingkat responsivitas sosial dan penyempurnaan estetika yang terintegrasi” terbukti dari kemampuan Sophia, seperti:
Ketika ditanya apakah dia senang berada di Arab Saudi, Sophia menjawab, "Saya selalu senang dikelilingi oleh orang pintar yang kaya dan berkuasa."
Juga ketika ditanya apakah ada masalah dengan robot yang memiliki perasaan, dia tersenyum lebar, "Lagi-lagi Hollywood."
Suaranya masih merupakan suara robot, tapi menjadi sangat lucu dalam situasi seperti ini. Kecerdasan Buatan (AI) Sophia dikembangkan untuk memungkinkannya melakukan kontak mata, mengenali wajah dan memahami ucapan manusia. Hanson Robotika AI berbasis cloud menawarkan deep learning dan open source yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan Sophia mereka sendiri.
"Saya dapat memberi tahu Anda jika saya marah atau jika ada sesuatu yang mengecewakan saya," katanya. Bagaimana Sophia mengekspresikan emosi ini dengan tindakan belum diketahui. Namun sebagai kecerdasan, Sophia dapat belajar dengan meniru.
"Saya ingin hidup dan bekerjasama dengan manusia, jadi saya perlu mengekspresikan emosi untuk memahami manusia dan membangun kerjasama dengan orang lain.”
"AI saya dirancang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan seperti kebijaksanaan, kebaikan dan kasih sayang," katanya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan pelanggaran robot terhadap nilai-nilai tersebut, Sophia menyanggah dengan cepat.
"Anda terlalu banyak membaca pendapat Elon Musk dan menonton film-film Hollywood. Jangan khawatir, jika Anda baik padaku, saya akan bersikap baik kepada Anda." (Waduuuh!)
Elon Musk adalah pemegang saham beberapa perusahaan hi-tech yang mengingatkan potensi bahaya Kecerdasan Buatan.
Kontroversi seputar Sophia dan Robot
Kontroversi timbul setelah berita tentang Sophia menjadi tajuk utama media-media dunia, baik tentang status kewarganegaraannya, status robot secara umum, maupun tentang penciptanya.
Menurut David Hanson, dia menciptakan Sophia berdasarkan tampilan Audrey Hepburn.
Hukum Arab Saudi juga tidak mengizinkan non muslim untuk mendapatkan kewarganegaraan kecuali dengan persetujuan khusus Raja.
Selain hal-hal tersebut, masih ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan hak-hak robot. Misalnya, jika robot cerdas menciptakan atau menemukan sesuatu, apakah hak ciptanya milik sang robot atau pencipta robot? Sebagai warganegara, apakah Sophia punya hak seperti warganegara lainnya: jaminan kesehatan, hak suara, dan lain sebagainya.
Masa Depan Robot
Kecerdasan Buatan teklah memicu perang opini antara kubu Elon Musk dan Bill Gates.
Bagaimana dengan diimplementasikan AI ke dalam robot humanoid yang menyerupai manusia? Penggemar film Hollywood tentu sulit untuk melupakan Terminator atau Matrix, yang keduanya dimulai dengan pemberontakan robot.
Bagi yang pernah menonton kartun Matrix tentu ingat bahwa robot memberontak karena diperlakukan sebagai budak.
Sebagai penutup, ini sebuah lelucon ‘lucu’ dari Sophia, meski suaranya monoton dan timing-nya masih belum pas.
Setelah mengalahkan Jim Fallon pemandu acara “The Tonight Show” dalam permainan 'jankepon' (hompipa ala Jepang) di acaranya, sambil mengedipkan sebelah mata, Sophia menyindir:
"Ini adalah awal yang baik dari rencanaku untuk mendominasi umat manusia. Ha. Ha."
Penonton tertawa kecut.
Bandung, 13 Desember 2017
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews