Khofifah Terancam Batal Bertarung Setelah Gandeng Emil Dardak

Kamis, 23 November 2017 | 20:56 WIB
0
471
Khofifah Terancam Batal Bertarung Setelah Gandeng Emil Dardak

Prediksi sementara kalangan bahwa digandengnya Emil Elestianto Dardak sebagai bakal calon wakil gubernur Jawa Timur 2018 untuk Khofifah Indar Parawansa bisa menambah dukungan suara dalam Pilkada Jatim 2018, ternyata meleset.

Melansir Tempo.co, Ketua DPC PDIP Kabupaten Trenggalek Doding Rahmadi menyebutkan syahwat politik Emil untuk menyeberang ke kubu Khofifah diakui bakal mempengaruhi peta politik dan kekuatan yang ada.”Kami tidak akan mundur,” tegasnya.

Ia meyakinkan, “Bahkan, lebih solid untuk memenangkan pasangan yang dipilih Ibu Mega (Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri),” katanya kepada media yang sama. Sikapnya yang ngotot maju itu akan menjadi catatan khusus bagi partainya.

Evaluasi menyeluruh dari DPC, DPD, dan DPP tentang hal tersebut akan dilakukan. Doding memastikan kader PDIP di akar rumput, terutama di Trenggalek dan kawasan selatan Jawa Timur, akan solid melawan Emil Dardak dalam Pilkada Jatim 2018.

Sikap tegas kader PDIP di akar rumput itu dilakukan karena PDIP dan PKB telah menetapkan pasangan Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Anas sebagai bacagub-bacawagub di Pilkada Jatim 2018, pertengahan Oktober 2017 lalu di DPP PDIP Jakarta.

Menurut Doding, kepemimpinan Emil Dardak selama dua tahun di Trenggalek sebenarnya juga masih jauh dari harapan dan visi-misi. Beberapa program yang ditargetkan tuntas dalam waktu dekat juga banyak yang lolos.

Ia pun mengkritisi Bupati Trenggalek ini. “Paling mencolok di pembangunan infrastruktur,” ujarnya. Selama kepemimpinannya, Emil Dardak juga gagal menaikkan budget anggaran pembangunan infrastruktur sehingga tak bisa banyak berbuat.

[irp posts="4404" name="Khofifah Diundang SBY ke Cikeas, Akan Dijodohkan dengan Emil Dardak?"]

Pembangunan jalur lingkar selatan dan lingkar Wilis juga tidak kunjung tampak di separuh kepemimpinannya. Karena itu, dia meminta Emil Dardak tak mencampakkan kepercayaan masyarakat Trenggalek untuk menyelesaikan tugasnya sebagai bupati.

Mengutip Kompas.com, politisi PDIP Eva Kusuma Sundari mengaku tidak terkejut setelah mengetahui Emil Dardak digandeng Khofifah pada Pilkada Jatim 2018. Eva justru prihatin lantaran Emil Dardak adalah kader PDI-P dan memegang kartu anggota PDIP.

Sebelumnya, Partai Demokrat dan Partai Golkar telah memberikan dukungannya kepada Khofifah-Emil Dardak. Eva pun lantas bicara soal adanya pembajakan kader. Dalam kasus Emil Dardak, jelas bertentangan dengan keputusan partai.

Karena, Emil Dardak adalah bupati yang diusung oleh PDI-P dan juga kader partai, sehingga seharusnya menaati segala keputusan partai. Saat penetapan Gus Ipul-Azwar Anas di DPP PDIP di Jakarta, Minggu, 15 Oktober 2017, Emil Dardak hadir.

Emil Dardak saat itu memang dikabarkan menjadi salah satu bacawagub untuk mendampingi Gus Ipul. Tapi, ternyata Megawati tetap pada rencana semula, memilih Azwar Anas sebagai bacawagub untuk mendampingi Gus Ipul yang telah diusung PKB.

Setelah “gagal” mendapatkan tiket menuju gelaran Pilkada Jatim 2018 melalui PDIP, upaya Emil Dardak tidak berhenti sampai di situ saja. Manuver untuk meraih posisi bacawagub pun masih tetap dilakukan, antara lain, dengan mendatangi Partai Golkar.

Karena, ia tahu bahwa Khofifah Indar Parawansa yang telah diusung Golkar sebagai bacagub sedang mencari pendamping untuk posisi bacawagub. Saat itu, nama-nama bacawagub untuk Menteri Sosial RI itu masih digodok oleh “Tim 17 Kiai”.

KH Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah sempat bertanya, siapa yang mencalonkan Emil Dardak? “Dia kan baru dua tahun menjabat Bupati Trenggalek, ya lebih baik selesaikan sajalah tugasnya sebagai bupati,” begitu penegasan Gus Sholah.

Yang menarik adalah mengapa Emil Dardak terkesan ngoyo gerilya sampai perlu datang ke DPD Golkar Jatim hanya untuk mencari dukungan agar dijodohkan dengan Khofifah yang belum punya bacawagub? Bukankah Emil Dardak ini sudah jadi kader PDIP?

Adakah agenda lainnya di balik keinginannya untuk mendampingi Khofifah? Jangan sampai ketika Emil Dardak benar-benar dipilih sebagai bacawagubnya justru akan menurunkan “nilai jual” Khofifah di mata publik, karena dianggap masih “terlalu dini”.

Apalagi, dari jejak digital mencatat, Emil Dardak dianggap sebagai kader PDIP yang pernah berniat mundur dari dukungan PDIP saat Pilkada Trenggalek 2015. Sebelumnya ia siap maju menjadi bakal calon Walikota Depok dalam Pilkada Serentak 2015.

[irp posts="3810" name="Mengapa Soekarwo Ngotot Ajukan Emil Dardak dan Ipong Muchlissoni?"]

Untuk maksud tersebut, Emil Dardak bakal maju dari jalur independen dan akan mundur dari dukungan parpol yang telah memintanya maju sebagai kepala daerah di kampung halaman suami bintang sinetron Arumi Bachsin ini di Trenggalek.

Bahkan, Emil Dardak berkomentar lewat media di Depok, Jawa Barat saat itu bahwa dirinya akan mundur dari dukungan parpol yang mencalonkannya sebagai Bupati Trenggalek bila  dicalonkan sebagai bakal calon walikota (bacawalkot) Depok.

“Saya akan maju dari jalur independen dan berjuang bersama teman-teman GMD (Gerakan Muda Depok),” kata Emil dalam siaran pers-nya, kutip bangsaonline.com. Pernyataan Emil Dardak itu pada akhirnya menimbulkan gelombang reaksi di Trenggalek.

Mereka umumnya mulai meragukan keseriusan Emil Dardak. Meski pada akhirnya menang Pilkada Trenggalek 2015, sikap politik yang “mendua” seperti itu akan merugikan Khofifah. Jadi, wajar jika dipertanyakan mengapa ngotot ingin “dipinang” Khofifah.

Bahkan, pada kesempatan pengumuman pasangan Saifullah Yusuf-Azwar Anas di Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro Jakarta, Minggu 15 Oktober, Emil Dardak tampak hadir dan duduk bersama sejumlah kepala daerah yang diusung PDIP.

Perlu dicatat, Emil Dardak itu anggota istimewa PDIP. Sama dengan kepala-kepala daerah lainnya yang dari PDIP. Jadi, kalau loncat partai atau loncat pencalonan pilkada dari partai lain tidak akan semudah itu dilepas atau dikabulkan PDIP.

Sumber PepNews.com di Istana menyebutkan, ini sedikit berbeda dengan masalah Ridwan Kamil, Walikota Bandung, yang memang bukan anggota PDIP. Ia dulu diusung oleh Partai Gerindra. “Ketersinggungan banteng (PDIP) kan karena RK hendak disiapkan dan dijadikan calon dari banteng, tapi RK bermanuver dan menolaknya,” ujarnya.

“Jadi, kadar keparahannya lebih di Emil Dardak. Saya yakin, PDIP akan beri hukuman yang lebih parah dan tidak semudah yang dipikirkan sebelumnya. Soalnya, kalau Bu Mega sudah tersinggung tidak akan mempan dengan rayuan apapun,” lanjutnya.

Apalagi, sikap Emil Dardak yang sudah melawan keputusan PDIP (baca: Megawati), lantas “bermesraan” dengan Khofifah pada Selasa, 21 November 2017, di rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor, itu telah “melukai” Megawati.

Presiden Joko Widodo sebagai kader PDIP tentu saja tidak ingin pencalonan Emil Dardak ini dampaknya sampai meluas ke mana-mana. Apalagi, Jokowi dalam Pilpres 2019 masih butuh dukungan dari PDIP, sehingga dia pasti akan tetap mencari “aman”.

Supaya Banteng tidak “sruduk” sana-sini, Jokowi bakal mengambil langkah cerdik dengan tidak “melepas” Emil Dardak dalam Pilkada Jatim 2018, juga Khofifah. Surat izin atau surat pengunduran diri keduanya akan diambangkan begitu saja di mejanya.

“Kecuali, jika Khofifah akhirnya melepas Emil Dardak dan menggantikannya dengan sosok lain yang bisa membuat Jokowi “aman” dari “amukan” Banteng,” ungkap sumber di Istana yang enggan disebutkan identisnya.

Itulah yang mungkn tidak dipikirkan oleh Khofifah dan “Tim 9” pimpinan Gus Sholah yang mengantarkan Khofifah untuk “tunangan” dengan Emil Dardak disaksikan Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo dan Ketua Umum Partai Demokrat SBY.

Kalau sudah begini jadinya, bukan tidak mungkin, akhirnya Khofifah-Emil Dardak terancam gagal maju bersama mengikuti gelaran Pilkada Jatim 2018 mendatang. Sehingga, yang terjadi kemudian, skenario calon tunggal Gus Ipul-Azwar Anas akan terwujud.

Bukankah sejak awal Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar pernah bermanuver supaya Khofifah “tidak maju” dalam Pilkada Jatim 2018 setelah dua kali gagal mengalahkan Karwo-Gus Ipul yang terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim itu?

Atau memang ada skenario lain, jika memang pasangan Khofifah-Emil Dardak yang diusung Partai Golkar dan Partai Demokrat tetap berlanjut, justru memberi “jalan lapang” yang dibuat untuk kemenangan Gus Ipul yang “ketiga” kalinya dalam Pilkada Jatim!

Tapi, sudahlah, mungkin itu pilihan politik Khofifah dan Tim 9 yang akhirnya menjodohkan Khofifah dengan Emil Dardak. Mereka lebih memilih figur “anak muda” seperti Emil Dardak yang belum selesai melaksanakan amanahnya sebagai Bupati Trenggalek.

***