Menanti Jawaban Pejabat dari Benang Kusut Pasar Tanah Abang

Kamis, 23 November 2017 | 08:08 WIB
0
702
Menanti Jawaban Pejabat dari Benang Kusut Pasar Tanah Abang

Pening, mungkin kata yang tepat untuk mengutarakan apa yang ada dibenak setiap orang jika membahas permasalahan kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Sebagaimana pergantian kepemimpinan Ahok-Djarot kepada Anies-Sandiaga, perihal kawasan Pasar Tanah Abang kini jadi sorotan.

Area yang semula ingin dibenahi dan ditertibkan agar aman dan nyaman, segala usaha yang dilakukan nampak percuma. Ya pasca Ahok-Djarot tumbang area Tanah Abang kembali karut marut dengan hadirnya para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memenuhi jalan, media pun ramai membahasnya sebagai tanda tanya apa yang Anies-Sandiaga akan lakukan di pucuk kekuasaan.

Sebagaimana portal berita online MetroTV yang bertema "Kembali Tenang Berdagang di Trotoar Tanah Abang", 24 Oktober 2017, menceritakan sudut pandang beberapa PKL yang kembali menggelar dagangannya di trotoar dengan dalih agar lebih mudah menarik pembeli yang umumnya penumpang kereta commuter dari Stasiun Tanah Abang.

Tak hanya PKL, beragam jenis angkutan umum yang berhenti menunggu penumpang membuat sesak Pasar Tanah Abang. Mereka seolah tidak memperdulikan aturan berlaku maupun hak pengguna jalan yang merasa terganggu dengan hiruk pikuk keramaian di sekitar Pasar Tanah Abang.

[irp posts="3500" name="Tanah Abang di Tengah Pengaruh Anies dan Lulung"]

Sedangkan, pihak aparatur yang bertanggungjawab kawasan Pasar Tanah Abang menilai mereka telah melakukan kewajibannya dengan cara menertibkan PKL di kawasan tersebut secara rutin, namun sayangnya para PKL tetap saja nakal tak mengindahkan peraturan dan berdagang di area trotoar dengan dalih ekonomi.

Kemudian ada pula portal berita online Kompas.com yang menelusuri kawasan Pasar Tanah Abang dengan judul berita "6 Jam di Tanah Abang, Jajal Jadi PKL hingga Dengar Keluh Kesahnya", 20 November 2017. Isi dari berita ini tidak kalah menariknya di mana kontributor media itu turun langsung ke lapangan dan menceritakan pengalamannya menjadi PKL di kawasan tersebut.

Ia menceritakan bagaimana situasi kondisi perekonomian yang tercipta saat berdagang di trotoar, lalu lalang orang-orang yang menyusuri kawasan Tanah Abang memang menjadi faktor X mengapa PKL tetap kekeuh berdagang di trotoar.

Tidak hanya itu, ia pun turut serta menceritakan suasana dari Blok G Pasar Tanah Abang yang semulanya disediakan untuk menampung para PKL ber-KTP Jakarta, kini keadaannya kurang terawat yang mengakibatkan sepinya pengunjung kesana.

Di lain hal faktor minimnya keamanan menjadi penambah duka para pedagang di Blok tersebut serta para pengunjung disebabkan oleh kehadiran para preman yang tak segan bertindak kejahatan di sana.

Lalu ada pula penelusuran tim Trans7 dalam program tayang Kontroversi berjudul "Fulus Haram di Trotoar Tanah Abang", 20 November 2017. Dalam tayangan berdurasi hampir 30 menit ini, tim Kontroversi menggali lebih dalam informasi mengenai gemerlap di balik karut marutnya Pasar Tanah Abang. Lahan yang digunakan oleh PKL berjualan merupakan ladang bisnis yang dimanfaatkan oleh para oknum aparat dan preman di sana. Mereka harus menyetor sejumlah uang dan pungli secara berkala untuk dapat nyaman berdagang.

Tim Kontroversi juga menelusuri para PKL binaan di wilayah Setia Budi, Jakarta Selatan. Di mana mereka menemukan informasi di balik alasan PKL tidak mau dibina dan direlokasi adalah dikarenakan kebanyakan wilayah binaan dikuasai oleh preman ataupun ormas.

Tidak hanya menguasai wilayah, mereka juga menguasai kantong-kantong parkir liar di wilayah Jakarta. Alur uang yang besar dari bisnis PKL maupun parkir liar di Jakarta ditengarai bukanlah cuma-cuma, mereka tetap harus berbagi dengan para oknum aparat yang membackingnya.

Oknum aparat dan preman bermain

Sekilas dari informasi-informasi dinatas yang disajikan oleh media kiranya dapat memberikan gambaran akan fakta situasi kondisi yang terjadi di Pasar Tanah Abang. Adanya permainan oknum aparat, hadirnya preman, dan tindak tanduk ormas serta ketidaksadaran pihak-pihak terhadap peraturan menjadikan permasalahan tidak kunjung usai.

Sejatinya pada saat media menyoroti permasalahan yang terjadi di Pasar Tanah Abang membuahkan tanda tanya, mengapa? Semua tentu akan berpikiran sorotan dari masalah ini pasti akan tertuju kepada si pemangku kekuasaan dan pembuat kebijakan yaitu Pemda DKI Jakarta yang kini dipimpin oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, apakah ada unsur politis disana? Apakah ada upaya untuk mendiskreditkan keduanya? Ataukah media sedang menguji kemampuan dari pemimpin Jakarta yang baru, Anies-Sandiaga?

[irp posts="3984" name="Terkait PKL Pasar Tanah Abang, Lulung Beri Saran untuk Anies-Sandiaga"]

Akan tetapi dari begitu giatnya menelusuri Pasar Tanah Abang kini kita bersama tahu jawabannya bahwa sebenarnya media berusaha memberikan informasi kepada masyarakat serta kepada Pemerintah bahwa problematika yang terjadi di Pasar Tanah Abang membutuhkan perhatian lebih.

Permasalahan di Pasar Tanah Abang merupakan sebuah gambaran kecil dari sekian banyak permasalahan serupa yang tersebar di wilayah Jakarta yaitu PKL liar, premanisme, dan kesenjangan sosial serta pengangguran.

Masalah klasik yang sampai saat ini belum menemukan solusi tepat, masalah yang telah berakar hingga bergonta-ganti pucuk kekuasaan dan beranak pinak menjadi masalah-masalah lain. Tentu permasalahan yang pelik ini membutuhkan sinergi bersama untuk menyelesaikannya.

Pemerintah harus mampu bertindak tegas dan bertanggungjawab melindungi serta mensejahterakan rakyatnya, aparat bertugas mengayomi masyarakat, dan sebagai rakyat wajib patuh kepada peraturan berlaku. Tanpa itu semua maka niscaya segala usaha yang dilakukan akan nampak percuma, menyisakan rongga layaknya luka yang tak kunjung sembuh dan perih yang kita rasakan bersama.

***