Ingin Amankan Kursi RI-1, Presiden Jokowi Harus Berguru ke SBY

Kamis, 30 November 2017 | 05:00 WIB
0
566
Ingin Amankan Kursi RI-1, Presiden Jokowi Harus Berguru ke SBY

Pada Ahad 26 November 2017 lalu, lembaga survei partikelir Poltracking merilis elektabilitas Presiden Joko Widodo yang maih unggul jauh atas saingan terdekatnya, Prabowo Subianto. Elektabilitas Jokowi 53,2 persen sedangkan Prabowo 33 persen. Tetapi, posisi memimpin ini belum aman bagi Jokowi, sebab di saat-saat akhir bisa saja dia disalip oleh orang yang persis berada di belakangnya.

Meski jaraknya masih jauh, tentu saja Jokowi tidak boleh lengah jika masih ingin mempertahankan kekuasannya. Memang unggul, tetapi keunggulan yang real dalam hal elektablitas yang tidak terbaca lembaga survei ini justru ada pada Prabowo Subianto? Lho, kok bisa?

Iya, sebab Prabowo Subianto praktis ga ngapa-ngapain dalam arti tidak muncul setiap saat di permukaan (baca media), ia seperti bertapa dan menyendiri di Bukit Hambalang, jauh dari hiruk-pikuk media. Sementara, selaku Presiden, kepala pemerintahan dan kepala negara, Jokowi hampir setiap saat muncul dalam berbagai kegiatan, di Ibu Kota maupun saat kunjungan ke daerah dan ke luar negeri. Ia menjadi "media darling" pula.

Jangan lupa, saat ini Jokowi bersama pemerintahannya didukung koalisi besar PDI Perjuangan, Partai Golkar, Hanura, Nasdem, PKB, dan PPP, minus Partai Demokrat yang memilih "mengambang" terus dan PAN yang plintat-plintut antara mendukung dan tidak.

[irp posts="3872" name="Menakar Siapa Pendamping Prabowo; Zulkifli atau AHY?"]

Sedangkan, Prabowo praktis hanya didukung oleh Gerindra dan PKS saja. Dengan angka elektabilitas yang "sekadar" 53,2 persen belum cukup bagi Jokowi untuk bernapas lega. Ia masih harus terus berupaya menaikkan elektabilitasnya.

Masih ingat pada Pilpres 2014 di mana di saat-saat awal elektabilitas Jokowi demikian moncer, melesat jauh dari Prabowo. Tetapi seiring tahapan demi tahapan Pilpres khususnya saat debat kandidat mendekat, elektabilitas Prabowo saat itu boleh dibilang sudah menyalip Jokowi. Hanya kemenangan besar di Jawa Tengah-lah yang membuat Jokowi lolos dari lubang jarum.

Pilpres 2019 masih dua tahun lagi dari sekarang, Prabowo Subianto juga tidak akan tinggal diam. Karena posisinya sebagai penguasa, Jokowi rentan serangan tak terduga, baik yang kasar maupun yang halus.

Insfrastruktur dan pertumbuhan ekonomi serta janji-janji yang belum terpenuhi akan menjadi sorotan sepanjang dua tahun ke depan. Sementara di sisi Prabowo, tidak akan banyak kritikan yang mengarah kepadanya. Di sinilah letak amannya Prabowo, sebaliknya rawannya Jokowi.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR mengatakan, angka tersebut belum aman untuk Jokowi. Hanta juga menyampaikan kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi, yakni 68 persen, sementara kepuasan terhadap Wakil Presiden Jusuf Kalla 64,8 persen. Artinya, ada selisih sekitar 15 persen antara kepuasan kinerja dan elektabilitas Jokowi.

 

"Itu yang mungkin menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Pak Jokowi untuk menarik modal awal. Rumusnya, mestinya yang puas memilih kembali Pak Jokowi untuk kembali bertarung," kata Hanta.

[irp posts="3440" name="Makna di Balik Unggulnya Jokowi atas Prabowo di Jawa Barat"]

Mari sejenak menengok masa lalu saat elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono jelang Pemilu 2009 di mana angkanya mencapai 60 hingga 70 persen. Dengan modal elektabilitas sebesar ini, dengan mudah SBY memenangkan pemilu satu putaran pada Pilpres 2009.

"(Jokowi) secara elektabilitas potensial masih tinggi dari Pak Prabowo, tapi belum aman secara elektoral," kata Hanta sebagaimana dikutip Kompas.com.

Hanta bahkan menyebut posisi Jokowi bisa terancam oleh kemunculan "kuda hitam" jika ada penantang baru di luar Prabowo di mana elektabilitasnya melesat melebihi 10 persen. Maka figur tersebutlah yang berpotensi menjadi calon Presiden yang kuat. Namun berdasarkan hasil survei, belum ada nama baru selain Jokowi dan Prabowo yang mencapai dua digit.

Mumpung masih suka ngopi bareng atau saat SBY ngeteh di Istana, ada baiknya Jokowi menanyakan rahasia mengapa jelang Pilpres 2009 elektabilitas SBY yang berpasangan dengan Budiono melejit sampai di atas 60 persen bahkan mencapai 70 persen. Ini membuat calon lainnya, waktu itu Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto menang telak satu putaran dengan perolehan suara di atas 60 persen.

***