Survei Yang "Nambah" Masalah buat Partai Beringin

Senin, 27 November 2017 | 09:48 WIB
0
430
Survei Yang "Nambah" Masalah buat Partai Beringin

Keributan di internal Partai Golkar bermuara pada Pertemuan di Hotel Sultan, Jakarta. Kesaktian Setya Novanto pun luntur. Kuasanya tidak mampu bertahan lama. Meskipun para loyalis masih tetap berbaris, kesaktian Setnov tidak mampu membendung aksi kudeta yang dilancarkan internal partai.

Plt Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham bersama Wakil Sekretaris Jenderal M. Sarmuji terpaksa memanggil semua DPD Tingkat I se-Indonesia. Mereka dikumpulkan bersamaan dengan DPP Partai Golkar.

Rapat Pleno DPP Partai Golkar seakan tidak ‘memiliki kekuatan’. Sehingga, hasil rapat tertanggal 21 November 2017 perlu ditegaskan dalam pertemuan nasional. Surat undangan bernomor UND-278/GOLKAR/XI/2017 menjadi dasar pertemuan nasional.

Ruang Semeru, Holten Sultan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta menjadi saksi pertemuan nasional loyalis Setnov, pengugat dan peminta Munaslub.

Acaranya memang cukup sehari, sabtu, 25 November 2017 lalu. Tetapi satu hari menjadi perontok kesaktian Setnov. Walaupun menerima putusan rapat pleno DPP Partai Golar, para peserta meminta DPP Partai Golkar segera melaksanakan Munaslub.

Survei nambah masalah

Masa-masa genting bagi Golkar bertambah ruyam. Penyebabnya adalah hasil survei elektabilitas partai. Poltracking Indonesia menempatkan Golkar di posisi ketiga di bawah PDI Perjuangan dan Gerindra.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR memaparkan persentase elektabilitas lima partai di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Minggu, 26 November 2017.

Hasil survei nasional Poltracking Indonesia terkait peta elektoral 2019:

 

 

  • PDI-P bertengger di posisi pertama dengan 23,4 persen.

 

 

  • Gerindra dengan elektabilitas 13,6 Persen.

 

 

  • Golkar turun dari posisi kedua menjadi ketiga dengan 10,9 persen.

 

 

  • PKB dengan elektabilitas 5,1 persen, dan

 

 

  • Demokrat hanya mendapatkan elektabilitas 4,2 persen

 

 

Hanta menyebutkan salah satu faktor penyebab suara Golkar turun adalah karena dinamika internal. Karena sosok Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang terkena kasus hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

[irp posts="4559" name="Kata Akbar Tandjung, Kiamat Sudah Dekat di Partai Golkar Jika...."]

Hanta mengatakan, kasus hukum Setnov berdampak pada elektabilitas Golkar. Meskipun patut dipertimbangkan bahwa Golkar bukan partai yang bergantung pada figur.

Tapi ini simbol. Ini memberi dampak secara elektoral, pasti. Maka kasus ini setidaknya menjadi beban elektoral bagi Golkar," kata Hanta yang dikutip Kompas.com.

Mendengar hasil survei Poltracking Indonesia, Nurdin Halid pun memastikan bahwa Gokar akan melaksanakan Munaslub. Ini sudah bukan masalah kecil. Hiruk pikuk di Internal Golkar ditambah dengan penurunan elektabilitas memaksa Munaslub sebagai solusi.

"Tinggal waktunya saja yang tepat dan tidak boleh kami melanggar AD/ART," kata Nurdin Halid.

Pernyataan Nurdin bagaikan angin segar bagi kelompok kontra Setnov. Terlebih Nurdin mengatakan bahwa tidak ada cara lain untuk meyelematkan Golkar. Elektabilitas partai yang terus menurun membutuhkan nakhoda yang jelas dan bersih. Bila sebelumnya ada komitmen menunggu hasil praperadilan Setnov, kali ini tidak lagi.

"Tidak ada pilihan kecuali mencari pemimpin baru untuk meningkatkan kinerja partai," kata dia pada awak media.

Dengan demikian, deklarasi Sultan dan Hasil Survei Poltracking, dua senjata yang mengugurkan kesaktian Setnov, paling tidak sampai tulisan ini diturunkan.

***