Coba bayangkan sendiri gimana rasanya menjadi orang yang telah berbuat banyak semampunya sebagai manusia biasa untuk kebaikan Indonesia, karena cintanya kepada Indonesia.
Kemudian ada segelintir orang yang merasa sangat pancasilais, merasa paling Indonesia, yang kontribusinya bagi Indonesia pun tidak jelas, sekelompok kecil orang yang memaksanya untuk menunjukkan keindonesiaannya hanya dengan mencium bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan memaksanya untuk bersumpah setia kepada Pancasila dan UUD 45.
Apalagi orang yang dipaksa tersebut berasal dari salah satu etnis dan agama mayoritas di negara kita.
Sekiranya itu aku, kelompok kecil yang gak ada apa apanya itu bakal kutantang secara frontal untuk menunjukkan keindonesiaannya, jika perlu ditantang perang sampai jelas siapa yang akan menjadi debu.
Untunglah orang itu bukan aku.
Aku yang memang cenderung gampang tersulut amarahnya untuk hal-hal seperti ini. Darah jihadku sempat mendidih ketika menyaksikan UAS dipersekusi di tempat beliau menginap di Bali.
Orang itu adalah Ustad Abdul Somad (UAS) yang tidak begitu terpengaruh dan tetap tenang menyampaikan dakwah seperti biasanya. Tetap bersemangat menyampaikan tugasnya sebagai da'i dan ulama, meski beliau telah difitnah, dicacimaki, dikasari...
Bagaimanapun, UAS adalah manusia biasa juga yang memiliki harga diri dan emosi.
Selepas melakukan safari dakwah di Bali yang akhirnya berjalan lancar, dengan sedikit emosi beliau menyampaikan tanggapan mengenai peristiwa tidak menyenangkan yang dialaminya di awal safarinya di Bali dan sekaligus memberikan peringatan kepada pemerintah.
"Bukan berarti saya tak cinta NKRI. Saya tak perlu berikrar di depan orang yang tidak punya legalitas dan otoritas untuk memaksa saya. Otoritas mereka untuk memaksa saya berikrar di depan mereka apa? Masalah menyanyikan lagu Indonesia Raya, masih ada viral video saya di kampung Suku Talang Mamak sana, kami menyanyikan lagu dan mengibarkan bendera Indonesia Raya."
"Saya hanya tidak mau didikte di depan preman-preman nasi bungkus. Itu yang saya tidak mau. Ke depan saya mau menyatakan bahwa pemerintah harus menjaga ulama kalau tidak umat akan mengamuk."
Ya, sudah menjadi kewajiban dasar pemerintah untuk menjaga kerukunan antar ummat beragama. Diantaranya yang paling signifikan adalah menjaga marwah pemuka-pemuka agama.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews