Pemecatan Emil Dardak Blunder Politik Baru PDI Perjuangan

Sabtu, 25 November 2017 | 10:46 WIB
0
530
Pemecatan Emil Dardak Blunder Politik Baru PDI Perjuangan

Pemecatan Bupati Trenggalek Emil Elistianto Dardak dari kader PDIP sontak jadi menjadi buah bibir dan kasak-kusuk media. Suami artis Arumi Baschin ini dipecat karena maju mendampingi Menteri Khofifah Indar Parawansa sebagai bakal calon Wakil Gubernur untuk Pilgub Jawa Timur 2018 yang diprakarsai dua partai yaitu Partai Demokrat dan Partai Golkar.

Keputusan yang Emil buat dinilai bertentangan dengan sikap politik PDIP yang telah resmi mendukung Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas di Pilgub Jatim. Walau Emil sudah berkomunikasi dengan PDIP terkait pencalonannya di Pilgub Jatim tetap tidak menghindarkan dirinya dari pemecatan.

Namun jika ditelaah lebih dalam, pemecatan yang PDIP putuskan kepada Emil Dardak merupakan sebuah blunder politik. Bupati Trenggalek yang baru berusia 33 tahun ini memang dikenal sebagai salah satu politisi muda yang andal dan diproyeksikan menjadi calon potensial petinggi di Indonesia kedepannya.

Selain memiliki riwayat akademis dan karier profesi yang cukup mentereng, Emil Dardak terlahir sebagai sosok yang memiliki latar belakang figur berpengaruh di wilayah Jawa Timur dan dekat pula dengan ranah politik.

Sebagaimana dikutip dari portal berita Sindonews, ia adalah putra mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak (2010-2014). Mochamad Dardak, kakek Emil merupakan Kiai Nahdlatul Ulama (NU) asal Trenggalek. Ibu Emil, yakni Sri Widayati adalah keturunan Letjen Anumerta Wiloejo Poespujudo, Gubernur Lemhanas pertama di era Presiden Soekarno.

[irp posts="4557" name="Emil Dardak Berhak Melawan Keputusan PDIP Yang Memecatnya"]

Sebagai generasi muda bukanlah sesuatu hal yang janggal bilamana Emil berkeinginan meneruskan kiprah politik yang membesarkannya agar dapat mencapai raihan yang lebih tinggi. Terlepas bahwa ia masih terikat dengan tugas tanggungjawab sebagai Bupati Trenggalek kepada masyarakat yang dipimpinnya, lompatan karier politik apabila ia sukses menjadi Wakil Gubernur mendampingi Khofifah Indar Parawansa nanti memungkinkan dirinya dapat berbuat lebih banyak dan berdampak lebih luas lagi.

Sebuah pertaruhan yang terbilang dilematis, jika saja keputusan yang Emil buat ini gagal terealisasi, bisa saja menjadi akhir dari karier politiknya setidaknya sebagai mantan Bupati.

Mungkin tak sedikit yang berpandangan bahwa langkah yang Emil Dardak lakukan merupakan cermin dari sebuah pengkhianatan dari bentuk perlawanan terhadap PDIP. Lompatan karier bukanlah perkara baru bagi partai berlambangkan banteng hitam bermoncong putih ini, terbukti mereka sukses mengibarkan nama Joko Widodo dari Walikota Solo sampai kepada Gubernur DKI Jakarta di tahun 2012 hingga menjadi Presiden Indonesia ke-7 di tahun 2014.

Akan tetapi sebagai partai yang telah banyak makan asam garam di dunia politik, PDIP tentu punya skema strategi dan perhitungan akan setiap kader yang mereka miliki dan Emil dinilai belum saatnya.

Apapun sikap pragmatisme yang Emil Dardak putuskan kepada PDIP merupakan sebuah anomali yang umum terjadi di ranah politik. Keinginan berkuasa, berpindah partai, dan mencari dukungan partai menjadi sesuatu yang lumrah, loyalitas kepada sebuah partai ibarat barang langka dan mengapa patut dibayar mahal.

[irp posts="4404" name="Khofifah Diundang SBY ke Cikeas, Akan Dijodohkan dengan Emil Dardak?"]

Emil seharusnya lebih dahulu belajar dari kader-kader PDIP baik kalangan muda maupun tua dimana tak sedikit yang menahan ego dalam dirinya untuk berkuasa dan sabar menunggu hingga partai memberikan sinyal lampu hijau. Prestasi bukanlah selalu berarti sesuatu hal yang diraih melainkan prestasi merupakan bukti dari apa yang pribadi lakukan saat ini, yaitu apa prestasi yang telah Emil Dardak lakukan sebagai Bupati Trenggalek?

Dan perlu diketahui pula bahwa selain pamor, prestasi merupakan sebuah nilai jual yang menjadi faktor pembeda hasil akhir dari sebuah perhelatan politik.

Dengan hadirnya nama-nama Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas tentu akan meramaikan perhelatan politik Pilgub Jatim 2018, adu argumen maupun gagasan dari kedua pasangan calon memungkinkan sengitnya Pilgub Jatim mendatang akan tetapi jangan sampai rakyat yang dikorbankan.

PDIP boleh saja dianggap telah membuang kader potensialnya, namun banyak yang berkata bahwa ranah politik penuh dengan dinamika dalam pengertian situasi politik memungkinkan berubah setiap saatnya, sebuah petanda bagi Emil Dardak agar tak perlu bersedih dengan pemecatannya.

Dengan umur yang masih relatif muda, ia masih berpeluang besar untuk membuktikan dirinya dan tak mustahil di kemudian hari ia akan bersua kembali dengan PDIP.

***