PDIP Galau, Pilih Gus Ipul atau Djarot, Khofifah Tinggal Cari Wakil

Jumat, 6 Oktober 2017 | 08:19 WIB
0
414
PDIP Galau, Pilih Gus Ipul atau Djarot, Khofifah Tinggal Cari Wakil

Akhirnya, Khofifah Indar Parawansa ditetapkan sebagai Bakal Calon Gubernur Jawa Timur oleh DPP Partai Golkar dengan Nomor SK:  B-1304. Sementara itu, hingga kini, Syaifullah Yusuf belum juga menerima Penetapan dari DPP PDIP. Khofifah saat ini menjabat Menteri Sosial sedangkan Gus Ipul, panggilan Syaifullah Yusuf, menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur.

Kabarnya, PDIP masih mempertimbangkan kemungkinan Djarot Syaiful Hidayat dijadikan sebagai Bacagub Jatim dalam gelaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2018 nanti. Dengan kata lain, PDIP belum menentukan pilihannya.

Apalagi, jika kemudian Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum DPP PDIP ternyata punya pertimbangan lain, lebih baik mengusung “kader sendiri”, seperti Djarot yang secara struktural hingga kini menjabat Ketua DPD PDIP Jakarta.

Makanya, rekomendasi untuk Wakil Gubernur Jatim yang akrab dipanggil Gus Ipul itu belum juga turun dari PDIP. Dengan kata lain, jika Gus Ipul yang resmi diusung PKB itu ditetapkan sebagai bacagub PDIP, berarti bacawagubnya juga PKB.

Bacawagub yang dimaksud adalah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang digadang bakal menjadi bacawagubnya Gus Ipul. Nama Anas memang satu-satunya bacawagub yang punya peluang dipasangkan dengan Gus Ipul atau Khofifah.

Dan, bukan tidak mungkin, jika akhirnya PDIP mengusung Djarot, Anas juga digadang jadi bacawagubnya. Dua kemenangan pun akan diraih PDIP andai Djarot – Anas terpilih dalam Pilkada Jatim 2018: menang Gubernur dan jabatan Bupati.

Jabatan yang ditinggalkan Anas secara otomatis bakal “diwarisi” Yusuf Widyatmoko, kader PDIP yang kala itu diusung bersama PKB. Jika dengan Gus Ipul, andai terpilih, PDIP hanya punya satu kemenangan saja: jabatan Bupati Banyuwangi.

Selama ini nama Anas menjadi salah satu tokoh yang diunggulkan sebagai bacawagub Jatim  dalam gelaran Pilkada Jatim 2018 mendatang. Hasil survei, namanya mencatat skor tertinggi daripada tokoh lainnya seperti Kusnadi dan Imam Nahrawi.

Hasil survei Pilkada Jatim 2018 yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC) selama Juni 2017, nama Anas bertengger teratas ketimbang tokoh-tokoh lainnya yang diajukan sebagai bacawagub Jatim 2018, seperti Kusnadi dan Imam Nahrawi.

Kata Direktur SSC Mochtar W. Oetomo, elektablitas Anas mencapai 12,90 persen, unggul di atas sejumlah tokoh lain seperti Kusnadi (Ketua PDI-P Jatim) 7,5 persen, La Nyalla Matalitti (Ketua Kadin Jatim) 7,4 persen, dan Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim) 6 persen.

Bahkan, Anas lebih unggul daripada Imam Nahrawi (Menpora) yang hanya mencapai 5,8 persen dan Nurhayati Assegaf (Waketum Demokrat) 5,5 persen. Adapun nama lainnya berada di level 4 persen ke bawah. Bupati Anas dikenal banyak melakukan terobosan.

Nama Anas muncul menjadi kandidat bacawagub paling diinginkan publik, karena dikenal sebagai bupati yang berprestasi dan inovatif. Selama masa pemerintahannya bersama Yusuf Widyatmoko yang pertama ini meluncurkan berbagai program daerah.

DPC PDIP Banyuwangi mendorong dan sudah mendaftarkan Anas maju Pilkada Jatim 2018 ke DPD PDIP Jatim. Ketua DPC PDIP Banyuwangi I Made Cahyana Negara dan jajarannya yang mengembalikan formulir atas nama Abdullah Azwar Anas itu.

Andai pada akhirnya PDIP sudah menentukan pilihan pasangan Gus Ipul atau Djarot dengan Anas, bagaimana dengan Khofifah yang telah diusung Golkar? Hingga kini belum ada satu dari beberapa nama yang mengerucut sebagai bacawagub Khofifah.

Salah satu nama yang pernah disebut Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo adalah  Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim DR. Saiful Rachman, MM, MPd. Saiful juga mengaku telah mendapat restu dari Pakde Karwo untuk ikut bertarung di pilkada.

Sebelumnya, nama Saiful juga disebut beberapa elit partai akan mengikuti proses penjaringan bacagub-bacawagub Jatim 2018. Tapi, hingga batas waktu pendaftaran cagub selesai, Saiful tak juga melakukan pendaftaran, termasuk di DPD Golkar Jatim.

Sejak awal, ia memang tak akan berperan aktif di proses penjaringan. Melainkan, menunggu pinangan dari elit partai untuk menjadi bacawagub. “Kalau ada yang menginginkan saya jadi wakil, saya siap,” kata Saiful seperti dikutip pers, Selasa 22 Agustus 2017.

Ia khawatir, apabila akhirnya memutuskan untuk terjun ke politik, bakal muncul duplikasi kepentingan: perannya sebagai seorang birokrat sekaligus seorang politisi. Sektor pendidikan harus dilakukan secara profesional dan tidak bisa setengah-setengah.

“Program pengelolaan yang sudah bagus ini, sangat disayangkan untuk dimulai dari nol lagi,” lanjut Saiful. Tapi, apabila nantinya ia dipercaya menjadi bacawagub, juga telah menyiapkan visi maupun misi dalam membangun Jatim, terutama SDM ke depan.

Yang diantaranya, melanjutkan program pembangunan Gubernur Jatim saat ini, Soekarwo. “Program pembangunan di Jatim saat ini, sangat luar biasa. Tinggal melanjutkan saja,” kata Saiful. Bahkan, Saiful juga mengaku telah mendapat restu dari Pakde.

“Himbauan Pakde Karwo tersebut merupakan sebuah kehormatan bagi saya. Namun, kami berkomitmen untuk tidak melepaskan tugas ini di tengah jalan,” tuturnya. Meskipun bukan seorang politisi, Saiful dianggap memiliki potensi massa di daerah.

Di antaranya, jaringan di sektor pendidikan yang telah Saiful bangun selama beberapa tahun terakhir, dapat menjadi modal menggaet suara untuk maju di pilkada mendatang. Saiful ini jaringannya kuat sekali, karena memang orang lapangannya Pakde.

Lahir di Surabaya, 3 Mei 1959, Kadis Pendidikan Provinsi Jatim ini sebelumnya menjabat Kepala Biro Kesra Pemprov Jatim, Kepala Biro Kerjasama Pemprov Jatim, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jatim. Jadi, pas dengan Khofifah.

Jika elit politik Golkar cermat dan cerdas dalam melihat sosok Saiful, sebenarnya jika akan dipasangkan dengan Khofifah tentunya tidak ada salahnya. Ini akan mengikuti jejak Pakde sebelumnya yang birokrat tulen dengan Gus Ipul yang politisi.

Cuma bedanya sekarang ini posisinya terbalik. Khofifah yang politisi, Saiful yang birokrat berpengalaman, sehingga kelanjutan proses pembangunan dan program-program yang sudah berjalan bersama Pakde -Gus Ipul diteruskan Khofifah-Saiful.

***