Tanah Abang di Tengah Pengaruh Anies dan Lulung

Senin, 6 November 2017 | 10:30 WIB
0
548
Tanah Abang di Tengah Pengaruh Anies dan Lulung

Siapa pun gubernurnya, Tanah Abang tetap identik dengan Abraham Lunggana alias Haji Lulung. Gubernur DKI Jakarta, entah pro atau kontra dengan anggota legislatif ini, namun kawasan yang terkenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara ini tak bisa lepas dari Haji Lulung.

Terkesan lucu atau terasa mengada-ada? Sah-sah saja. Yang jelas, bagi para pedagang di sana, Haji Lulung menjadi "nama keramat" bagi mereka, terlepas tak pernah ada anjuran untuk membakar kemenyan bagi para pedagang agar dapat dengan tenang menjalani aktivitas niaga di sana.

Ya, memang tak ada kemenyan, tapi ada kewajiban untuk merapalkan nama Lulung tiga kali sehari, maka Anda akan aman di sana. Benarkah? Tidak. Saya hanya sedang mengajak Anda bercanda sedikit.

Bagaimana dengan Anies Rasyid Baswedan yang kini menjadi gubernur DKI, apakah dapat meredupkan pengaruh Lulung di kawasan yang konon dikuasai anggota DPRD DKI ini? Juga, apakah Anies dapat secara serampangan menerapkan langkah dan kebijakannya di sana?

[caption id="attachment_3502" align="alignleft" width="560"] Salah satu sudut Pasar Tanah Abang (Foto: Kompas.com)[/caption]

Nah, itu pertanyaan tak mudah. Meski bisa saja disederhanakan, lah 'kan yang menjadi penguasa tetap saja gubernur yang notabene dipilih oleh sebagian besar warga DKI, 58 persen gitu loh!? Andai bisa semudah ini. Faktanya tidaklah sesederhana ini, apalagi sesederhana gaya rambut Anies dan Lulung sendiri. Tidaklah.

Dari potongan rambut saja kedua orang ini sudah berbeda. Apalagi yang ada di balik rambut, ya jelas jauh berbeda. Soal bahwa Lulung menjadi pendukung militan Anies saat bertarung merebut kursi DKI-1, itu lain cerita. Sebab bagaimanapun meski di atas kertas Lulung mendukung Anies, tapi yang dibela oleh Lulung tetap saja kepentingannya sendiri.

Di situlah kelebihan Lulung yang takkan mudah disalip Anies. Pengaruh, terutama atas masyarakat akar rumput yang identik dengan Tanah Abang, bukan hanya para pengusaha yang memiliki sekian toko di sana.

Masyarakat akar rumput itu melihat sosok Lulung adalah reinkarnasi Bang Pitung, yang siap mengasah golok demi mereka. Walaupun apakah betul Lulung sesuci itu, masih dibutuhkan banyak bukti lagi.

Kenapa perlu menyinggung ini? Sebab Tanah Abang menjadi salah satu ikon bagi Jakarta. Di sana ada kelebihan dan kekuatan dari peredaran rupiah sangat besar, di sana terbuka peluang yang juga sangat besar bagi warga yang memiliki impian besar, dan Anies tak mudah menerapkan kebijakannya di sana jika pamornya sendiri masih kalah besar dibandingkan Lulung.

Akhir-akhir ini, dalam rencana membenahi Tanah Abang, Anies terlihat lebih mengandalkan Sandiaga Uno yang memang wakilnya. Bahkan Lulung bercerita jika Sandi pun "meminta restu" darinya lebih dulu.

Itu sempat disinggung oleh Kompas.com, Minggu (5/11/2017). "Kemarin Sandi sudah telpon saya, 'Pak Haji siap, ya'. Saya bilang siap, Sandi sudah berkomunikasi dengan saya," ujar Lulung.

Di sini terlihat jika Lulung bukanlah orang biasa di sana, dan juga membuktikan jika Anies dan Sandi tak cukup percaya diri jika ingin membenahi kawasan itu tanpa restunya.

Warga Tanah Abang tak perlu membakar kemenyan, tapi Anies dan Sandi "membakar kemenyan" meskipun lewat telepon. Jika tidak, dapat saja "pasangan sejenis" tersebut takkan bisa leluasa menata tempat yang jamak diketahui sebagai salah satu ikon penting Jakarta tersebut. Lha, kok pasangan sejenis? Ya iyalah, toh gubernur dan wakil gubernur 'kan memang sama-sama pria!

Pasangan Anies-Sandiaga setidak-tidaknya harus selalu melibatkan Haji Lulung dalam membereskan urusan "dalam negeri" Tanah Abang, sebab "Bang Pitung" ini bagaimanapun masih sangat berpengaruh di sana. Jangan sampai "Bang Pitung" tiba-tiba ngasah golok.

Itu pasti kejutan yang tidak lucu, meski sebenarnya "Bang Pitung" sekadar mau motong ayam karena disuruh mertuanya.

 

***