Sebagai partai politik yang sejak dini mendukung pencalonan kembali Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019, harapan sekaligus keinginan Istana tentu saja Golkar tidak mengalihkan dukungan. Titik rawan terjadi ketika Ketua Umum Setya Novanto yang mengawali dukungan terjerat kasus hukum sehingga bagi Istana, dalam hal ini Jokowi, jabatan Ketua Umum Partai Golkar harus jatuh kepada orang yang tepat.
Kader Partai Golkar yang masih diharapkan penuh oleh Istana adalah sosok Airlangga Hartarto yang kini menjabat Menteri Perindustrian. Sosok lainnya adalah Sekjen Golkar Idrus Marham yang juga menunjukkan minatnya menjadi Ketua Umum. Kedua elite partai beringin itu masing-masing sudah pula bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Airlangga Hartarto dan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan tidak harus dipertanyakan lagi apa motifnya. Pertemuan yang berlangsung tertutup di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin 20 November 2017 lalu disebut-sebut sebagai manuver politik untuk membicarakan keberlanjutan dukungan Partai Golkar.
[caption id="attachment_4858" align="alignleft" width="523"] Airlangga Hartarto dan Idrus Marham (Foto: Tempo.co)[/caption]
Pengamat Politik dan Associate Researcher LP3ES, Ardi Winangun dalam artikelnya menyebutkan, pertemuan antara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, dengan Presiden Joko Widodo di Istana sebagai bukti penggantian Setya Novanto membuat kecemasan pada penguasa.
Hal tersebut tentu memiliki bukti yang nyata saat ini. Tubuh Golkar diseruduk oleh banyak kalangan baik internal partai maupun pihak dari luar. Hal itu tentu tidak terjadi andai saja Golkar tidak memiliki 91 kursi di DPR RI, yang membuat partai itu menjadi satu partai yang berpengaruh jika saja kepemimpinan Golkar jatuh pada tangan yang salah, yang tak mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 sebagaimana gaung Golkar untuk mendukungnya.
[irp posts="4163" name="Airlangga Hartarto Calon Ketua Umum Golkar Yang Direstui" Pemerintah?"]
Diketahui pula, saat ini ada dua nama yang naik ke permukaan publik dan di back up sejumlah media. Sebut saja nama Airlangga Hartarto dan Idrus Marham yang awalnya dipercayakan Setya Novanto sebagai Plt Ketua Umum Goklar. Keinginan kuat dua kubu ini tentu saja punya perhitungan matang, juga bisa meleset dari perkiraan.
Disebut-sebut, dengan naiknya nama Airlangga Hartarto sebagai calon ketua Golkar, kemungkinan besar Jokowi akan bernafas lega karena Airlangga mendapatkan dukungan penuh oleh Istana sebagaimana diberitakan berbagai media.
“Golkar ‘kan user-nya sekarang itu pemerintah, negara, Jokowi. Kita tinggal lihat gesturnya Jokowi bagaimana, dia mau ke siapa,” kata mantan Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Partai Golkar Yorrys saat dihubungi sebuah media online, Jumat 17 November 2017.
Yorrys mengatakan, adapun sosok yang kini menjadi sorotan Jokowi dalam tubuh Golkar adalah Airlangga Hartarto, yang menjabat sebagai Menteri Perindustrian. “Hampir sekarang itu kelihatannya ke Airlangga Hartarto,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Yorrys, Golkar tidak punya pilihan lain selain mengganti Setya Novanto yang kemungkinan akan menjadi tahanan KPK. Apalagi, tambah dia, tahun 2018 adalah tahun penetapan calon kepala daerah. “Tidak ada alternatif lain, kalau kita cinta partai ini, segera harus ada perubahan dalam waktu yang secepat cepatnya,” sebut dia.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, dia telah memohon restu kepada Presiden atas pencalonan dirinya sebagai calon ketua umum Golkar menggantikan Novanto.
"Beberapa hari lalu saya sudah izin ke Jokowi dan sudah diizinkan. Dengan demikian, tinggal nunggu proses di internal Golkar," kata Airlangga seperti dikutip Detik.com, Rabu 29 November 2017.
[irp posts="4726" name="Pertahankan Setnov, Idrus Marham Malah Mau Jadi Ketua Umum"]
Sementara, Plt Ketua Umum Golkar Idrus Marham juga mengaku telah bertemu dengan Jokowi untuk maju sebagai Ketua Umum Golkar yang baru menggantikan Novanto. Pun begitu, ada aura panas antara dua kubu ini. Dua-duanya mengklaim telah mendapatkan persetujuan dari Presiden.
"Saya 'kan juga sudah ketemu Pak Jokowi kok, dan saya punya keyakinan saya terpilih Plt Ketum juga karena pasti karena ada kontribusi semua. Tapi gini, Pak Jokowi bilang pas saya ketemu bahwa karena Golkar sudah dukung saya, maka saya nggak ingin Golkar nggak maju," kata Idrus kepada media yang sama.
Jika benar dia (Airlangga Hartarto) terpilih, maka amanlah Jokowi menuju Pilpres 2019. Namun, jika Idrus Marham yang terpilih? Kemungkinan besar Golkar akan menarik dukungan terhadap Jokowi, dan ini akan menjadi PR besar bagi Jokowi dan partai lainnya.
Mengapa? Sebab partai beringin itu acap kali bermain sandiwara di hadapan publik. Kita lihat saja janji Idrus Marham untuk menyakinkan semua kadernya agar tetap mempertahankan Novanto sebagai Ketua Umum, kini malah dia yang berkeinginan besar memimpin partai tua tersebut.
Selain itu, kedekatannya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga menjadi catatan penting adanya permainan politik yang sedang berlangsung. Walau permainan itu sendiri tidak diperlihatkan secara terang-terangan, namun masyarakat bisa menilai kemana arah Golkar selanjutnya.
Idrus Marham juga telah bertemu dengan JK beberapa waktu lalu, Kamis 23 November 2017 dan sempat berbincang-bincang hampir tiga jam pada saat makan siang. "Pak JK justru sebagai mantan Ketua Umum Golkar selalu berpikir bagaimana Golkar tidak hanya eksis, tapi tetap survive," ujar Idrus seperti dikutip Kompas.com, Jumat 24 November 2017.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews