Indra Sjafri Minggat, PSSI Tidak Memiliki Visi Pengkaderan Atlet

Minggu, 26 November 2017 | 05:20 WIB
0
477
Indra Sjafri Minggat, PSSI Tidak Memiliki Visi Pengkaderan Atlet

Jagat sepak bola se-Indonesia heboh terkait pencopotan Indra Sjafri. Bahkan menjadi trending topik di google trending. Apa yang terjadi? Bukankah Indra Sjafri adalah pelatih dan memahami konsep bangunan altlet sepak bola masa depan.

Peps melihat dari sisi Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang peduli dengan Indra Sjafri. Katanya sih momen mencopot Indra Sjafri tidak tepat. Meskipun demikian, Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto, menghormati keputusan PSSI.

Hanya saja, Gatot menganggap waktu pencopotan Indra sebagai pelatih Timnas Indonesia U-19 tidak tepat. Meski begitu, Gatot berharap PSSI punya alasan kuat mencopot Indra.

“Harusnya kita lihat Indra Sjafri secara keseluruhan. Dia kan termasuk sukses di usia muda. Jika dianggap kurang berhasil, kita harus lihat sebab akibatnya,” ucap Gatot di Pusat Media Kemenpora, Rabu 22 November 2017 seperti dimuat CNN Indonesia. “Kenapa itu dilakukan sekarang?” tanya Gatot.

[irp posts="3947" name="Perjalanan Islandia, Negara Kecil ke Pesta Sepak Bola Terbesar Dunia"]

Ucapan ini sebagai alat penanya kepada PSSI. Iya, PSSI sedang dalam sorotan publik. Seharusnya PSSI bisa cari momentum yang lebih pas. Tentu saja dengan dalil yang bisa dipertanggungjawabkan kepada pecinta bola tanah air.

Sehari sebelumnya, PSSI, dalam konferensi pers Selasa 21 November 2017, memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak pelatih asal Sumatera Barat itu, yang berakhir Desember 2017.

Kemenpora berharap PSSI bisa mendapatkan pelatih pengganti yang lebih baik daripada Indra. Ada sejumlah pelatih yang dikabarkan akan menggantikan peran Indra, termasuk mantan asisten pelatih Timnas Indonesia Wolfgang Pikal.

“Kalau bisa lebih baik penggantinya, itu tidak masalah,” Kata Gatot

Gatot mengingatkan agar persoalan pergantian pelatih Timnas U-19 tidak menimbulkan masalah lainnya. Menurut Kemenpora, PSSI harus bisa melihat lebih jauh terkait perkembangan persepakbolaan Indonesia.

“Harapan kami pada saat PSSI menyampaikan laporan tentang Liga 1 dan 2, ada update terakhir juga terkait laporan Timnas Indonesia,” ujar Gatot.

Konsep kaderisasi masa depan

Catatan sejarah Indra Sjafri adalah karir sang pengkader. Bukan hanya sebatas pelatih tim sepak bola. Jauh dari itu, Indra Sjafri pemilik mimpi yang terencana untuk menembus Piala Dunia. Tipe Indra, membangun atlet sedari usia dini lebih baik dari pada memaksakan utak-atik tim dewasa. Karena masa depan dimulai dari anak kecil yang mencintai bola.

Mari kita lihat riwayat singkat Indra Sjafri berikut ini:

Indra merupakan mantan pemain sepak bola yang pernah membela PSP Padang pada tahun 1980-an, dan juga pernah menangani klub sepak bola dari ibukota provinsi Sumatera Barat itu sebagai pelatih.

Bakat memainkan bola sudah terlihat saat Indra Sjafri duduk di kelas 2 SMA Negeri 2 Padang. PSP Padang melihat Indra memiliki bakat bermain bola. Indra pun bergabung dengan anggota tim PSP Junior.

[irp posts="3941" name="Kegagalan Italia ke Piala Dunia Ulangi Kisah Tragis 60 Tahun Lalu"]

Indra Sjafri sebagai pelatih berhasil membawa timnas junior merebut trofi juara pada turnamen sepak bola tingkat Asia, yaitu pada HKFA U-17 dan HKFA U-19 di Hongkong. Sebelum menjadi pelatih timnas junior, Indra bertugas sebagai instruktur dan pemandu bakat di PSSI sejak Mei 2009.

Apakah kesuksesan hanya diukur saat menang kejuaran saja? Itu adalah cara berifikir pragmatis saja. Berbeda dengan Indra Sjafri. Dia menghimpun bibit muda Indonesia dengan cara blusukan. Masuk ke kampung-kampung untuk menemukan generasi emas pecinta bola.

Dari kaca mata Indra Sjafri yang sukses menciptkan tim Ivan Dimas dan kawan-kawan. Proses pencarian bibit muda pecinta bolah sangat penting. Setelah itu, seleksi tanpa ada yang mengetahui proses seleksi berlangsung sebagai kunci. Dengan membiarkan pecinta bola menikmati permainannya. Dari situ lah semangat mati-matian bertanding atas nama Timnas bisa dibentuk.

Apakah anda tahu sebagian nama dari pemain kelas dunia, seperti Pele, Maradona, Ronaldinho dan lain-lain? Kebanyakan dari mereka adalah pecinta bola yang bermain bola karena ada rasa cinta. Perasaan ini dimiliki oleh anak-anak di seluruh penjuru bumi nusantara. Mereka akan bermain untuk Timnas dengan rasa nasionalisme tanpa batas.

Setelah itu, para rekrutmen muda dibinda dengan konsep modern. Dalam hal ini, angka, data dan kemampuan menjalankan program harus terpenuhi. Bagi Indra, membina pesepak bola harus menggabungkan antara hati, jiwa, fikiran dan fisik. Bangunan terbaik adalah dengan meningkatkan kemampuan pemain sedari kecil sampai dia dewasa.

Dengan demikian, Indra bukan lah tipe pelatih dadakan yang dipaksa melatih sekelompok pemain. Kemudian dipaksa memenangkan suatu kejuaran. Bukan kawan, sebuah tim bola masa depan Indonesia harus dimulai dari kepedulin terhadap pemain daerah dan anak-anak kampung. Kemudian Pemerintah membina mereka dengan melalui tahapan-tahapan pertandingan antar tingkatan.

Jika program kaderisasi pemain ala Indra hilang. Sulit mempercayai tingkat objektifitas PSSI dalam hal membangun mimpi Timas Indonesia menembus Piala Dunia.

***