Fahri Hamzah sepertinya memang menjadi terkenal berkat komentar-komentarnya yang suka bikin... gimana gitu. Ga di dunia maya, dunia nyata sama saja. Yang terbaru, beliau berkomentar soal pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution yang digelar hari ini, Rabu 8 November 2017 di Solo.
Wakil Ketua DPR itu mengkritik pesta pernikahan yang katanya terlalu banyak mengundang tamu, ribuan undangan. Fahri malah nyaranin agar Jokowi gelar hajatan sederhana saja. Jika perlu Jokowi buat vlog biar semua orang tau putrinya sudah sah menikah.
Lain Fahri lain Fadli Zon yang sempat berkomentar di Twitter tetapi kemudian jadi bulan-bulanan Indonezen (untuk menyebut warganet Indonesia, tetapi isinya setali tiga uang dengan Fahri akibat bekerja satu atap di Senayan. Fadli menyebut Jokowi menikahkan dua anaknya dalam rentang waktu yang rapat selama tiga tahun menjadi Presiden RI.
Menggelitik sih cuitannya, tapi... gimana gitu! Di balik nyinyirnya Pak Fadli mungkin ingin mengabarkan kepada khalayak (terutama jamaahnya) bahwa Pak Jokowi ini ajimumpung.... mumpung jadi Presiden RI menikahkan ketiga anaknya!
Yaelah, pernikahan itu acara yang sakral. Dan kalau bisa cuma sekali seumur hidup saja. Lah, masa pernikahan putri orang nomor satu di Indonesia disuruh bikin pesta kecil-kecilan di rumah. Saya yang cuma rakyat biasa saja pengen suatu saat punya pesta pernikahan mewah tujuh hari tujuh malam terus ngundang ribuan orang. Kalau bisa di luar negeri lagi. Tapi mewujudkan keinginan saya itu hampir pasti tidak mungkin. Anggap saja itu mimpi di siang bolong.
Fahri ngomong gini, dikutip dari Detik.com, "Dulu katanya nggak boleh ngundang pejabat lebih dari 400. Ada katanya dulu revolusi mental, bikin pesta kecil-kecilan saja. Kalau sekarang itu kayak lebih, gitu loh," kata Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 7 November 2017.
Saya yakin, Fahri yang komentar seperti itu saja belum tentu mau bikin pesta sederhana buat putrinya. Emang bapak mau anak bapak nikah cuma bikin acara pengajian saja di rumah? Ya, jika berkomentar yang bisa diterima akal sehat saja.
Seorang Presiden pasti punya banyak relasi yang harus diundang. Wajar saja sih, angka seribu menurut saya malah kecil untuk seorang pejabat negara.
Lagipula jika indikator mewah hanya bergantung pada angka undangan saja, tentu itu tidak adil. Buktinya, pernikahan Kahiyang-Bobby ini semuanya serba menggunakan milik sendiri. Mulai dari gedung akad dan resepsi milik sendiri, katering, panitia juga direkrut dari keluarga dan kolega Jokowi, begitu yang dikabarkan Tribunnews.
[caption id="attachment_3658" align="alignleft" width="552"] Fahri, Fadli, dan Jokowi (Ilustrasi foto: Tribun Jabar)[/caption]
Apalagi rangkaian pernikahannya digelar di kampung halaman Jokowi, ya, apa bisa dikategorikan mewah? Kalau saya anak Presiden, pasti saya minta pesta besar di Istana milik negara kayak yang udah-udah gitu. Apa Fahri sudah lupa akan peristiwa lama?
Tapi, makna sederhana itu relatif dan berbeda-beda bagi setiap orang. Mungkin pernikahan Kahiyang—Bobby yang sekarang sangat mewah menurut Fahri. Menurut saya sih ‘sewajarnya’ saja. Buat sekelas anak Presiden itu biasa saja sih. Pak Jokowi juga responnya begitu. Dikutip dari media online yang sama, Jokowi bilang sederhana itu relatif. "Ya, relatif lah yang namanya sederhana itu," katanya di Gedung Graha Saba Buana, Kota Solo, Selasa 7 November 2017.
Jika pesta pernikahan Kahiyang ini dianggap mewah karena banyak yang hadir, ya namanya juga pesta rakyat. Jokowi juga melibatkan masyarakat. Seperti PKL, tukang becak, hingga pedagang pasar. Lagipula pasti banyak warga kota Solo yang ingin menyaksikan prosesi pernikahan anak seorang Presiden.
Jika saya warga Solo, pasti jumlah orang yang terlibat dalam pernikahan Mbak Kahiyang Ayu nambah satu. Ntar Pak Fahri makin komplain lagi.
Moga Tuhan Yang Maha Esa tetap menjaga kesehatan dan kewarasan Bapak. Aminnn...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews