Dipersekusi, Ustad Abdul Somad Memperingatkan Pemerintah

Senin, 11 Desember 2017 | 07:40 WIB
0
397

Coba bayangkan sendiri gimana rasanya menjadi orang yang telah berbuat banyak semampunya sebagai manusia biasa untuk kebaikan Indonesia, karena cintanya kepada Indonesia.

Kemudian ada segelintir orang yang merasa sangat pancasilais, merasa paling Indonesia, yang kontribusinya bagi Indonesia pun tidak jelas, sekelompok kecil orang yang memaksanya untuk menunjukkan keindonesiaannya hanya dengan mencium bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan memaksanya untuk bersumpah setia kepada Pancasila dan UUD 45.

Apalagi orang yang dipaksa tersebut berasal dari salah satu etnis dan agama mayoritas di negara kita.

Sekiranya itu aku, kelompok kecil yang gak ada apa apanya itu bakal kutantang secara frontal untuk menunjukkan keindonesiaannya, jika perlu ditantang perang sampai jelas siapa yang akan menjadi debu.

Untunglah orang itu bukan aku.

Aku yang memang cenderung gampang tersulut amarahnya untuk hal-hal seperti ini. Darah jihadku sempat mendidih ketika menyaksikan UAS dipersekusi di tempat beliau menginap di Bali.

Orang itu adalah Ustad Abdul Somad (UAS) yang tidak begitu terpengaruh dan tetap tenang menyampaikan dakwah seperti biasanya. Tetap bersemangat menyampaikan tugasnya sebagai da'i dan ulama, meski beliau telah difitnah, dicacimaki, dikasari...

Bagaimanapun, UAS adalah manusia biasa juga yang memiliki harga diri dan emosi.

Selepas melakukan safari dakwah di Bali yang akhirnya berjalan lancar, dengan sedikit emosi beliau menyampaikan tanggapan mengenai peristiwa tidak menyenangkan yang dialaminya di awal safarinya di Bali dan sekaligus memberikan peringatan kepada pemerintah.

"Bukan berarti saya tak cinta NKRI. Saya tak perlu berikrar di depan orang yang tidak punya legalitas dan otoritas untuk memaksa saya. Otoritas mereka untuk memaksa saya berikrar di depan mereka apa? Masalah menyanyikan lagu Indonesia Raya, masih ada viral video saya di kampung Suku Talang Mamak sana, kami menyanyikan lagu dan mengibarkan bendera Indonesia Raya."

"Saya hanya tidak mau didikte di depan preman-preman nasi bungkus. Itu yang saya tidak mau. Ke depan saya mau menyatakan bahwa pemerintah harus menjaga ulama kalau tidak umat akan mengamuk."

Ya, sudah menjadi kewajiban dasar pemerintah untuk menjaga kerukunan antar ummat beragama. Diantaranya yang paling signifikan adalah menjaga marwah pemuka-pemuka agama.