Buat Amerika Serikat (AS) hal ini tidak mengejutkan, karena dengan janji kampanyenya inilah Donald Trump didukung kelompok Yahudi di AS, sehingga bisa terpilih sebagai Presiden AS. Kelompok Yahudi di AS sangat berpengaruh besar. Kadangkala juga sering masuk menjadi menteri dalam kabinet Presiden AS. Hal itu sudah berlangsung lama.Oleh karena itu Trump hanya mewujudkan janji kampanyenya. Tidak lebih.
Buat negara Arab, ini mengejutkan. Memang sejak Israel diakui sebagai negara merdeka oleh AS dan sekutunya terjadi beberapa kali perang dengan Israel, terutama perlawanan negara Arab yang dimotori Mesir dan Irak, karena dahulu dianggap negara yang kuat di bidang militer jika dibandingkan di antara negara Arab lainnya. Hasilnya? Negara-negara Arab selalu kalah. Dalam Perang Enam Hari, kekalahan negara Arab ini sangat terasa.
Ketika Jimmy Carter terpilih sebagai Presiden AS, ada sedikit harapan terjadi perdamaian antara negara Arab, terutama Mesir dengan Israel, yaitu dengan diselenggarakannya Perjanjian Camp David. Di sini nama Indonesia ikut terangkat, karena perjanjian di Camp David di AS itu diawali laporan Mayor Jenderal Rais Abin selalu Panglima Pasukan PBB di Timur Tengah yang bermarkas di Mesir, kepada Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Kurt Waldheim, bahwa dari hasil laporan di lapangan, Mesir dan Israel ada keinginan untuk berunding.
Memang Mayjen TNI Rais Abin (sekarang Letjen TNI/Purn yang masih memimpin Legiun Veteran RI di usia 91 tahun) bertanggungjawab langsung kepada Sekjen PBB. Berdasarkan laporan dari Indonesia itulah Perjanjian Perdamaian antara Mesir dan Israel tercapai.
Akan halnya Irak (saya ke Irak dua kali, Desember 1992 dan September 2014), menurut saya, Irak diserang habis-habisan oleh AS dan sekutunya karena Irak menduduki Kuwait. Meski hanya sebentar, karena AS dan negara Arab lainnya ikut melakukan serangan kepada tentara Irak di Kuwait, sehingga pasukan Irak kembali mundur ke negaranya Irak.
[irp posts="5110" name="Akui Jerusalem sebagai Ibukota Israel, Trump Picu Perang Dunia III"]
Berakhirkah sengketa itu? Tidak. Setelah itu PBB melakukan embargo ekonomi dan melarang pesawat udara melintas di udara Irak. Waktu itu ketika saya, atau siapa saja ke Irak, harus melalui Jordania. Dari Jordania lalu naik jalur darat ke Irak. Serangan terakhir AS dan sekutunya ke Irak, betul-betul membuat Irak tidak berdaya. Kunjungan saya ke Irak tahun 2014, membuktikan hal itu.
Kembali ke masalah Palestina, nampaknya perdamaian dan niat rakyat Palestina untuk merdeka secara "de jure," dengan diakuinya Jerusalem sebagai ibukota Israel semakin jauh. Kenapa saya katakan "de jure" karena Palestina secara hukum internasional belum diakui, meski secara "de facto" sudah bernama Negara Palestina dengan menempatkan duta besarnya di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews