Tadi malam, secara tak sengaja saya membaca informasi yang mengejutkan. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) secara gamblang mendeklarasikan dukungannya terhadap Joko Widodo hingga dua periode.
Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie menyampaikannya dalam pidato pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional ICMI di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada hari Jumat, 8 Desember 2017. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Jokowi, Ketua Dewan Kehormatan ICMI BJ Habibie, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
"Karena itu, ICMI tidak perlu dan tidak boleh ragu untuk mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo selama 10 tahun. Bukan untuk kepentingan orang per orang. No. Melainkan untuk kemajuan bangsa dalam jangka panjang."
"Diperlukan pemerintahan yang stabil pada setiap 10 tahunan dengan kepemimpinan yang sungguh-sungguh bekerja untuk rakyat."
Demikian pernyatan politik ICMI yang mengejutkan tersebut.
Masa Pilpres berikutnya masih dua tahun lagi, kok sudah ada deklarasi dukung mendukung?
Benar, idealnya kita membutuhkan pemerintahan yang stabil. Itulah sebab kita membutuhkan masterplan atau blue print pembangunan Indonesia. Namun, tidak berarti harus menuntaskan masa kepemimpinan seorang pemimpin hingga dua periode. Apalagi jika pemimpin itu menimbulkan pro dan kontra yang sangat kuat dalam satu periode kepemimpinannya.
Saya sudah mengenal organisasi ini semenjak masih duduk di bangku SMA, tahun 90an. Organisasi berbasis agama Islam yang saya segani karena kiprahnya dalam mengedukasi umat dan turut memajukembangkan Indonesia secara cukup signifikan. ICMI yang kukenal selama ini adalah ICMI yang netral, dalam pengertian lembaga independen yang tidak terkontaminasi oleh kepentingan politik orang perorangan atau partai.
Secara fakta, hal itu malah tercantum dalam website resmi ICMI.
"Dalam berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan; keilmuan, kepakaran, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan, kebebasan, kemandirian, dan kekeluargaan."
[irp posts="377" name="Arcandra Tak Senyaman Prabowo dan Habibie"]
Menurut Emil Salim, ICMI merupakan wadah yang terbuka bagi seluruh intelektual Islam. Potensi cendekiawan muslim yang berasal dari aliran apapun, warna politik manapun, dari kelompok manapun, selama ia muslim dapat dihimpun dalam kesatuan cendekiawan muslim.
Nah, deklarasi dukungan itu jelas jelas telah bertentangan dengan prinsip dasar didirikannya ICMI itu sendiri. Jadi, ada apa dengan ICMI zaman now ini?
Hayolah, kita sudah tahu sama tahulah bahwa polarisasi rakyat Indonesia saat ini begitu kuat paska Pilpres 2014. Janganlah lagi mendorong polarisasi yang sudah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan ini. Situasi dan kondisi yang sungguh tidak menguntungkan bagi Indonesia.
Saat ini, kita membutuhkan lebih banyak lagi sosok-sosok negarawan dan lembaga-lembaga pendidikan politik yang bijaksana, sebagai acuan dasar pola pikir politik rakyat umum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews