Korban-korban Selanjutnya Setya Novanto

Minggu, 19 November 2017 | 08:47 WIB
0
544
Korban-korban Selanjutnya Setya Novanto

Hanya dua hari setelah Setya Novanto (Setnov) "menabrakkan diri" atau saya gagal menemukan istilah yang lebih tepat bagaimana tepatnya ia menabrak tiang listrik. Saya hanya bertanya-tanya bagaimana mungkin, seorang sopir sekualifikasi pejabat tinggi negara, pimpinan dewan yang terhormat, yang mewakili suara 250 juta penduduk Indonesia sedemikian amatiran dan sembrono.

Kenapa harus di hari menjelang 24 jam sebelum ia ditetapkan sebagai DPO (Daftar Pencarian Orang), ia menumpang mobil yang tiba-tiba menabrak tiang listrik. Dan setelahnya di linimasa saya bersliweran korban-korban berikutnya yang menyertai peristiwa tersebut. Saya mencatat ada lima peristiwa yang "ga perlu tapi penting" dicatat (meminjam jargonnya Kang Pepih Nugraha untuk media online one stop shoping-nya yang semakin eksis itu, PepNnews.com.

Pertama, tentu saja si tiang listrik. Menurut Pak Polisi yang psikolog top dan sekarang jadi Jendral Pengamanan Sak-UGM Arif Nurcahyo, sebenarnya tidak jelas betul peristiwanya. Ada dua kemungkinan, si tiang listrik mau nyebrang ragu-ragu sehingga ketabrak. Atau si mobil yang ditumpangi Setnov sedemikian ngawur jalannya, sehingga tiang listrik yang innocent berdiri di tempat tanpa bergerak jadi korbannya.

Tentu pertanyaan selanjutnya, kok kalau mau menabrakkan diri ia memilih tiang listrik, tidak misalnya pohon, atau tiang milik BUMN lain seperti Telkom misalnya. Tidak jelas benar!

Dalam sebuah ilustrasi rekonstruksi, sebuah reka ulang bahkan korban diduga duduk di kap mobil, sehingga kemungkinan ketika mobil menabrak tiang, ialah yang duluan terpelanting membentur tiang listrik itu.

Kedua, masih berkait tiang listrik rekan saya seniman Acil Aliancah, yang di hari-hari ini lagi pameran di Jakarta dengan boneka-boneka kertas korannya itu, harus terpaksa ikut-ikutan menunjukkan keprihatinannya, dengan memasang boneka The Thinker-nya di tiang listrik yang ditabrak mobilnya Setnov.

[irp posts="4244" name="Hubungan Senetron Politik Nasional" dengan Kasino Warkop DKI"]

Ia harus juga mengeluarkan sedikit dana untuk memasang karangan bunga, di dekat tiang listrik yang sebenarnya baik-baik saja. Jadi agak aneh juga, bila dikatakan Setnov luka parah, dan bengkak sebesar bakpao. Lebih repot lagi, karena si seniman harus bersedia diwawancarai oleh stasiun tivi terkait aksi simpatinya itu.

Karena rata-rata reporter pemula yang aktif di jalanan itu, selalu gagal memaknai konsep sebuah karya seni yang menurut saya agak sophisticated itu.

[caption id="attachment_4263" align="alignleft" width="480"]

Foto ilustrasi (Brilio.net)[/caption]

Ketiga, memberi dampak pada menurunnya image produk pada jenis produk otomotif yang selama ini sebenarnya sudah cukup mapan di masyarakat. Tentu hal ini terkait Mobil Toyota Fortuner, bagaimana mungkin mobil gagah selera pria macho seperti teman saya Zi Bang yang pengamat otomotif itu bisa memiliki tingkat "passanger safety" yang sedemikian rendah.

Gimana ceritanya mobil bongsor itu lebih merelakan kepala penumpangnya benjol-benjol, sedangkan tubuh body-nya sendiri nyaris utuh tak tercela. Tentu ini pameran yang tidak lucu, padahal teman saya sebagai juragan batik cum PNS ini, sudah mulai mencicil ayem membeli mobil LGCC yang pelan-pelan mau dibawa ke Mak Erot untuk dipijat ajaib agar lama-lama membesar. Mula-mula mungkin jadi Avanza, lalu Innova dan ujungnya tetap cita-cita tertinggi Fortuner. Ia telah mencederai impian teman saya ini.

Keempat, akibat komentar pengacara-nya Setnov yang suka tidak suka kita anggap memiliki motto "maju tak gentar bela yang bayar", yang membelai kliennya secara die-hard itu. Ia mengatakan lebam atau bengkak Setnov akibat tabrakan itu sebesar bakpao.

Kontan berita ini membuat para penggemar bakpao menjadi risi dan eneg jika makan kuliner ini di hari-hari ini. Melihat bakpao saja, mereka sudah terbayang wajah Setnov yang benjol. Konon untuk menetralisirnya sahabat saya Stefanus Hestu Marwoto mengirimi saya ilustrasi bahwa yang berwajah bakpao bukan hanya Setnov. Bahkan, tanpa kebentur pun wajah mereka, tetap seperti bakpao.

Sayang koalisi bakpao ini justru memvisualkan FZ, AT, RI, IM (inisial tafsirkan sendiri) yang menurut saya tidak memulihkan selera penggemar bakpao. Bila para tukang bakpao komplain, saya pikir FY sebagai pihak yang paling bisa diminta pertanggungan jawab.

[irp posts="4158" name="Pengacara Setya Novanto Ini Hampir Jadi Ketua KPK"]

[caption id="attachment_4262" align="alignright" width="463"]

Lukiksan yang dilelang itu (Foto: Istimewa/Yaksa)[/caption]

Kelima sedulur sinara-wedi saya, Yaksa, seorang seniman asli Jogja tapi selalu lebih bangga dianggap anak Bantul ini mulai Jumat kemarin mengadakan Aksi Peduli Setya Novanto secara online. Ia merasa terpanggil untuk melelang lukisannya yang berjudul "Senyum 1 Milyard" (berukuran 100x140 cm) untuk membantu biaya pengobatan sang ketua parlemen yang sedang tertimpa musibah.

Lukisan yang merupakan potret diri Setnov dalam setelan jas warna kuning ini terasa satire, karena mengingatkan warna kuning yang bukan mencitrakan cahaya agung yang berbinar, tapi ehm.... ah sudahlah biar publik bebas menafsirkan sendiri.

Semoga hingga tenggat waktu tanggal 20 mbesuk ia dapat memperoleh harga yang memuaskan. Hingga tercapai tujuannya, meringankan "beban hidup" Setnov yang tentu sudah sangat berat. Sedemikian berat sehingga ia memiliki penyakit ngantukan yang maha berat itu.

Demikian berita "ga penting tapi perlu" ini dikabarkan, terkait teman-teman saya yang jadi ikutan repot dengan peristiwa yang sesungguhnya amat absurd tersebut.

Sebagai rakyat yang diwakilinya tentu saja, kita berharap Setnov segera pulih dan mau mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Dan minimal bersedia mengapresiasi berbagai bentuk keprihatinan publik yang telah menyertainya. Amin, berkah dalem!

 

***